BAB 1
KONSEP DASAR PSIKOLOGI
Sejarah Psikologi
•
Psikologi pada mulanya di gunakan para ilmuwan dan para
filosof untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam memahami akal pikiran dan tingkah
laku aneka ragam makhluk hidup mulai dari yang primitive sampai yang modern.
Namun ternyata tidak cocok, lantaran menurut para ilmuwan dan filosof,
psikologi memiliki batasan-batasan tertentu yang berada di luar kaedah keilmuan
dan etika falsafi. Kaidah scientific dan patokan etika
filosofi ini tak dapat di bebankan begitu saja sebagai muatan psikologi (Rebek,
1988)
•
Namun secara lebih spesifik (khusus), psikologi
lebih banyak di kaitkan dengan kehidupan organisme manusia. Dalam hubungan ini
psikologi di defenisikan sebagi ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia,
alasan dan cara mereka melakukan sesuatu, dan juga memahami bagaimana makhluk tersebut berpikir dan berperasaan
(Gleitman, 1986).
Pengertian Psikologi
•
Psikologi yang dalam istilah lama di sebut ilmu jiwa itu
berasal dari kata bahasa Inggris psychology. Kata psychology merupakan
dua akar kata yang bersumber dari bahasa Greek (Yunani), yaitu: (1) psyche
yang berarti jiwa; (2) logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah
psikologi adalah ilmu jiwa atau bisa di sebut ilmu yang mempelajari kejiwaan.
•
Jiwa
secara harfiah berasal dari perkataan sansekerta JIV, yang berarti
lembaga hidup (levensbeginsel), atau daya hidup (levenscracht). Oleh karena
jiwa itu merupakan pengertian yang abstrak, tidak bisa dilihat dan belum bisa
diungkapkan secara lengkap dan jelas, maka orang lebih cenderung mempelajari “jiwa
yang memateri” atau gejala “jiwa yang meraga/menjasmani”, yaitu
bentuk tingkah laku manusia (segala aktivitas, perbuatan, penampilan diri)
sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, psikologi butuh berabad-abad lamanya untuk
memisahkan diri dari ilmu filsafat.
Definisi Psikologi
Menurut Para Ahli
Menurut Para Ahli
•
Bruno (1987), membagi pengertian psikologi dalam
tiga bagian yang pada prinsipnya saling berhubungan. Pertama, psikologi
adalah studi (penyelidikan) mengenai “ruh”. Kedua, psikologi adalah ilmu
pengetahuan mengenai ”kehidupan mental”, ketiga psikologi
adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku organisme”.
•
William James (1842-1910), menganggap psikologi sebagai ilmu pengetahuan
mengenai kehidupan mental.
•
JB. Watson (1878-1958), menganggap
psikologi sebagai ilmu pengetahuan tentang tingkah laku organisme.
•
EG. Boring & HS. Langfield, menganggap
psikologi sebagai studi tentang hakikat manusia.
Definisi Psikologi
•
Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara
langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada
manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku
dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai
ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
Ruang Lingkup
•
Psikologi didefinisikan sebagai kajian scientific tentang tingkah laku dan proses
mental organisme. Tiga idea penting dalam definisi ini ialah : Scientific, tingkah laku dan Proses mental.
•
Scientific,
bermakna
kajian yang dilakukan dan data yang dikumpulkan mengikuti prosedur yang
sistematik. Walau pun kaedah scientific diikuti,
ahli-ahli psikologi perlu membuat berbagai inferen atau tafsiran berdasarkan temuan yang diperoleh. Ini dikarenakan subjek yang
dikaji adalah hewan dan manusia dan tidak seperti sesuatu sel (seperti dalam
kajian biologi) atau bahan kimia (seperti dalam kajian kimia) yang secara
perbandingan lebih stabil. Manakala mengkaji tingkah laku hewan atau manusia
memang sukar dan perlu kerap membuat inferen atau tafsiran.
Perbedaan
Antara Jiwa Dan Nyawa
•
Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya tergantung
pada hidup jasmani dan menimbulkan perbuatan badaniah (organic behavior)
yiatu perbuatan yang ditimbulkan oleh
proses belajar, misal : insting, refleks, nafsu dan sebaginya.
•
Jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat
abstrak yang menjadi penggerak dan pengatur bagi sekalian perbuatan-perbuatan
pribadi (personal behavior) dari hewan tingkat tinggi hingga manusia. Perbuatan
pribadi adalah perbuatan sebagai hasil proses belajar yang dimungkinkan oleh
keadaan jasmani, rohaniah dan sosial.
Menurut
Aristoteles, Jiwa disebut sebagai Anima
•
Anima vegetativa, yaitu anima yang
terdapat pada tumbuh-tumbuhan yang mempunyai kemampuan untuk makan, minum dan
berkembang biak
•
Anima sensitiva, yaitu anima yang
terdapat dalam hewan. Anima ini memiliki kemampuan seperti anima
vegetativa juga kemampuan untuk berpindah tempat, mempunyai nafsu, dapat
mengamati, mengingat dan merasakan
•
Anima intelektiva, yaitu anima yang terdapat dalam diri manusia. Selain
memiliki kemampuan seperti anima sensitiva juga mempunyai kemampuan
berpikir dan berkemauan.
BAB 2
PERILAKU MANUSIA
•
Apa
Tingkah Laku Itu ?
•
Perkataan tingkah laku/perbuatan mempunyai
pengertian yang luas sekali. Yaitu tidak hanya mencakup kegiatan motoris saja
seperti berbicara, berjalan, berlari-lari, berolah-raga, bergerak dan
lain-lain, akan tetapi juga membahas macam-macam fungsi seperti melihat,
mendengar, mengingat, berpikir, fantasi, pengenalan kembali, penampilan
emosi-emosi dalan bentuk tangis, senyum dan lain-lain.
PENGERTIAN PERILAKU
•
Soekidjo (1993:58)
Perilaku diartikan
sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru
terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni
yang disebut rangsangan sehingga
rangsangan
tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.
•
Robert Kwik (1974)
Perilaku manusia pada
hakikatnya adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai
manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup.
PENGERTIAN PERILAKU
•
Sunaryo (2004:3)
Perilaku manusia adalah
aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati
secara langsung maupun tidak langsung.
•
Notoatmojo (1997:60)
Perilaku adalah tindakan
atau perilaku suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.
PENGERTIAN PERILAKU
•
Notoatmodjo (2003)
Perilaku adalah tindakan
atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat
luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak
luar.
PENGERTIAN PERILAKU
•
Skinner (1938) Seorang Ahli Psikologi
Perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena
perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori
“S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon. Skiner membedakan adanya
dua proses
PROSES STIMULUS - RESPON
(Skinner)
(Skinner)
1. Respondent
respon atau Reflexsive
Respon yang ditimbulkan oleh rangsangan–rangsangan
(stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut “electing stimulation” karena
menimbulkan respon–respon yang relatif tetap.
Contoh : makanan yang lezat
menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dll.
Respondent respon ini juga mencakup perilaku
emosinal
Contoh : mendengar berita musibah
menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta.
•
PROSES
STIMULUS - RESPON
(Skinner)
(Skinner)
2. Operant respon
atau Instrumental respon Respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti
oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut “reinforcing
stimulation” atau “reinforce” karena memperkuat respon.
Contoh seorang petugas
kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik kemudian memperoleh penghargaan
dari atsannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik
lagi dalam melaksanakan tugasnya
•
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang
dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika,
kekuasaan, persuasi atau genetika.
•
Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku
wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh dan perilaku menyimpang.
•
Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu
yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu
tindakan sosial manusia yang sangat mendasar.
•
Perilaku tidak boleh disalah artikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan
suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah
perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain.
•
Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur
relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial.
•
Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya
dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang
memperberat timbulnya masalah kesehatan.
•
Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan
dalam rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif.
•
Psikologi berkaitan dengan masalah segala kegiatan
psikis, seperti berpikir, belajar, menanggapi, mencinta, membenci, dll
•
4
KATEGORI KEGIATAN
PSIKIS
1. Pengenalan atau
kognisi
2. Perasaan atau
emosi atau afeksi
3. Kemauan atau
konasi
4. Gejala campuran
•
BENTUK
PERILAKU
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
•
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap
stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus
ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi
belum bisa diamati
secara jelas oleh orang lain.
•
Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap
stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap
stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice) dan dengan mudah dapat
diamati atau dilihat oleh orang lain.
•
DOMAIN
PERILAKU
•
Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan
bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun
bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang.
•
Faktor–faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut “determinan perilaku”.
Determinan
Perilaku Dibedakan Menjadi Dua
(Notoatmodjo, 2007 :139)
(Notoatmodjo, 2007 :139)
1. Faktor internal
karakteristik orang yang
bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan,
tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2. Faktor eksternal
lingkungan, baik
lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan
ini sering menjadi faktor yang dominan yang mewarnai perilaku
seseorang.
BAB 3
PERILAKU ABNORMAL
DEFINISI ABNORMAL
1. Penyimpangan dari norma statistik
2. Penyimpangan dari norma sosial
3. Disability atau Ketidakmampuan adaptasi (maladaptiveness)
4. Penderitaan pribadi (personal distress)
atau ketidaksenangan pribadi
¡ Penyimpangan
Dari Norma Statistik
¡ Seorang individu
dikatakan berperilaku abnormal apabila menunjukkan karakteristik perilaku yang
yang tidak lazim alias menyimpang secara signifikan dari rata-rata, dilihat dalam kurve distribusi normal (kurve
Bell).
¡ Jika individu yang menunjukkan karakteristik perilaku berada pada wilayah
ekstrem kiri (-) maupun kanan (+), melampaui nilai dua simpangan baku, bisa
digolongkan ke dalam perilaku abnormal.
¡ Penyimpangan
Dari Norma Sosial
¡ Tingkah laku apapun yang dianggap menyimpang
dari yang diharapkan masyarakat dianggap tidak normal.
¡ Karena masyarakat memiliki banyak norma-norma
dan aturan-aturan yang dianggap layak untuk diterima oleh kelompok usia yang
berbeda, jenis kelamin, tingkat sosial, pekerjaan, minoritas budaya dll.
¡ Disability
atau Ketidakmampuan adaptasi (maladaptiveness)
¡ Individu
mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan karena abnormalitas
yang dideritanya. Misalnya para pemakai narkoba dianggap abnormal karena
pemakaian narkoba telah mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk
menjalankan fungsi akademik, sosial atau pekerjaan.
¡ Tidak begitu
jelas juga apakah seseorang yang abnormal juga mengalami disability. Misalnya
seseorang yang mempunyai gangguan seksual voyeurisme (mendapatkan
kepuasan seksual dengan cara mengintip orang lain telanjang atau sedang
melakukan hubungan seksual), tidak jelas juga apakah ia mengalami disability
dalam masalah seksual.
¡ Personal
Distress Atau
Ketidaksenangan Pribadi
Ketidaksenangan Pribadi
¡ Keabnormalan didefinisikan sebagai perasaan
subjektif seseorang atau tanggapan-tanggapan terhadap distress.
¡ Membiarkan seseorang menilai keabnormalannya
dan kenormalannnya sendiri.
PANDANGAN TEORITIS
TENTANG
PERILAKU ABNORMAL (MALADAPTIF)
PERILAKU ABNORMAL (MALADAPTIF)
1. Pandangan Psikodinamik
2. Pandangan Behavioral
3. Pandangan Kognitif
4. Pandangan Fisiologis
5. Pandangan Humanistik-Eksistensial
¡ Pandangan
Psikodinamik
Mendukung prinsip deterministik
psikis yakni pandangan bahwa tingkah laku normal atau tidak normal ditentukan
oleh hasil dari proses-proses dinamik dan konflik-konflik intrapsikis.
Dorongan-dorongan batin (internal) individu, seperti seks dan agresi, dalam
pandangan psikodinamik bertentangan dengan aturan-aturan sosial (masyarakat)
dan norma-norma moral.
¡ Pandangan
Behavioral
¡ Deterministik adalah setiap kejadian atau
tindakan ditentukan disebabkan oleh apa yang terjadi sebelumnya dan bukan oleh
keputusan individu.
¡ Tingkah laku adalah hasil dari hubungan
stimulus–respons dan bukan produk dari kejadian-kejadian intrapsikis, bukan
dari pengalaman masa lampau.
¡ Bahwa tingkah laku abnormal itu terjadi
karena dipelajari dan untuk mengubah tingkah laku orang harus mengubah
aspek-aspek yang relevan dari lingkungan, terutama sumber-sumber perkuatan (reinforcement).
¡ Pandangan
Kognitif
Tingkah laku abnormal
berdasarkan pikiran-pikiran yang keliru dan proses-proses pikiran yang kalut (Beck
& Emery, 1985).
¡ Pandangan
Kognitif
1. Masalah proses kognitif disebabkan oleh
masalah dengan perhatian dan asosiasi-asosiasi.
2. Individu telah kehilangan perhatian.
3. Selama kehilangan perhatian, mereka
dikacaukan oleh pikiran-pikiran lain.
4. Kemudian mereka berputar-putar pada
pikiran-pikiran baru dan bukan mengikuti pikiran-pikiran semula.
¡ Contoh
Kasus
¡ Apakah anda gelisah pada hari ini ?
¡ Tidak, aku mendapat selada satu bongkol
¡ Anda mendapat selada satu bongkol ? Aku tidak
mengerti
¡ Ya, hanya selada satu bongkol
¡ Katakan padaku tentang selada. Apa yang
dimaksudkan anda ?
¡ Ya…selada adalah suatu transformasi dari
seekor puma yang mati yang jatuh sakit pada jari kaki singa. Dan ia menelan
singa itu dan sesuatu terjadi….melihat…Gloria dan Tommy, mereka adalah dua
kepala dan mereka bukan ikan paus tetapi mereka melarikan diri dengan sejumlah
besar orang karena muntah dan hal-hal seperti itu (Neale & Oltmanns,
1980:102)
¡ Pandangan
Humanistik-Eksistensial
Manusia adalah mahluk sadar yang memilih
secara bebas tindakan-tindakannya dan karena pilihannya yang bebas itu maka
setiap manusia berkembang sebagai individu yang unik.
¡ Pandangan
Humanis
Bahwa manusia itu berbeda dengan
spesies-spesies yang lain karena perkembangan pribadi manusia selalu
berkembang pada keadaan yang lebih
tinggi.
¡ Pandangan
Fisiologis
¡ Berawal dari
pendapat bahwa patologi otak merupakan faktor penyebab tingkah laku abnormal.
¡ Pendapat ini muncul pada abad ke-19 karena adanya perkembangan keilmuan khususnya pada
bidang anatomi faal, neurologi, kimia dan kedokteran umum.
¡ Bahwa berbagai penyakit neurologis akibat terganggunya fungsi otak karena pengaruh fisik atau
kimiawi dan seringkali melibatkan segi psikologis atau tingkah laku.
¡ Fungsi otak yang
kuat bergantung pada efisiensi sel saraf atau neuron untuk mentransmisikan
suatu pesan melalui synaps ke neuron berikutnya dengan
menggunakan zat kimia yang disebut neurotransmiter.
¡ Dengan
ketidakseimbangan bio kimia otak inilah yang mendasari perspektif biologis
munculnya tingkah laku abnormal.
¡ Akan tetapi
selain dari patologi otak sudut pandang biologis juga memandang bahwa beberapa
tingkah laku abnormal ditentukan oleh gen yang diturunkan.
¡ KLASIFIKASI GANGGUAN
Beberapa perilaku dapat diklasifikasikan sebagai perilaku abnormal. Berdasarkan sifatnya, perilaku abnormal digolongkan menjadi empat:
Beberapa perilaku dapat diklasifikasikan sebagai perilaku abnormal. Berdasarkan sifatnya, perilaku abnormal digolongkan menjadi empat:
1. Bersifat akut
dan sementara, yang disebabkan oleh peristiwa yang penuh dengan stres.
2. Bersifat kronis
dan selama-Iamanya.
3. Disebabkan oleh
penyakit atau kerusakan pada sistem saraf.
4. Merupakan akibat
dari lingkungan sosial yang tidak menguntungkan dan/atau pengalaman belajar
yang keliru.
Keempat sifat
tersebut dapat saling tumpang tindih dan saling berinteraksi di dalam
menghasilkan perilaku abnormal.
¡ KRITERIA PRIBADI YANG NORMAL
1. Memiliki perasaan aman
2. Memiliki penilaian diri
3. Memiliki spontanitas dan emosionalitas yang
tepat
4. Mempunyai kontak dengan realitas secara
efisien
5. Memiliki dorongan-dorongan dan nafsu-nafsu
jasmaniah yang sehat
6. Mempunyai pengetahuan diri yang cukup
7. Mempunyai tujuan /objek hidup yang adekuat
8. Memiliki kemampuan untuk belajar dari
pengalaman hidupnya
9. Ada kesanggupan untuk memuaskan
tuntutan-tuntutan dan kebutuhan-kebutuhan dari kelompoknya
10. Ada sikap emansipasi yang sehat terhadap
kelompoknya dan terhadap budayanya
11. Ada integrasi dalam kepribadiannya
BAB 4
PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN
PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN (Sigmund
Freud)
Perkembangan manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu gambaran yang
sangat teliti dari proses
perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir
sampai dewasa.
Dalam teori Freud setiap manusia haru melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa.
Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap.
Kepribadian terbentuk pada
usia
sekitar 5-6 tahun
TAHAP PERKEMBANGAN
(Menurut Freud)
(Menurut Freud)
1. Tahap oral (0-11 bulan)
Mouth rule (menghisap, menggigit, mengunyah), 5 mode pada tahap oral yang masing-masing membentuk suatu prototipe
karakteristik kepribadian tertentu di kemudian hari, yaitu mode : mengambil, memeluk, menggigit,
meludah dan membungkam.
Mengambil : menjadi petunjuk tingkah laku rakus, Memeluk : menjadi
petunjuk dalam mengambil
keputusan dan tingkah laku keras kepala.
Menggigit : menjadi petunjuk tingkah laku destruktif; sarkasme, sinis
& mendominasi
Meludah : prototipe tingkah laku reject
Membungkam: tingkah laku reject, introvert
2. Tahap anal (1-3 tahun)
Akhir tahap oral bayi dianggap telah dapat membentuk kerangka kasar
kepribadian, meliputi sikap,
mekanisme untuk memenuhi tuntutan id dan realita, dan ketertarikan pada suatu
aktivitas atau objek.
Kebutuhan menyangkut pemuasan anak terhadap kontrol mengenai hal-hal yang
menyangkut anal, misalnya bagaimana anak mengontrol keinginan untuk BAK dan
bagaimana beradaptasi dengan toilet.
Tujuan tahap ini terpenuhinya pemuasan anak dengan tidak berlebihan akan
membentuk self control yang adekuat.
3. Tahap
phalic (3-6 tahun)
Solusi permasalahan pada fase oral & anal membentuk pola kerangka
yang mendasar.
Tahap berikutnya yaitu phalik. Pada tahap ini kesenangan dan permasalahan
berpusat sekitar alat kelamin.
Stimulasi pada alat genital menimbulkan dorongan biologis, dorongan
dikurangi timbul kepuasan.
Permasalahan yang timbul : oedipus compleks
4. Tahap laten
(6-12 tahun)
Periode lambat dimana desakan seksual mengendur.
Sebaiknya digunakan untuk mencari keterampilan kognitif/pengetahuan dan
mengasimilasi nilai-nilai budaya.
Pada periode ini ego & superego terus dikembangkan
5. Tahap genital
(12-18 tahun)
Dorongan/impuls-impuls menguat lagi dengan drastis.
Pencapaian ego ideal sudah tercapai pada tahap ini
6. Tahap dewasa,
yang terbagi dewasa awal, usia setengah baya dan usia senja.
Konsep
psikolanalisis menekankan pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap perjalanan
manusia. Walaupun banyak para ahli yang mengkritik, namun dalam beberapa hal
konsep ini sesuai dengan konsep pembinaan dini bagi anak-anak dalam pembentukan
moral individual.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
(Erik H.Erikson)
(Erik H.Erikson)
a. Perkembangan kepribadian manusia terjadi
sepanjang rentang kehidupan
b. Perkembangan
kepribadian manusia dipengaruhi oleh interaksi sosial—hubungan dgn orang lain,
hal ini yang dikenal dengan ”teori psikososial”.
c. Perkembangan
kepribadian manusia ditentukan oleh keberhasilan atau kegagalan seseorang
mengatasi krisis yang terjadi pada setiap tahapan sepanjang rentang kehidupan.
Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun dalam
kenyataannya sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian dapat dan mungkin
terjadi, terutama dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari pada faktor fisik.
Perkembangan manusia melewati suatu proses dialektik yang harus dilalui
dan hasil dari proses dialektik ini adalah salah satu dari kekuatan dasar
manusia yaitu harapan, kemauan, hasrat, kompetensi, cinta, perhatian,
kesetiaan dan kebijaksanaan.
Perjuangan di antara dua kutub ini meliputi proses di dalam diri individu
(psikologis) dan proses di luar diri individu (sosial). Dengan demikian,
perkembangan yang terjadi adalah suatu proses adaptasi aktif.
Remaja menurut Erikson, memiliki dua kutub dialektik yaitu Identitas dan
Kebingungan. Salah satu dari pencarian individu dalam tahapan ini yaitu
pencarian identitas dirinya dengan menjawab satu pertanyaan penting yaitu
“Siapa Aku?”. Bila individu berhasil menjawabnya akan menjadi basis bagi
perkembangan ke tahap selanjutnya. Namun, apabila gagal, maka akan menimbulkan
kebingungan identitas di mana individu tidak berhasil menjawab siapa dirinya
yang sebenarnya. Apabila seorang individu tidak berhasil menemukan identitas
dirinya, maka ia akan sulit sekali mengembangkan keintiman dengan orang lain
terutama dalam hubungan heteroseksual dan pembentukan komitmen seperti yang
terdapat dalam pernikahan.
8 TAHAPAN
PERKEMBANGAN
(Menurut Erikson)
(Menurut Erikson)
1. Masa Bayi (Infancy)
2. Masa Kanak-kanak
awal (Early Childhood)
3. Masa Pra sekolah (Preschool Age)
4. Masa Sekolah (School
Age)
5. Masa Remaja (adolescence)
6. Masa Dewasa awal (Young Adulthood)
7. Masa Dewasa (Adulthood)
8. Masa Hari tua (Senescence)
Masa Bayi (Infancy)
(0-1/1,5 th)
(0-1/1,5 th)
Ditandai adanya kecenderungan Trust – Mistrust.
Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai
orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi
orang yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu
kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia
bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda
asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau menghadapi
situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.
Masa Kanak-kanak Awal (Early Childhood) (1/1,5-3 th)
Ditandai adanya kecenderungan Autonomy – Shame, Doubt.
Pada masa ini sampai batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum
dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain anak telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam
berbuat sehingga
seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
Masa Pra Sekolah (Preschool Age)
(3-6 th)
(3-6 th)
Ditandai adanya kecenderungan Initiative – Guilty.
Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan
kecakapan-kecakapan tersebut
anak terdorong melakukan beberapa kegiatan tetapi karena kemampuan anak masih terbatas sehingga adakalanya anak mengalami
kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan anak memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara
waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.
Masa Sekolah (School Age)
(6-12 th)
(6-12 th)
Ditandai adanya kecenderungan Industry–Inferiority.
Kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat
aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengetahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat
besar tetapi di pihak
lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang anak menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan.
Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.
Masa Remaja (Adolescence)
(12-20 th)
(12-20 th)
Ditandai adanya kecenderungan Identity–identity Confusion.
Persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan
kecakapan–kecakapan yang dimilikinya, anak berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri
yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas diri pada para remaja sering
sekali sangat ekstrim dan berlebihan sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan
atau kenakalan.
Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering
diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok
sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan
seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada
masing-masing anggota.
Masa Dewasa Awal (Young Adulthood)
(20-35 th)
(20-35 th)
Ditandai adanya
kecenderungan intimacy,
solidarity – isolation.
Pada masa sebelumnya individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada
masa ini ikatan kelompok
sudah mulai longgar.
Mereka sudah mulai selektif
dalam membina hubungan yang intim,
hanya
dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan
untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang
akrab atau renggang dengan yang lainnya.
Masa Dewasa (Adulthood)
(35-65 th)
(35-65 th)
Ditandai adanya
kecenderungan Generativity – Stagnation.
Pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala
kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga
perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu
sangat luas tetapi tidak mungkin dapat
menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan
kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal – hal tertentu ia
mengalami hambatan.
Masa Hari Tua (Senescence)
(> 65 th)
(> 65 th)
Ditandai adanya
kecenderungan ego integrity – despair.
Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi,
semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi
yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir.
Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya
tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat
dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus
berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali
mematahkan dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya.
8 TAHAPAN
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
( Harry Stack Sullivan)
( Harry Stack Sullivan)
1. Masa bayi
Kebutuhan akan rasa
aman dalam mengembangkan rasa percaya yang mendasar (basic trust).
2. Masa
kanak-kanak awal
Belajar
berkomunikasi
3. Pra
sekolah
Mengembangkan body
image
4. Usia
sekolah
Mengembangkan
hubungan dengan sebaya, melalui kompetisi, kompromi dan kooperatif
5. Remaja :
mengembangkan kemandirian, melakukan hubungan dengan jenis kelamin yang berbeda
6. Dewasa
Belajar untuk saling
tergantung, tanggung jawab terhadap orang lain.
TUGAS-TUGAS
PERKEMBANGAN
Physical
muturation, berkembang
karena kemasakan fisik
The cultural
pressure of society,
berkembang karena paksaan sosial
The personal
value and aspiration of the individual, berkembang karena penilaian dan penghargaan terhadap diri sendiri
Gabungan semuanya.
BAB 5
TIPE-TIPE KEPRIBADIAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KARAKTER INDIVIDU
KARAKTER INDIVIDU
Ø Hippocrates berpendapat bahwa diri seseorang terdapat
4 macam cairan tubuh yang dapat mempengaruhi karakter seseorang yaitu empedu kuning, empedu hitam, lendir dan darah
merah.
Ø Galenus menyempurnakan teori Hippocrates ini.
Teori Galenus ini dijabarkan kembali oleh Florence Littauer dalam bukunya
Personality Plus
tentang kholeris, melankholis, phlegmatis dan sanguinis.
tentang kholeris, melankholis, phlegmatis dan sanguinis.
1. Tipe Kepribadian
Sanguinis
Tipe ini paling baik dalam hal
berurusan dengan orang lain secara antusias, menyatakan pemikiran dengan penuh
gairah, memperlihatkan perhatian. Kelemahan tipe ini adalah berbicara terlalu
banyak, mementingkan diri sendiri, sulit berkonsentrasi, kurang disiplin.
2. Tipe Kepribadian
Melankolis
Tipe ini paling baik dalam hal
mengurus perincian dan pemikiran secara mendalam, memelihara catatan, bagan dan
grafik, menganalisis masyarakat yang terlalu sulit bagi orang lain. Kelemahan
tipe ini adalah mudah tertekan, menunda-nunda suatu pekerjaan, mempunyai citra
diri yang rendah, mengajukan tuntutan yang tidak realistis pada orang lain.
3. Tipe Kepribadian
Koleris
Tipe ini paling baik dalam hal
pekerjaan yang memerlukan keputusan cepat, persoalan yang memerlukan tindakan
dan pencapaian seketika, bidang-bidang
yang menuntut kontrol dan wewenang yang kuat. Kelemahan tipe ini adalah tidak
tahu bagaimana cara menangani orang lain, sulit mengakui kesalahan, sulit bersikap
sabar, terlalu pekerja keras.
4. Tipe Kepribadian
Phlegmatis
Tipe ini paling baik dalam
posisi penengahan dan persatuan, badai yang perlu diredakan, rutinitas yang
terus membosankan bagi orang lain. Kelemahan tipe ini adalah kurang antusias,
malas, tidak berpendirian, sering mengalami perasaan sangat khawatir, sedih dan
gelisah.
CARA UNTUK MENYESUAIKAN DIRI
1. Tipe Sanguinis
• Jangan mengharapkan mereka mengingat janji
pertemuan/tepat pada waktunya.
• Sadarilah mereka bicara tanpa berpikir
lebih dulu.
• Sadarilah bahwa mereka bermaksud baik.
• Terimalah kenyataan bahwa mereka mendapat
kesenangan dari apa yang akan memalukan orang lain.
2. Tipe Melankolis
• Ketahuilah bahwa mereka sangat perasa dan
mudah sakit hati.
• Sadarilah bahwa mereka diprogram dengan
sikap pesimistis.
• Pujilah mereka dengan tulus dan penuh
kasih sayang.
• Terimalah kenyataan bahwa kadang-kadang
mereka menyukai kesunyian.
3. Tipe Koleris
• Akuilah bahwa mereka berbakat memimpin.
• Ketahuilah bahwa mereka tidak bermaksud
menyakiti.
• Sadarilah bahwa mereka tidak penuh belas
kasihan.
• Ketahuilah bahwa mereka selalu benar.
4. Tipe Plegmatis
• Sadarilah mereka memerlukan motivasi
langsung.
• Bantulah mereka menetapkan tujuan.
• Jangan mengharapkan antusiasme.
• Doronglah mereka untuk
menerimatanggungjawab.
BAB 6
KESADARAN & KETIDAKSADARAN
Psikologi adalah
ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, bukan saja perilaku yang kelihatan,
melainkan juga yang tidak kelihatan, yang sering dikenal dengan ’ketidaksadaran’.
Ketidaksadaran
lebih banyak dibicarakan dalam aliran psikoanalisa yang dipelopori oleh Freud.
Ketidaksadaran
adalah kekuatan yang besar dalam diri kita.
Kebanyakan
didalamnya adalah hal-hal yang tidak kita inginkan, hal-hal yang kita benci,
hal-hal tidak menyenangkan yang direpresi, dilupakan.
Ketidaksadaran juga menyimpan suatu harta karun
yang jika ditemukan dapat mengantarkan manusia kepada ’pencerahan’ hidup
ketika seorang manusia semakin mendekati Self dan dapat menyeimbangkan conscious-unconscious.
Untuk itu, seorang manusia harus mengenali dirinya terlebih dahulu.
Pemahaman
tentang kesadaran dan ketidaksadaran manusia merupakan salah satu sumbangan
terbesar dari pemikiran Freud.
Kunci untuk
memahami perilaku dan problema kepribadian bermula dari hal tersebut.
Ketidakasadaran tidak dapat dikaji langsung, karena perilaku yang muncul itu
merupakan konsekuensi logisnya.
Kesadaran & ketidak sadaran
Menurut Freud
KESADARAN & KETIDAKSADARAN
(sigmund freud)
(sigmund freud)
1.
ALAM SADAR (conciousness)
Alam Sadar
(conciousness) merupakan bagian dari pikiran dimana persepsi yang
berasal dari dunia luar atau dari dalam tubuh (pikiran) di bawa ke kesadaran.
Dalam proses yang bersumber dari internal, hanya pikiran yang ada di alam pra
sadar yang dapat di bawa ke alam sadar.
Kesadaran
merupakan fenomena subjektif yang isinya dapat dikomunikasikan hanya melalui
bahasa dan perilaku.
Å Kesadaran
menggunakan energi psikis, artinya seseorang menyadari suatu ide atau perasaan
akibat adanya sejumlah energi psikis. Energi psikis bentuk konkritnya berupa
aliran listrik yang mengalir dalam serabut syaraf melalui neurotransmitter.
Å Kesadaran
sebagai alat pencerap apa yang menjadi perhatian bekerja sama dengan alam pra
sadar. Melalui perhatian individu dapat menjadi sadar (tahu) tentang rangsang
yang masuk dari dunia luar, kesadaran dapat menfokuskan beberapa stimulus dan
mengabaikan stimulus lain.
2.
ALAM PRA SADAR
Å Belum ada pada
waktu lahir dan berkembang pada masa anak-anak.
Å Berdekatan dan
bekerja sama dengan alam sadar.
Å Kegiatan mental
alam pra sadar dinamakan proses sekunder.
Å Sangat erat
dengan prinsip realita (ego)
Å Menjaga jangan sampai
hasrat-hasrat yang bertentangan dengan kenyataan keluar ke alam sadar.
Å Terdiri dari
peristiwa-peristiwa, proses dan isi pikir yang dapat dibawa ke alam sadar
dengan memusatkan perhatian.
3.
ALAM TIDAK SADAR (unconciousness)
Å Mengandung
berbagai ide dan afek yang ditekan.
Å Hasrat/
keinginan tidak dapat dibawa ke alam sadar, hanya akan mendorong alam sadar
untuk melakukan sesuatu.
Å Beberapa memori
dan keinginan yang menyakitkan, konflik-konflik masa lalu yang tidak
dikehendaki, trumatik dan tidak diinginkan cenderung untuk direpresi
(penekanan/ditekan) ke alam bawah sadar, hal ini akan terus mempengaruhi
perilaku kita walau kita tidak menyadarinya.
Contoh
Alam Sadar
¡ Keadaan yang
tampak dan dirasakan saat ini,
¡ kuliah, pakaian,
tugas-tugas, keuangan saat ini
Ambang Sadar
¡ Batas antara
sadar & bawah sadar muncul dalam
¡ bentuk
mimpi-mimpi
Bawah Sadar
¡ Dipermalukan,
ditolak cinta, disiksa, tidak lulus ujian, ayah tiri, hubungan kakak adik tdk
harmonis, dipekosa, mencuri, perasaan berdosa, konflik-konflik masa lalu.
KESADARAN & KETIDAKSADARAN
Menurut Carl
Gustav Jung
Konsep jiwa
Å Jiwa terdiri
dari dua bagian yang saling melengkapi yaitu:
“kesadaran” dan “ketidaksadaran”.
Å Fungsi jiwa
dalam kaitannya dengan kesadaran menurut teori ini adalah suatu aktivitas yang
secara teori tidak berubah dalam lingkungan yang berbeda-beda.
Å Jadi menurut
teori ini jiwa itu sesuatu yang permanen dan menetap.
Secara umum
teori ini menyebutkan empat fungsi jiwa : Dua rasional (pikiran dan perasaan),
dan dua tidak rasional (pendirian dan intuisi).
Pada umumnya
manusia mempunyai ke empat fungsi tersebut, akan tetapi biasanya hanya salah
satu fungsi yang paling berkembang superior.
Fungsi
superior menguasai alam sadar dan fungsi inferior menguasai alam tidak sadar.
2 TIPE SIKAP JIWA
1. TIPE
EKSTROVERT
Å Sikap
kesadaran yang mengarah keluar dirinya.
Å Orientasi
tertuju keluar, pikiran, perasaan dan tindakannya ditentukan oleh lingkungan.
Å Penyesuaian
dengan lingkungan baik, tingkah laku baik, cepat dan tepat serta pandai bergaul.
2. TIPE
INTROVERT
Å Sikap
kesadarannya mengarah ke dalam dirinya.
Å Sulit
menyesuaikan dengan lingkungan, semua dipandang dari sudut dirinya, kurang dapat
bergaul.
STRUKTUR KETIDAKSADARAN
1. KETIDAKSADARAN
PRIBADI
a. Daerah yang
berdekatan dengan ego, terdiri dari pengalaman-pengalaman alam sadar/disadari,
ingatan dan kemudian di represi , dilupakan atau diabaikan atau hal-hal yang tertekan.
b. Isi ketidaksadaran
pribadi sama seperti pra sadar pada konsep Freud, yang dapat menjadi sadar.
2. KETIDAKSADARAN
KOLEKTIF
a. Meliputi emosi-emosi dan invasi-invasi.
b. Diwariskan dari
generasi ke generasi.
c. Merupakan
endapan cara reaksi manusia yang khas sejak dulu dalam menghadapi situasi
ketakutan, bahaya, perjuangan, kelahiran dan kematian (akibat dari
pengalaman-pengalaman yang berulang selama banyak generasi , misalnya setiap
mendengar kata aliran asosiasi kita pada lampu yang padam padahal pengertian
salah tersebut diwariskan turun-temurun, saat listrik mati respon orang tua
mengatakan aliran.
d. Bersifat
universal.
Contoh
kecenderungan manusia takut pada kegelapan dengan ular, karena diasumsikan
bahwa manusia terdahulu menemukan banyak bahaya dalam kegelapan dan menjadi
korban ular berbisa.
e. Collective unconsciousness yaitu sebuah
ketidaksadaran kolektif, sebuah ingatan masa lalu yang terbawa sejak kita
lahir. Ingatan-ingatan itu berisi primordial image (gambaran-gambaran
zaman dahulu) yang dinamakan archetype.
f.
Archetype adalah tema-tema yang ada didalam kehidupan
manusia. Tema ini mungkin bisa disejajarkan dengan ide Plato mengenai dunia
ide. Archetype bisa berupa The Hero, Mother, The Wise Old Man, Anima,
ataupun The Shadow.
g. Pengalaman-pengalaman
seseorang tentang dunia sebagian besar dibentuk oleh ketidaksadaran kolektif,
walau tidak sepenuhnya demikian.
h. Alam tidak sadar
(unconciousness) berisikan kejadian-kejadian jiwa yang terletak pada
daerah perbatasan antara ketidaksadaran pribadi dan kolektif, yaitu hal-hal
yang tidak dapat diingat lagi. Unconciousness lebih dekat ke arah
ketidaksadaran kolektif.
MANIFESTASI DARI KETIDAKSADARAN
Sympton
Å Merupakan gejala-gejala masih dapat disadari
Å Gejala dorongan jalannya energi yang normal, yang dapat berbentuk
sympton kejasmanian maupun kejiwaan.
Å Sympton adalah tanda
bahaya, yang memberitahu bahwa ada sesuatu dalam kesadaran yang kurang dan
karenanya perlu perluasan ke alam tak sadar, contohnya
kegiatan tubuh yang tak terkontrol.
Mimpi, Fantasi dan Khayalan
Å Merupakan manifestasi dari ketidaksadaran kolektif.
Kompleks
Å Merupakan gejala-gejala yang masih dapat
disadari
Å Bagian kejiwaan
kepribadian yang telah terpecah dan lepas dari penilikan (kontrol)
kesadaran dan kemudian mempunyai kehidupan sendiri dalam kegelapan alam
ketidaksadaran yang selalu
dapat menghambat atau memajukan prestasi-prestasi kesadaran.
Archetypus
Å Pendapat
instinktif dan reaksi instinktif terhadap situasi tertentu yang terjadi diluar
kesadaran.
2 KOMPONEN (UNSUR) UTAMA
KETIDAKSADARAN KOLEKTIF
KETIDAKSADARAN KOLEKTIF
1. ARCHETYPE
Bentuk pikiran
(ide) universal yang mengandung unsur emosi yang besar.
Merupakan
pikiran instingtif dan reaksi instingtif terhadap situasi tertentu yang terjadi
di luar kesadaran, dibawa sejak lahir dan tumbuh pada ketidaksadaran kolektif
selama perkembangan manusia disebut sebagai pola dasar.
Contoh: Archetype
ibu menghasilkan gambaran tentang figur ibu, dengan kata lain bayi mewarisi
konsep yang sudah terbentuk lebih dulu tentang ibu yang bersifat umum dan
menentukan bagaimana bayi mempersepsikan ibunya.
Kompleks :
Merupakan Ide yang dipengaruhi oleh perasaan dan timbul sebagai akibat dari
pengalaman traumatik yang berlarut-larut pada masa kanak-kanak. Kompleks
terjadi didasarkan bentuk-bentuk pengalaman manusiawi yang universal.
Contoh : Reaksi khas
seorang anak terhadap ibunya ditentukan oleh pengalaman pribadi tentang ibunya.
2. PERSONA, ANIMA
DAN ANIMUS
Persona adalah suatu
topeng yang menutupi kepribadian, dimana seseorang tampil di dunia luar.
Persona dapat terfiksasi sehingga orang yang sesungguhnya tersembunyi dari
dirinya.
Sedangkan Anima
dan animus adalah sifat yang tidak disadari yang masing-masing dimiliki oleh
wanita dan laki-laki.
Anima adalah
feminimitas laki-laki yang tidak dikembangkan.
Animus adalah
maskulinitas wanita yang tidak dikembangkan.
Menurut teori
ini setiap individu memiliki potensi laki-laki dan perempuan. Hanya lingkungan
yang bertanggung jawab mengembangkan potensi salah satunya dari keduanya.
apakah sesorang akan menjadi laki-laki atau perempuan atau
identitas dirinya kabur seperti waria atau banci.
KESADARAN &
KETIDAKSADARAN
KETIDAKSADARAN
Gerald Corey
bukti klinis ketidaksadaran manusia dapat dilihat dari hal-hal berikut
1) Mimpi
Hal ini merupakan
pantulan dari kebutuhan, keinginan dan konflik yang terjadi dalam diri
2) Salah ucap
sesuatu
Misalnya nama yang
sudah dikenal sebelumnya
3) Sugesti pasca
hipnotik
4) Materi yang
berasal dari teknik asosiasi bebas
5) Materi yang
berasal dari teknik proyeksi
6) Isi simbolik
dari simptom psikotik.
PENGERTIAN KESADARAN
Kesadaran adalah suatu tingkat kesiagaan individu
pada saat ini terhadap stimulus internal dan eksternal, yaitu terhadap
peristiwa-peristiwa lingkungan dan sensasi tubuh, memori dan pikiran.
Pengertian lainnya adalah kemampuan individu
mengadakan hubungan dengan lingkungan serta diri sendiri (melalui panca
inderanya) dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungan serta diri sendiri
(melalui perhatian).
Bukti terjadinya pemrosesan informasi membuat para ahli kembali
mengungkap konsep kesadaran. Kesadaran sudah mulai diungkap sejak
zaman William James (1890) yang menyatakan bahwa :
Kesadaran adalah agen yang memilih satu dari sekian
banyak stimulus dan selanjutnya stimulus yang dipilih ditonjolkan dan
diperjelas sementara event-event yang lain ditekan.
Kesadaran merupakan topik epifenomenal karena
meskipun tampak pada perilaku namun sangat dipengaruhi oleh proses tidak sadar.
FUNGSI KESADARAN (SHALLICE)
1. Dapat digunakan
dalam membuat keputusan
Dalam keadaan sadar
perawat dapat memutuskan pergi atau tidak, bekerja atau tidak, melanjutkan
pendidikan atau tidak.
2. Dapat digunakan
dalam mengarahkan dan mengendalikan tindakan merencanakan, memulai dan
mengarahkan tindakan. Misalnya dalam keadaan sadar seorang perawat dapat
melakukan kegiatan seperti membereskan ruangan, memberi obat, mengganti
balutan.
3. Dapat digunakan
dalam pemantauan perilaku.
Secara sadar perawat
mengamati perilaku klien gangguan jiwa atau melakukan evaluasi klien setelah
perawatan.
4. Memungkinkan
terhadap penyesuaian perilaku.
Dalam keadaan sadar
perawat dapat menyiapkan diri bila hujan turun, mencari alternatif bila
kendaraan mogok, atau menyesuaikan diri bila lingkungan terasa berisik.
KAITAN KESADARAN DENGAN HEMISFERIK
Teori Tulving
mendorong Broca (1869) seorang ahli fisika Perancis meneliti bahwa
Belahan otak
kanan dan kiri berfungsi secara asimetris (Split Brain).
Kesadaran dan
pemrosesan bahasa di hemisfer kiri dan fungsi spasial di hemisfer kanan.
Tingkat
kesadaran juga mempengaruhi terjadinya atensi.
BAB
7
KONSEP
BELAJAR
Mengapa kita belajar
?
Belajar merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku
individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) :
Sebagian terbesar perkembangan individu
berlangsung melalui kegiatan belajar.
PENGERTIAN BELAJAR
Thursan Hakim
Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan
lain-lain kemampuan.
Hilgard & Bower (Theories of Learning)
Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya
yang berulang-ulang dalam suatu situasi.
Skinner
Belajar merupakan hubungan antara stimulus dan
respons yang tercipta melalui proses tingkah laku.
Moh. Surya (1997)
Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
Witherington (1952)
Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang
dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan,
sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.
Crow & Crow (1958)
Belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan,
pengetahuan dan sikap baru.
Hilgard (1962)
Belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul
perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi.
Di Vesta & Thompson (1970)
Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif
menetap sebagai hasil dari pengalaman.
Gage & Berliner
Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku
yang yang muncul karena pengalaman.
Kesimpulan Belajar
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah
perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas perubahan tingkah laku seseorang diberbagai bidang
yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya. Jika
di dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas
kemampuan, dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam
proses belajar.
Ciri-ciri Perubahan
Perilaku
Moh. Surya (1997)
Moh. Surya (1997)
1. Perubahan yang
disadari dan disengaja
(intensional)
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha
sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan
hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah
terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau
keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu
proses belajar.
Contoh Kasus
Seorang mahasiswa
ekonomi sedang belajar tentang psikologi. Dia menyadari bahwa dia sedang
berusaha mempelajari tentang psikologi. Begitu juga, setelah belajar psikologi dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi
perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi.
2. Perubahan yang
berkesinambungan (kontinyu)
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang
dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan
yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan
pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya.
Contoh Kasus
Seorang mahasiswa telah belajar Psikologi Dasar
tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan “Konsep
Belajar”, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya tentang “Konsep
Belajar” akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Perubahan yang
fungsional
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk
kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang.
Contoh Kasus
Seorang mahasiswa ekonomi belajar tentang
psikologi dasar, maka pengetahuan dan keterampilannya tentang psikologi dapat
dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri
maupun mempelajari dan mengembangkan perilaku orang lain ketika berinteraksi
dengan orang lain.
4. Perubahan yang
bersifat positif
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif
dan menujukkan ke arah kemajuan.
Contoh Kasus
Seorang mahasiswa ekonomi sebelum belajar tentang
Psikologi menganggap bahwa dalam perilaku ekonomi tidak perlu mempertimbangkan
perbedaan-perbedaan individual ataupun perkembangan perilaku dan pribadi
seseorang, namun setelah mengikuti pembelajaran Psikologi Dasar, dia memahami
dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip-prinsip perbedaan individual maupun
prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi seorang Manajer
Sumber Daya Manusia.
5. Perubahan yang
bersifat aktif
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang
bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan.
Contoh Kasus
Mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan baru
tentang psikologi keperawatan, maka mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku
psikologi, berdiskusi dengan teman tentang ilmu psikologi maupun psikologi
keperawatan.
6. Perubahan yang
bersifat permanen
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses
belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya.
Contoh Kasus
Mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka
penguasaan keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan
melekat dalam diri mahasiswa tersebut.
7. Perubahan yang
bertujuan dan terarah
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada
tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun
jangka panjang.
Contoh Kasus
Seorang mahasiswa belajar psikologi dasar, tujuan yang
ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan,
sikap dan keterampilan tentang psikologi yang diwujudkan dalam bentuk kelulusan
dengan memperoleh nilai A.
Sedangkan tujuan jangka
panjangnya dia ingin menjadi MSDM yang efektif dengan memiliki kompetensi yang
memadai tentang psikologi.
Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut.
8. Perubahan
perilaku secara keseluruhan
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar
memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam
sikap dan keterampilannya.
Contoh Kasus
Mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori Belajar”,
disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”,
dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru menguasai “Teori-Teori
Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan
“Teori-Teori Belajar”.
BENTUK PERUBAHAN PERILAKU YANG MERUPAKAN HASIL BELAJAR
(Menurut Gagne)
(Menurut Gagne)
Kecakapan intelektual
Keterampilan individu dalam melakukan interaksi
dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan
simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan
dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep
abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi
pemecahan masalah.
Informasi verbal
Penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik
secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu
benda, definisi, dan sebagainya.
Sikap
Hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu
untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap
adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu obyek atau
peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai
pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
Strategi kognitif
Kecakapan individu untuk melakukan pengendalian
dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran,
strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara
berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual
menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih
menekankan pada pada proses pemikiran.
Kecakapan motorik
Hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan
yang dikontrol oleh otot dan fisik.
BAB 8
KREATIFITAS &
PROSES BERPIKIR
Berpikir adalah aktualisasi otak sebagai sumber penggerak yang tidak terbatas dengan menggambarkan dan membayangkan sesuatu dalam pikiran
PENGERTIAN
Conny R. Semiawan
Kreatifitas sebagai
kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan
masalah.
Utami Munandar
Kreatifitas adalah
kemampuan mengkombinasi, memecahkan masalah dan cerminan kemampuan operasional
manusia.
Selo Soemardjan (1983)
Kreativitas
merupakan sifat pribadi seorang individu dan bukan merupakan sifat sosial yangg
dihayati oleh masyarakat yang tercermin dari kemampuannya untuk menciptakan
sesuatu yg baru.
PENGERTIAN
Baron (1969)
Kreatifitas adalah
kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru.
Haefele (1962)
Kreativitas adalah
kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial.
5 CIRI ORANG KREATIF
(Menurut Guilford)
(Menurut Guilford)
1. Kelancaran (Fluency)
Kemampuan untuk
memproduksi banyak gagasan
2. Keluwesan (Flexibility)
Kemampuan untuk
mengajukan bermacam-macam pendekatan atau jalan pemecahan masalah
3. Keaslian (Originality)
Kemampuan untuk
melahirkan gagasan asli sebagai hasil pemikiran sendiri dan tidak klise
4. Penguraian (Elaboration)
Kemampuan menguraikan sesuatu secara terperinci
5. Perumusan
kembali (Redefinitaion)
Kemampuan untuk mengkaji kembali sesuatu persoalan
melalui cara yang berbeda dengan apa yang sudah lazim.
CIRI-CIRI
MAMPU BERPIKIR KREATIF
(Feldhusen & Treffinger,1980)
(Feldhusen & Treffinger,1980)
Ciri-ciri
Aptitude
Fluency (banyak bertanya, punya banyak gagasan, dll)
Flexibility (mampu merubah alur berpikir secara spontan)
Originality (memikirkan masalah yang langka,
sintesa dalam berpikir, dll)
Elaboration (memperkaya gagasan orang lain, menguji detail, dll)
Evaluation (menentukan pendapat sendiri,
kritis, dll)
CIRI-CIRI MAMPU BERPIKIR KREATIF
(Feldhusen & Treffinger,1980)
(Feldhusen & Treffinger,1980)
Ciri-ciri Afektif (Non Aptitude)
Rasa ingin tahu
Bersifat imajinatif
Tertantang oleh kemajemukan
Berani mengambil resiko
Menghargai
4 JENIS
DIMENSI KREATIFITAS
(Four P’s of Creativity)
(Four P’s of Creativity)
1. DIMENSI PERSON
Definisi pada dimensi
person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau
person dari individu yang dapat disebut kreatif.
¡ “Creativity
refers to the abilities that are characteristics of creative people” (Guilford,
1950)
Guilford menerangkan
bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri
seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat.
¡ “Creative action
is an imposing of one’s own whole personality on the environment in an
unique and characteristic way” (Hulbeck, 1945 )
Tindakan kreatif muncul
dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.
2. DIMENSI PROCESS
Definisi pada
dimensi proses bahwa kreativitas berfokus pada proses berpikir sehingga
memunculkan ide-ide unik atau kreatif.
“Creativity is a process that manifest in self in fluency, in flexibility
as well in originality of thinking” (Munandar,1977)
Kreativitas adalah sebuah
proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas),
dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi
(mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan, sehingga lebih menekankan pada
aspek proses perubahan (inovasi dan variasi).
Kreatifitas Dalam
Dimensi Process
(Munandar, 1977)
(Munandar, 1977)
4 TAHAP DALAM
PROSES KREATIF
(Wallas,1976)
(Wallas,1976)
1. Tahap Persiapan
Tahap pengumpulan
informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini
terjadi percobaan-percobaan atas dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan
masalah yang dialami.
2. Tahap Inkubasi
Tahap dieraminya
proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini berlangsung dalan waktu
yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun),
dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam
tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan
teringat kembali pada akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap berikutnya.
Lanjutan
3. Tahap Iluminasi
Tahap munculnya
inspirasi atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini muncul
bentuk-bentuk cetusan spontan, seperti dilukiskan oleh Kohler dengan kata-kata
now, I see itu yang kurang lebihnya berarti “oh ya”.
4. Tahap Verifikasi
Tahap munculnya
aktivitas evaluasi tarhadap gagasan secara kritis, yang sudah mulai dicocokkan
dengan keadaan nyata atau kondisi realita.
Kesimpulan
Dari pendapat ahli
diatas (Munandar & wallas) bahwa kreativitas sebagai sebuah proses
yang terjadi didalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah
gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir).
3. DIMENSI PRESS
Definisi dan
pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik
dorongan internal berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri
secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan
psikologis.
¡ “The initiative
that one manifests by his power to break away from the usual sequence of
thought” (Simpson,1982
dalam Munandar 1999)
¡ Mengenai “press”
dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan
menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam
kebudayaan yang terlalu menekankan
tradisi, dan kurang terbukanya
terhadap perubahan atau perkembangan
baru.
4. DIMENSI PRODUCT
Merupakan upaya
mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan
oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan
yang inovatif.
“Creativity is the ability to bring something new into existence”
(Baron, 1976)
(Baron, 1976)
THREE FACET
MODEL OF CREATIVITY
(Sternberg,1988)
(Sternberg,1988)
THREE FACET MODEL OF CREATIVITY
(Sternberg, 1988)
(Sternberg, 1988)
Intelegensi
Kemampuan verbal,
pemikiran lancar, pengetahuan, perencanaan, perumusan masalah, penyusunan
strategi, representasi mental, ketepatan pengambilan keputusan, keseimbangan.
Gaya kognitif
Kelonggaran &
ketertarikan pd konvensi, menciptakan aturan-aturan sendiri, melakukan hal-hal dengan
cara sendiri, menyukai masalah yang tidak terlalu berstruktur, suka menulis,
merancang, suka pada jabatan yang menuntut kreativitas
Kepribadian/ Motivasi
Kelenturan,
toleransi pd ambiguitas, dorongan b’prestasi & mendpt pengakuan ulet
m’hadapi rintangan, moderat dlm pengambilan keputusan
7 HAMBATAN MENJADI
KREATIF
1. Rasa Takut
Rasa takut gagal, takut
salah, takut dimarahi, dan rasa takut lainnya sering menghambat seseorang untuk
berpikir kreatif.
2. Terpaku Pada
Masalah
Masalah seperti
kegagalan, kesulitan, kekalahan, kerugian memang menyakitkan. Tetapi bukan
berarti usaha untuk
memperbaiki ataupun mengatasi masalah harus terhenti. Justru dengan adanya masalah mendorong seseorang untuk lebih kreatif agar dapat menemukan cara lain yang lebih baik, lebih cepat, lebih
efektif.
3. Rasa Puas
Bukan masalah saja yang
bisa menjadi hambatan. Kesuksesan, kepandaian dan kenyamananpun bisa jadi
hambatan. Seseorang yang sudah
puas akan prestasi yang diraihnya, serta telah merasa nyaman dengan kondisi
yang dijalaninya seringkali terbutakan oleh rasa bangga dan rasa puas tersebut
sehingga orang tersebut tidak terdorong untuk menjadi kreatif mencoba yang
baru, belajar sesuatu yang baru, ataupun menciptakan sesuatu yang baru.
4. Rutinitas Tinggi
Rutinitas bisa menjadi hambatan bagi seseorang untuk berpikir kreatif sehingga seseorang perlu menyisihkan waktu
khusus untuk mengisi ‘kehausan’ akan kreativitas, misalnya baca buku tiap minggu (mungkin bisa menemukan ide
brilian yang bisa diadaptasi atau perbaiki), perluas lingkungan
sosial dengan mengikuti
perkumpulan-perkumpulan di luar pekerjaan (siapa tahu bertemu dengan
orang-orang yang bisa mendukung ke jenjang sukses).
5. Kemalasan Mental
Orang yang malas
menggunakan kemampuan otaknya untuk berpikir kreatif sering tertinggal dalam
karir dan prestasi kerja oleh orang-orang yang tidak malas untuk mengasah
otaknya guna memikirkan sesuatu yang baru, ataupun mencoba yang baru.
6. “Stereotyping”
Lingkungan dan budaya
sekitar sering membentuk opini
atau pendapat umum terhadap sesuatu (stereotyping) bisa juga menjadi hambatan
dalam berpikir kreatif. Kreativitas memang masih harus ditunjang dengan senjata
sukses lainnya tetapi orang yang memiliki dan
bisa mengoptimalkan kreativitas mereka bisa menggeser mereka yang tidak memanfaatkan
kreativitas mereka.
7. Birokrasi
• Proses pengambilan keputusan yang lama atau karena proses
birokrasi yang terlalu berliku-liku seringkali mematahkan
semangat orang untuk berkreasi ataupun menyampaikan ide dan usulan perbaikan.
• Biasanya semakin
besar organisasi, semakin panjang proses birokrasi, sehingga masalah yang
terjadi di lapangan tidak bisa langsung terdeteksi oleh top management karena
harus melewati rantai birokrasi yang panjang.
• Belajar dari
pengalaman dan hasil studi di bidang manajemen, banyak organisasi dunia yang
sekarang memecah diri menjadi unit-unit bisnis yang lebih kecil untuk
memperpendek birokrasi agar bisa lebih gesit dalam berkreasi menampilkan
ide-ide segar bagi para pelanggan ataupun dalam kecepatan mendapatkan solusi.
CARA MELATIH BERPIKIR KREATIF
1. Berpikir semua bisa dilakukan
Yakinlah, sesuatu yang akan
dikerjakan
mampu untuk diselesaikan.
Buang ungkapan bernada pesimis.
”Saya mungkin bisa
mengerjakan”.
Ganti dengan ungkapan
penuh optimisme.
”Saya pasti bisa
mengerjakannya”, ”Bagi saya tidak ada kata menyerah!”.
Pernyataan optimis melatih
seseorang berani masuk ke persoalan. Pola pikir pun berkembang, karena dipaksa
memeras otak untuk mewujudkan tekad itu.
2. Hilangkan cara
berpikir konservatif
Pola berpikir konservatif ditandai dengan kekhawatiran untuk menerima
perubahan, meski perubahan itu menguntungkan karena ingin mempertahankan gaya konservatif, perubahan ditanggapi secara
dingin, bahkan dipersepsikan sebagai ancaman.
Karena merasa nyaman atau diuntungkan dengan cara konservatif, ketika
dituntut untuk mengubah pola pikir takut akan mengalami kerugian.
Hendaknya disadari, cara berpikir konservatif memasung pemikiran kreatif
karena pikiran dibekukan oleh sesuatu yang statis. Padahal dalam berpikir
kreatif unsur statis semestinya dihilangkan. Mulailah berpikir dinamis, dengan
terus mengolah pemikiran untuk menemukan pola pikir efektif.
3 Cara Mengurangi
atau Menghilangkan
Pola Berpikir Konservatif
Pola Berpikir Konservatif
ü Terbuka terhadap masukan
Masukan adalah bahan
mentah sangat berharga. Lalu mengolahnya menjadi “barang jadi” lewat pemikiran kreatif. Jadi, jangan
takut dengan ide, usulan, bahkan kritik. Karena semua itu merangsang kita
berpikir kreatif.
ü Mencoba pekerjaan atau hal di luar bidang kita
Untuk ”memperkaya” diri,
pola pikir juga perlu menghadapi sesuatu yang berbeda dari biasanya.
ü Harus proaktif
Sesorang dituntut ”menjemput
bola” dalam menghadapi sesuatu, dan bukan ”menunggu bola”. Bertindak proaktif
berarti membuat diri bebas memilih tindakan, tentu berdasarkan perhitungan
matang. Ini bisa terjadi kalau seseorang
mempunyai
kreativitas berpikir.
PROSES PEMECAHAN
MASALAH KREATIF (PMK)
(Parnes, Noller & Biondi, 1977)
(Parnes, Noller & Biondi, 1977)
1. MENEMUKAN FAKTA
Kumpulkan fakta tentang masalah (divergen)
Ajukan pertanyaan untuk dapat info (divergen)
Pilih pertanyaan yang paling penting (konvergen)
1. MENEMUKAN
MASALAH
Perluas masalah untuk mendapat perspektif lain (divergen)
Uraikan masalah menjadi lebih khusus (divergen)
Tentukan masalah yang terpenting (konvergen)
3. MENEMUKAN
GAGASAN
§ Kembangkan ide sebnyak-banyaknya
untuk problem solving (divergen)
§ Tunggu &
pilih ide/gagasan terbaik (konvergen)
4. MENEMUKAN
PENYELESAIAN
§ Tentukan tolak
ukur/kriteria untuk menilai gagasan (divergen)
§ Pilih gagasan dengan nilai terbaik/kombinasikan (konvergen)
5. MENEMUKAN PENERIMAAN
§ Susun rencana tindakan agar gagasan terbaik dapat
diterima/dilaksanakan
§ Manfaat teknik
kreatif dalam keluarga :
─
Sebagai rekreasi
─
Mendidik untuk berpikir kreatif
─
Membantu untuk memecahkan masalah sehari-hari
Proses PMK
(Parnes, Noller & Biondi, 1977)
(Parnes, Noller & Biondi, 1977)
BAB
9
PERSEPSI
PENGERTIAN
Menurut Robbins (1999:124)
Persepsi
adalah suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan
kesan-kesan indera mereka untuk memberikan makna terhadap lingkungannya.
Thoha (1999:123-124)
Persepsi
pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam
memahami setiap informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman.
Kreitner & Kinichi (1989:109)
Persepsi
sebagai suatu kegiatan mental intelektual untuk menginterpretasikan dan
memahami sekitar kita, akan pengakuan dari suatu obyek-obyek yang merupakan
salah satu fungsi dari suatu proses.
PENGERTIAN
Atkinson dan Hilgard (1991:209)
Persepsi
adalah proses seseorang menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam
lingkungan. Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap
stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke
dalam otak, kemudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses
yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi.
Irwanto (1990:71)
Persepsi
merupakan suatu proses diterimanya suatu rangsangan (obyek, kualitas, hubungan
antar gejala maupun peristiwa) sampai suatu rangsang tersebut disadari atau dimengerti
sehingga individu mempunyai pengertian tentang lingkungannya.
Maramis (1998:119)
Persepsi
sebagai daya mengenal barang, kualitas atau hubungan serta perbedaan yang
terdapat pada obyek, melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan
setelah panca-inderanya mendapat rangsang.
PENGERTIAN
Sabri (1993)
Persepsi sebagai
aktivitas yang memungkinkan manusia mengendalikan rangsangan-rangsangan yang
sampai kepadanya melalui alat inderanya, menjadikannya kemampuan itulah
dimungkinkan individu mengenali milleu (lingkungan pergaulan) hidupnya.
Proses persepsi terdiri dari tiga tahap yaitu
tahapan pertama terjadi pada pengideraan diorganisir berdasarkan
prinsip-prinsip tertentu, tahapan ketiga yaitu stimulasi pada penginderaan
diinterprestasikan dan dievaluasi.
Mar’at (1981)
Persepsi adalah
suatu proses pengamatan seseorang yang berasal dari suatu kognisi secara terus
menerus dan dipengaruhi oleh informasi baru dari lingkungannya.
Riggio (1990)
Persepsi sebagai
proses kognitif baik lewat penginderaan, pandangan, penciuman dan perasaan yang
kemudian ditafsirkan.
PENGERTIAN
Salim (2002:184) dalam The Contemporary –
English – Indonesia Dictionary, mengartikan kata "Perception"
(persepsi) sebagai : 1) Perasaan, 2) Daya tangkap.
Leavitt (1978:27 )
Menyebutkan
persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana
cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau
pengartian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.
Desiderato (1976:129)
Persepsi
adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Gibson (1993:53)
Persepsi
yang dilukiskan pada gambar dibawah ini adalah proses pemberian arti terhadap
lingkungan oleh seorang individu, oleh karena tiap-tiap orang memberi arti
kepada stimulus, maka individu yang berbeda-beda akan melihat barang
yang sama dengan cara yang berbeda-beda.
PROSES PERSEPSI
Walgito (2002: 71)
Proses
terjadinya persepsi tergantung dari pengalaman masa lalu dan pendidikan yang
diperoleh individu.
Feigi
Proses
pembentukan persepsi dijelaskan Feigi sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang
diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya
terjadi seleksi yang berinteraksi dengan "interpretation", begitu
juga berinteraksi dengan "closure". Proses seleksi terjadi
pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses
penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting.
Yusuf (1991: 108)
Proses closure
terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan
yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang
bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara
menyeluruh.
Asngari
Pada fase interpretasi
ini, pengalaman masa silam atau dahulu memegang peranan yang penting.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI
YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI
Kreich dan Crutchfield (1977:235)
Faktor fungsional
Faktor
fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang
biasa disebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi
bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan
respons pada stimuli itu.
Faktor struktural
Faktor
struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang
ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Menurut Teori Geslat, jika
seseorang mempersepsi sesuatu maka orang tersebut akan mempersepsinya sebagai
suatu keseluruhan, seseorang tidak melihat bagian-bagiannya lalu menghimpunnya.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI
YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI
Rahmat (dalam Aryanti, 1995)
Faktor fungsional
Beberapa faktor
fungsional atau faktor yang bersifat personal antara lain kebutuhan individu, pengalaman, usia, masa lalu,
kepribadian, jenis kelamin, proses belajar, kebutuhan, motif dan pengetahuan
terhadap obyek psikologis
dan
lain-lain yang bersifat subyektif.
Faktor struktural
Faktor
struktural atau faktor dari luar individu antara lain lingkungan keluarga, lingkungan keadaan sosial, hukum-hukum yang
berlaku, dan nilai-nilai dalam masyarakat.
ELEMEN PERSEPSI SOSIAL
Brems & Kassin (dalam Lestari, 1999)
Person, yaitu orang yang menilai orang lain.
Situasional, urutan kejadian yang terbentuk
berdasarkan pengalaman orang untuk menilai sesuatu
Behavior, yaitu sesuatu yang di lakukan oleh
orang lain. Ada dua pandangan mengenai proses persepsi, yaitu:
Persepsi sosial,
berlangsung cepat dan otomatis tanpa banyak pertimbangan orang membuat
kesimpulan tentang orang lain dengan cepat berdasarkan penampilan fisik dan
perhatian sekilas.
Persepsi sosial,
adalah sebuah proses yang kompleks, orang mengamati perilaku orang lain dengan
teliti hingga di peroleh analisis secara lengkap terhadap person, situasional,
dan behaviour.
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi suatu proses aktif
timbulnya kesadaran dengan segera terhadap suatu obyek yang merupakan faktor
internal serta eksternal individu meliputi keberadaan objek, kejadian dan orang
lain melalui pemberian nilai terhadap objek tersebut. Sejumlah informasi dari
luar mungkin tidak disadari, dihilangkan atau disalahartikan. Mekanisme
penginderaan manusia yang kurang sempurna merupakan salah satu sumber kesalahan
persepsi (Bartol & Bartol, 1994).
BAB 10
MOTIVASI
PENGERTIAN
Mitchell
Proses-proses psikologikal,
yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi
kegiatan-kegiatan sukarela yang diarahkan ke tujuan tertentu.
Gray
Sejumlah proses yang bersifat
internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya
sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan
tertentu.
Morgan
Motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek
dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku,
tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut, dan tujuan dari pada tingkah
laku tersebut.
Motivasi adalah suatu keadaan atau kondisi yang mendorong,
merangsang atau menggerakkan
seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga
seseorang dapat mencapai tujuannya.
MOTIVASI DIRI
Motivasi diri adalah kemampuan untuk
memotivasi diri sendiri tanpa memerlukan
bantuan orang dengan
menghilangkan faktor-faktor yang melemahkan dorongan diri sendiri.
Karena Setiap orang memiliki
keinginan atau dorongan untuk
bertindak, namun seringkali dorongan tersebut melemah karena faktor luar.
Melemahnya dorongan ini bisa dilihat dari hilangnya harapan dan ketidak
berdayaan.
CIRI-CIRI MOTIVASI
(As’ad, 2002)
(As’ad, 2002)
Motif adalah majemuk
Dalam suatu perbuatan tidak hanya mempunyai satu
tujuan tetapi beberapa tujuan yang berlangsung secara bersama-sama.
Motif dapat berubah-ubah
Motivasi sangat dinamis, dipengaruhi oleh
kepentingan-kepentingan individu.
Motif berbeda-beda bagi individu
Beberapa motif tidak disadari oleh individu.
INDIKATOR MOTIVASI INDIVIDU
(Menurut A Syamsuddin Makmun : 2003)
(Menurut A Syamsuddin Makmun : 2003)
1. Durasi kegiatan
2. Frekuensi kegiatan
3. Persistensi pada kegiatan
4. Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam
mengahadapi rintangan dan kesulitan
5. Pengorbanan untuk mencapai tujuan
6. Tingkat aspirasi yang hendak dicapai
dengan kegiatan yang dilakukan
7. Tingkat kualifikasi prestasi atau produk
(out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan
8. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan
TEORI MOTIVASI
1. Teori Abraham H.
Maslow (Teori Kebutuhan)
2. Teori McClelland
(Teori Kebutuhan Berprestasi)
3. Teori Clyton
Alderfer (Teori ERG)
4. Teori Herzberg (Teori
Dua Faktor)
5. Teori Keadilan
6. Teori Penetapan
Tujuan
7. Teori Victor H.
Vroom (Teori Harapan)
8. Teori Penguatan
dan Modifikasi Perilaku
9. Teori Kaitan
Imbalan dengan Prestasi.
Teori Abraham H. Maslow
(Teori Kebutuhan)
1. Kebutuhan
fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan
sex
2. Kebutuhan rasa
aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental,
psikologikal dan intelektual
3. Kebutuhan akan
kasih sayang (love needs)
4. Kebutuhan akan
harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai
simbol-simbol status
5. Aktualisasi diri
(self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi
kemampuan nyata
Kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi,
akan tetapi :
1.
Psikologikal
2.
Mental
3.
Intelektual
4.
Spiritual
Perlu ditekankan bahwa
Ø Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi
sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang.
Ø Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu,
terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi
pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
Ø Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan
mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang
tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Sehingga berbagai kebutuhan manusia dapat digolongkan
sebagai “rangkaian” dan bukan sebagai “hierarki”.
Teori McClelland
(Teori Kebutuhan Berprestasi)
(Teori Kebutuhan Berprestasi)
McClelland dikenal dengan teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need
for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai
dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray merumuskan kebutuhan
akan prestasi tersebut sebagai “Keinginan
melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi,
atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan
hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang
berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa
puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain.
Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”
3 Kebutuhan Teori McCleland
Kebutuhan Untuk Berprestasi
Dorongan
untuk mencapai prestasi, berhubungan dengan standar yang ditentukan, yaitu bekerja keras untuk kesuksesan.
Kebutuhan Akan Kekuasaan
Kebutuhan
untuk membuat orang lain bertindak dengan
cara-cara yang tidak ingin mereka kehendaki.
Kebutuhan Untuk Berafiliasi
Keinginan untuk menjalin hubungan dekat
atau antar pribadi.
Karateristik/Ciri Umum Individu Berprestasi tinggi
(high achievers)
(high achievers)
1. Sebuah preferensi untuk mengerjakan
tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat.
2. Menyukai situasi-situasi kinerja yang
timbul karena upaya-upaya sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti
kemujuran.
3. Menginginkan umpan balik tentang
keberhasilan dan kegagalan, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
Teori Clyton Alderfer
(Teori “ERG”)
(Teori “ERG”)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG”. Akronim “ERG” yaitu :
E = Existence (kebutuhan akan eksistensi)
R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain)
G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)
2 Hal Penting Dari Istilah “ERG”
ü Secara konseptual terdapat persamaan
antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena
“Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam
teori Maslow; “ Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan
keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self
actualization” menurut Maslow.
ü Teori Alderfer menekankan bahwa berbagai
jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak.
Teori Alderfer
Ø Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan
tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya
Ø Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang
“lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah
dipuaskan
Ø Sebaliknya, semakin sulit memuaskan
kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuaskan
kebutuhan yang lebih mendasar.
Teori Herzberg
(Teori Dua Faktor)
(Teori Dua Faktor)
Teori
yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu Faktor Motivasional dan Faktor Hygiene atau “Pemeliharaan”.
q Faktor
Motivasional adalah
hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti
bersumber dalam diri seseorang.
q Faktor Hygiene atau Pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang
dalam kehidupan seseorang.
Ø Faktor
Motivasional
Pekerjaan
seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam
karier dan pengakuan orang lain.
Ø Faktor Hygiene
atau Pemeliharaan
Status
seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya,
hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang
diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam
organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.
Salah satu tantangan dalam memahami dan
menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang
lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat
intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.
Teori Keadilan
Pandangan
dari teori ini adalah bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan
antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang
diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan
yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
1. Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
2. Mengurangi intensitas usaha yang dibuat
dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Dalam menumbuhkan
persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan 4 hal sebagai
pembanding, yaitu
1. Harapannya tentang jumlah imbalan yang
dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan,
keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya
2. Imbalan yang diterima oleh orang lain
dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan
yang bersangkutan sendiri
3. Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di
organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis
4. Peraturan perundang-undangan yang berlaku
mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai
Teori Edwin Locke
Penetapan Tujuan (goal setting theory)
Penetapan Tujuan (goal setting theory)
Dalam
penetapan tujuan memiliki 4 macam mekanisme motivasional yakni :
1. Tujuan-tujuan mengarahkan perhatian
2. Tujuan-tujuan mengatur upaya
3. Tujuan-tujuan meningkatkan persistensi
4. Tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi
dan rencana-rencana kegiatan.
Teori Victor H. Vroom
(Teori Harapan)
(Teori Harapan)
Victor
H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” menjelaskan suatu
teori harapan. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari
yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa
tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila
seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk
memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.
Teori Penguatan &
Modifikasi Perilaku
Modifikasi Perilaku
Berbagai
teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai
model “kognitif motivasi” karena
didasarkan pada kebutuhan seseorang, berdasarkan persepsi orang yang
bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh
persepsi tersebut.
Padahal
dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang
ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi eksternal dari perilaku dan
tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut
berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku.
Sehingga
berlaku “hukum pengaruh” yang
menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai
konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang
mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.
Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi
Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang
sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para
ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang
terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi
satu model.
Tampaknya terdapat kesepakatan di kalangan para pakar bahwa model tersebut
ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang
individu. Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Faktor Internal & Faktor Eksternal
Faktor Internal :
§ Persepsi seseorang mengenai diri sendiri
§ Harga diri
§ Harapan pribadi
§ Kebutuhan
§ Keinginan
§ Kepuasan kerja
§ Prestasi kerja yang dihasilkan
Faktor Eksternal :
§ Jenis dan sifat pekerjaan
§ Kelompok kerja seseorang bergabung
§ Organisasi tempat bekerja
§ Situasi lingkungan pada umumnya
§ Sistem imbalan yang berlaku dan cara
penerapannya
BAB 11
EMOSI
PENGERTIAN EMOSI
Maramis (1990)
Emosi adalah manifestasi perasaan dan disertai
banyak komponen fisiologis dan biasanya berlangsung tidak lama.
Goleman (2003)
§ Emosi adalah
setiap kegiatan atau pergolakkan pikiran, perasaan dan nafsu.
§ Keadaan mental
yang hebat atau meluap-luap.
§ Emosi adalah
dorongan fisiologis maupun psikologis untuk bertindak atau rencana seketika
untuk mengatasi masalah.
Atkinson
Emosi sebagai dorongan yang dapat dapat
mengaktifkan dan mengarahkan perilaku dengan cara yang sama seperti yang
dilakukkan motif. Emosi bisa menjadi tujuan untuk melakukan aktivitas tertentu
karena mengetahui bahwa aktivitas tersebut menyenangkan.
ELEMEN PERASAAN
1. Elemen-elemen
fisiologis
Peningkatan denyut nadi, keringatan, jantung
berdebar-debar dll.
2. Elemen-elemen
kognitif
Memahami atau pemaknaan terhadap reaksi
emosional.
BENTUK-BENTUK REAKSI EMOSI
Reaksi amarah
Hormon adrenalin meningkat, menyebabkan gelombang
energi yang cukup kuat untuk bertindak dahsyat, maka tangan menjadi mudah
menghantam lawan, detak jantung meningkat.
Reaksi takut
Kaki akan lebih mudah diajak mengambil langkah
seribu dan wajah menjadi pucat. Hal ini disebabkan karena di pusat-pusat emosi,
otak memicu terproduksinya hormon seperti adrenalin, yang membuat tubuh waspada
dan siap bertindak.
Reaksi kebahagiaan
Perubahan utama akibat timbulnya kebahagiaan
adalah meningkatnya kegiatan di pusat otak yang menghambat perasaan negatif dan
meningkatkan energi yang ada dan menenangkan perasaan yang menimbulkan
kerisauan.
Reaksi perasaan cinta/kasih sayang dan kepuasan
seksual
Mencakup rangsangan parasimpatik (secara
fisiologis lawan dari aktivitas simpatik), secara fisiologis adalah lawan
mobilisasi “fight or flight” yang sama-sama dimiliki oleh rasa takut,
maupun amarah. Pola parasimpatik, yang disebut “respon relaksasi”,
adalah serangkaian reaksi di seluruh tubuh yang membangkitkan keadaan
menenangkan dan puas sehingga mempermudah kerja sama.
Reaksi terkejut
Naiknya alis mata ketika terkejut memungkinkan
diterimanya bidang penglihatan yang lebar dan juga cahaya yang masuk ke retina.
Reaksi ini membuka kemungkinan lebih banyak informasi tentang peristiwa tak
terduga, sehingga memudahkan memahami apa yang sebenarnya terjadi dan menyusun
rencana tindakan yang terbaik.
Reaksi perasaan jijik
Ungkapan ini tampak sama dan memberi pesan yang
sama, sesuatu yang menyengat rasa atau bau. Ungkapan wajah rasa jijik, bibir
atas mengerut ke samping sewaktu hidung sedikit berkerut.
Reaksi perasaan sedih
Kesedihan menurunkan energi dan semangat hidup
untuk melakukan kegiatan sehari-hari, terutama kegiatan penghambat waktu dan
kesenangan. Bila kesedihan semakin mendalam dan mendekati depresi, kesedihan
akan memperlambat metabolisme tubuh, sehingga mengakibatkan kehilangan energi.
Fungsi pokok rasa sedih adalah untuk menolong
menyesuaikan diri akibat kehilangan yang menyedihkan, seperti kematian
orang-orang dekat atau kekecewaan besar.
MACAM-MACAM EMOSI INTI
(Paul Ekman)
(Paul Ekman)
Marah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal,
berang, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan
Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis,
mengasihani diri, kesepian ditolak, putus asa dan kalau menjadi patologis: depresi
berat
Rasa takut : cemas, takut, gugup, khawatir, waswas,
waspada, kalau menjadi patologis: fobia dan panik
Bahagia/senang/kenikmatan : gembira, riang, puas,
terhibur, bangga, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, senang
sekali, patologis : maniak
Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan,
kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasih, kasmaran
Malu : rasa salah, malu hati, hina, aib
Jijik : muak, mual, mau muntah, benci, tidak suka
PERKEMBANGAN EMOSI
Pada saat dilahirkan seorang bayi mengeluarkan
tangisnya yang pertama sebagai suara tangis untuk mengembangkan paru-parunya.
Tangis bayi selanjutnya merupakan peristiwa emosi,
kadang-kadang dijumpai bukan hanya sekedar mengeluarkan suara tangisnya,
melainkan sering pula badannya, tangan dan kakinya turut bergerak saat
menangis.
Emosi sebagai aspek psikologis, berkembang mengikuti
pola-pola perkembangan :
•
Perkembangan dari keadaan sederhana menuju keadaan
yang matang.
•
Perkembangan dari yang bersifat umum ke khusus
(terdiferensiasi).
PERKEMBANGAN EMOSI
PADA SETIAP TAHAP USIA PERKEMBANGAN
PADA SETIAP TAHAP USIA PERKEMBANGAN
Masa bayi / infancy (lahir-2 tahun)
Saat dilahirkan bayi merasakan suatu kesenangan
terhadap benda-benda disekitarnya termasuk individu-individu lain, seperti
ibunya, sanak keluarga. Pada awal kehidupan reaksi emosi masih sederhana pada
umumnya hanya rasa senang dan tidak senang, dan pada usia 2 tahun sudah
terjadi differensiasi
Anak-anak awal (2-6 tahun)
Reaksi emosi sudah bervariasi, walaupun yang
seringkali ditampilkan adalah perasaan marah
Anak akhir (6/7-11/12 th)
Reaksi emosi semakin bervariasi dan mulai belajar
mengendalikan emosi
Remaja (12/13 – 20/21 th)
Seringkali menampilkan ketidakstabilan emosi
PENGARUH EMOSI BAGI PERILAKU
Menyiapkan kita untuk beraktivitas
Misalnya saat marah : beringas, mengamuk, benci,
jengkel, kesal, berang, tersinggung, menyiapkan kita untuk bertindak melalui
kompensasi positif atau negatif.
Kompensasi positif seperti tindakan olah raga,
menyapu, membersihkan kamar mandi. Sedangkan tindakan negatif meliputi
perusakan barang atau kata-kata kasar.
Membentuk tingkah laku
Pada keadaan bersamaan rangsangan emosional dapat
merangsang pengeluaran hormon adrenalin lainnya yaitu adrenocorticothropin (ACTH),
sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah ke otot dan orang menjadi lebih
kuat, maka tangan menjadi mudah menghantam lawan. Kebiasaan-kebiasaan kita yang
didukung oleh Reward and punishment lingkungan akan
membentuk perilaku dan kebiasaan kita saat marah.
Misalnya
seorang anak mempelajari bagaimana reaksi ayahnya ketika marah, kemudian menirunya (imitation
process).
Menolong kita berinteraksi lebih efektif dengan
orang lain
Suatu kondisi emosi tertentu (misalnya marah)
akan merangsang sistem saraf otonom (sistem sarat simpatik dan parasimpatik).
Pada saat marah terjadi peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik yang meningkatkan
pengeluaran hormon-hormon stres seperti epineprin dan nor epineprin sehingga
menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah perifer yang akan
meningkatkan frekuensi pernafasan, denyut jantung dan tekanan darah, muka
menjadi merah. Muka merah menandakan kita marah dan lebih efektif menyampaikan
pesan sampai 60 % dibanding lewat kata-kata. Kata-kata hanya efektif 10 %,
suara 30 % dan bahasa atau ekspresi tubuh 60 %.
BAB
12
STRESS
Stress merupakan istilah yang berasal dari bahasa
latin ‘’Stingere’’
yang berarti ‘’keras‘’ (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan perkembangan
penelaahan yang berlanjut dari waktu kewaktu dari straise, strest, stresce, dan stress.
Abad ke–17 istilah stress diartikan sebagai
kesukaran, kesusahan, kesulitan, atau penderitaan.
Pada abad ke-18 istilah ini digunakan dengan
lebih menunjukan kekuatan, tekanan, ketegangan, atau usaha yang keras berpusat pada benda dan
manusia, ‘’terutama kekuatan mental manusia‘’.
DEFINISI STRES
Mc. Nerney dalam Grenberg (1984)
Menyebutkan stress sebagai reaksi fisik, mental, dan kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang
menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan, dan merisaukan seseorang.
Hardjana (1994)
Stres sebagai keadaan atau kondisi yang tercipta
bila transaksi seseorang yang mengalami stress dan hal yang dianggap
mendatangkan stres membuat orang yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan
antara keadaan atau kondisi dan sistem sumber daya biologis, psikologis dan
sosial yang ada padanya.
Hans Selye (1956)
Stress sebagai respon adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap
setiap kebutuhan yang terganggu (adanya stresor) atau reaksi individu terhadap
stressor misalnya individu stress saat nilai ujiannya buruk, hal itu merupakan
respon dari hilangnya kebutuhan untuk dianggap pandai, diakui, diperhitungkan
atau terganggunya kebutuhan aktualisasi diri.
Hans Selye (1982)
‘’stress is the
nonspecific result of any demand
upon the body be the mental or somatic’’, tubuh akan memberikan
reaksi tertentu
terhadap berbagai tantangan yang di jumpai dalam hidup kita berdasarkan adanya perubahan biologi dan
kimia dalam tubuh.
Lazarus and Folkman (1984)
Stress sebagai transaksi, stres adalah hubungan
tertentu antara individu dan lingkungannya yang dinilai oleh individu sebagai
sesuatu yang melebihi sumber daya dan membahayakan kesehatannya.
Lyon and Werner (1987)
Stress sebagai stimulus yaitu setiap
kejadian/perubahan di dalam kehidupan atau serangkaian situasi yang menyebabkan
respon yang meningkatkan resiko terjadinya sakit.
Prof. Dr. Dadang Hawari
Istilah stres dan depresi seringkali tidak dapat
dipisahkan satu dengan lainnya. Setiap permasalahan kehidupan yang menimpa pada
diri seseorang (stresor psikososial) dapat mengakibatkan gangguan fungsi organ tubuh
(faal).
Reaksi tubuh (fisik) ini dinamakan stress dan
manakala fungsi organ-organ tubuh sampai terganggu dinamakan distress.
Sedangkan depresi adalah reaksi kejiwaan seseorang terhadap strestor yang
dialaminya. Oleh karena dalam diri manusia itu antara fisik dan psikis
(kejiwaan) tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya (saling mempengaruhi).
Stress sebagai ciri-ciri dari stimulus lingkungan
yang dalam beberapa hal dianggap mengganggu atau merusak, model yang digunakan
pada dasarnya adalah stressor eksternal akan menimbulkan reaksi stres atau
strain dalam diri individu.
Pendekatan ini menepatkan stres sebagai sesuatu
yang dipelajari dan menekankan pada stimulus apa yang merupakan diagnosa
stress.
Hal ini memandang stres tanpa suatu tuntutan yang
berasal, pasti mendatangkan stres tanpa memandang bagaimana sumber daya
individu.
PENYEBAB STRESS &
STRESOR PSIKOSOSIAL
STRESOR PSIKOSOSIAL
Banyak faktor yang dapat menimbulkan stres,
faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres ini disebut ”stressor”.
Faktor-faktor psikososial cukup mempunyai arti
bagi terjadinya stress pada diri seseorang. Manakala tuntutan pada diri
seseorang itu melampauinya, maka keadaan demikian disebut distress.
Stress dalm kehidupan adalah suatu hal yang tidak
dapat dihindari. Masalahnya adalah bagaimana manusia hidup dengan stress tanpa
harus mengalami distress.
MACAM-MACAM STRESOR
(PENYEBAB STRES)
(PENYEBAB STRES)
1. Stresor yang
bersumber dari pribadi
2. Stresor
pekerjaan
3. Stresor
lingkungan
4. Stresor
psikososial
Stresor
Pribadi
Kepribadian dan persepsi memainkan peranan penting
terhadap tinggi rendahnya stres.
Contoh :
Saat seseorang mempersepsikan bahwa perceraian
itu adalah sesuatu yang sangat menyakitkan dan tidak ada jalan keluarnya, maka
individu akan merasakan makin stress.
Beberapa tipe kepribadian lebih mudah terkena
stress dibading tipe kepribadian lainnya.
Orang dengan tipe kepribadian A, emosinya tinggi,
sehingga lebih mudah terkena stres.
Ciri kepribadian A : sangat kompetitif,
terburu-buru, agresif, ambisius, keinginan sukses besar, tidak sabar,
perfeksionis, mudah tersinggung dan mudah tegang.
Sumber stres bisa juga berupa perubahan pindah
kerja, menikah atau peristiwa traumatik
Stresor Pekerjaan
Profesi-profesi tertentu ternyata mempunyai
potensi lebih besar dibandingkan profesi lainnya.
Profesi tersebut :
polisi, pemadan
kebakaran, dokter, perawat, petani, pekerja tambang, sekretaris, masinis dll
Stresor Lingkungan
Beberapa lingkungan fisik dapat menimbulkan
stres, seperti suara gaduh/bising, ribut, berantakan, tidak teratur.
Kondisi penuh sesak, temperatur ruangan yang
tinggi (gerah), pencahayaan yang menyilaukan, polusi udara, menataan ruangan
yang tidak nyaman, polusi udara, limbah kimia dll.
Stresor Psikososial
Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau
peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang (anak, remaja,
atau dewasa) sehingga seseorang terpaksa mengadakan adaptasi atau menanggulangi
stresor yang timbul.
Tidak semua mampu mengadakan adaptasi dan mampu
menanggulanginya sehingga timbul keluhan-keluhan kejiwaan, antara lain depresi.
RESPON TERHADAP STRES
1. Respon/Reaksi Tubuh
(fisiologis)
•
Pada umumnya tubuh akan bereaksi terhadap stresor,
berupa respon darurat atau respon internal lainnya.
•
Jika ancaman dapat diselesaikan maka respon darurat
akan segera menghilang dan keadaan fisiologis tubuh menjadi normal.
•
Ada dua jenis respon tubuh/fisiologis terhadap
stres, respon tersebut berupa upaya tubuh untuk menyesuaikan diri terhadap
stress.
Pertama adalah LAS (Local Adaptation Syndroma),
yaitu reaksi tubuh yang bersifat lokal/penyesuaian lokal. Misalnya proses
peradangan ditempat masuknya mikroorganisme.
Kedua disebut GAS (General Adaptation Syndroma), yaitu adaptasi
tubuh yang terjadi secara umum.
2. Respon/Reaksi Psikologis
•
Situasi stres menghasilkan reaksi emosional mulai
dari kegembiraan (jika peristiwa menuntut tetapi dapat diatasi), sampai emosi
seperti kecemasan, kemarahan, kekecewaan, dan depresi.
•
Jika situasi stres terus terjadi maka emosi mungkin
akan berpindah dan bolak balik diantara emosi-emosi tersebut, tergantung pada
keberhasilan kita mengatasinya.
•
Terdapat reaksi kognitif sulit melakukan konsentrasi dan
mengorganisasikan pikiran secara logis.
6 TINGKATAN STRES
(Dr. Robert J. Van Amberg)
(Dr. Robert J. Van Amberg)
Stres tingkat I
Tahapan ini merupakan tingkat stress yang paling
ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :
Semangat besar.
Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya.
Energi dan gugup berlebihan, kemampuan
menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya.
Tahapan ini biasanya menyenangkan dan orang
menjadi bertambah semangat, tanpa disadari bahwa sebenarnya cadangan energinya
sedang menipis.
Stress tingkat II
Dalam tahapan ini dampak stress yang menyenangkan
mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak
lagi cukup sepanjang hari. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan sebagai
berikut :
Merasa letih sewaktu bangun pagi
Merasa lelah sesudah makan siang
Merasa lelah menjelang sore hari
Terkadang gangguan dalam sistem pencernaan
(gangguan usus, perut kembung), kadang-kadang pula jantung berdebar-debar
Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan
tengkuk (belakang leher)
Perasaan tidak bisa santai
Stress tingkat III
Pada tahapan ini keluhan keletihan semakin nampak
disertai dengan gejala-gejala :
Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mulas,
sering ingin ke belakang)
Otot-otot terasa lebih tegang
Perasaan tegang yang semakin meningkat
Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun
malam dan sukar tidur kembali atau bangun terlalu pagi)
Badan terasa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak
sampai jatuh pingsan)
Pada tahapan ini penderita sudah harus
berkonsultasi pada dokter, kecuali kalau beban stres atau
tuntutan-tuntutan dikurangi dan tubuh mendapat kesempatan untuk beristirahat
atau relaksasi, guna memulihkan suplai energi.
Stress tingkat IV
Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih
buruk yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
Untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sangat
sulit
Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini
terasa sulit
Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi,
pergaulan sosial dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat.
Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan
seringkali terbangun dini hari.
Perasaan negativistik
Kemampuan berkonsentrasi menurun tajam
Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak
mengerti mengapa
Stress tingkat V
Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam
dari tahapan IV diatas, yaitu :
Keletihan yang mendalam (physical and
psychological exhaustion).
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja
terasa kurang mampu.
Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus)
lebih sering, sukar buang air besar atau sebaliknya feses cair dan sering ke
belakang.
Perasaan takut yang semakin menjadi mirip panic.
Stress tingkat VI
Tahapan ini merupakan tahapan puncak yang
merupakan keadaan gawat darurat. Tidak jarang penderita dalam tahapan ini di
bawa ke ICCU. Gejala-gejala pada tahapan ini cukup mengerikan.
Debar jantung terasa amat keras, hal ini
disebabkan zat adrenalin yang dikeluarkan, karena stres tersebut cukup tinggi
dalam peredaran darah.
Nafas sesak
Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran
Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak
kuasa lagi, pingsan atau collaps.
Bilamana
diperhatikan, maka dalam tahapan stres di atas, menunjukkan manifestasi pada
elemen fisik dan psikis.
Fisik mengalami
kelelahan, sedangkan elemen psikis mengalami kecemasan dan depresi.
Hal ini
dikarenakan penyediaan energi fisik maupun mental yang mengalami defisit
terus-menerus.
Sering buang air
kecil dan sukar tidur merupakan pertanda dari depresi.
HUBUNGAN ANTARA
STRES DENGAN SAKIT
STRES DENGAN SAKIT
Faktor-faktor tersebut meliputi: sistem saraf,
hormonal, dan sistem imun, hal ini dapat terpacu kerjanya akibat kondisi stres
dan reaksi emosional yang negatif.
Pelepasan hormon stres seperti adrenalin yang
terjadi dengan cepat dan berulang kali dalam respon fight or flight pada
kondisi stres akan menyebabkan organ tubuh tertentu menjadi rusak.
Diketahui bahwa beberapa hormon stres sebenarnya
“memakan” sel-sel darah putih sehingga menurunkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit.
BEBERAPA PENYAKIT YANG
DISEBABKAN KONDISI STRES
DISEBABKAN KONDISI STRES
1. Sakit kepala
karena tegang, terjadi karena kontraksi otot di dahi, mata, leher dan rahang
2. Sakit kepala
migrain, disebabkan karena peningkatan aliran darah dan sekresi biokimia ke bagian
kepala. Pada sebagian kasus migrain dianggap berkaitan dengan ketidakmampuan
menyalurkan marah dan frustasi.
3. Masalah di
lambung (ulcus dan colitis), disebabkan oleh sekresi cairan lambung
(asam lambung) yang berlebihan yang mengikis lapisan dalam lambung dan penyebabkan
peradangan.
4. Penyakit jantung
koroner, ada dua faktor yang mempengaruhi : Berkaitan dengan tekanan darah
tinggi dan adanya pelepasan kortisol (hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar
adrenal, dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah).
5. Influenza, dapat
disebabkan oleh kondisi stres akibat sistem imun yang melemah
6 PENYEBAB KEMATIAN UTAMA YANG HUBUNGAN ERAT
DENGAN
STRESS & KECEMASAN
STRESS & KECEMASAN
1. Penyakit jantung
koroner
2. Kanker
3. Paru-paru
4. Kecelakaan
5. Pengerasan hati
6. Bunuh diri
BAB 13
MANAJEMEN
STRES PADA KASUS PSIKOLOG
JENIS STRESOR
PSIKOSOSIAL
Perkawinan
•
Berbagai permasalahan perkawinan merupakan sumber
stress yang dialami seseorang, misalnya
pertengkaran, perpisahan (separation), perceraian, kematian salah satu
pasangan, ketidaksetiaan, dll.
•
Stresor perkawinan ini dapat menyebabkan seseorang
jatuh dalam depresi dan kecemasan.
Pekerjaan
Masalah pekerjaan merupakan sumber stress kedua
setelah masalah perkawinan. Banyak orang menderita depresi dan kecemasan karena
masalah pekerjaan ini, misalnya pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak
cocok, mutasi, jabatan, kenaikan pangkat, pensiun, kehilangan pekerjaan
(PHK), dll.
Lingkungan Hidup
Kondisi lingkungan yang buruk besar pengaruhnya
bagi kesehatan seseorang, misalnya soal perumahan, pindah tempat tinggal,
penggusuran, hidup dalam lingkungan yang rawan (kriminalitas), dll. Rasa tercekam dan
tidak merasa aman dapat mengganggu ketenangan dan ketentraman hidup sehingga
tidak jarang orang jatuh kedalam depresi dan kecemasan.
Keuangan
Masalah keuangan (kondisi sosial-ekonomi) yang
tidak sehat, misalnya pendapatan jauh lebih rendah dari pengeluaran, terlibat
hutang, kebangkrutan usaha, soal warisan, dll. Problem keuangan amat
berpengaruh pada kesehatan jiwa seseorang dan seringkali masalah keuangan ini
merupakan faktor yang membuat seseorang jatuh dalam depresi dan kecemasan.
Hukum
•
Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum dapat
merupakan sumber stres pula, misalnya tuntutan hukum, pengadilan, penjara, dll.
•
Stress dibidang hukum ini dapat menyebabkan
seseorang jatuh dalam depresi dan kecemasan.
Perkembangan
•
Masalah perkembangan, baik fisik maupun mental
seseorang, misalnya masa remaja, masa dewasa, menopause, usia lamjut, dll.
•
Kondisi setiap perubahan fase-fase tersebut diatas,
untuk sementara individu dapat menyebabkan depresi dan kecemasan, terutama pada
mereka yang mengalami menopause atau usia lanjut.
Penyakit Fisik atau Cidera
•
Penyakit, kecelakaan, operasi/pembedahan, aborsi,
dll.
•
Penyakit yang banyak menimbulkan depresi dan
kecemasan adalah penyakit kronis, jantung, kanker, dll.
Faktor Keluarga
a.
Hubungan kedua orang tua yang dingin atau penuh
ketegangan atau acuh tak acuh.
b.
Kedua orang tua jarang di rumah dan tidak ada waktu
untuk bersama dengan anak-anak.
c.
Komunikasi antara orang tua dan anak yang tidak
baik.
d.
Kedua orang tua berpisah atau bercerai.
e.
Salah satu orang tua menderita gangguan
jiwa/kepribadian.
f.
Orang tua dalam mendidik anak kurang sabar, pemarah,
keras, otoriter, dll.
Lain-lain
•
Stresor kehidupan lainya yaitu bencana alam, kebakaran,
perkosaan, kehamilan di luar nikah, dll.
•
Sebagian besar pekerjaan dengan waktu yang sangat
sempit ditambah lagi dengan tuntutan harus serba cepat dan tepat membuat orang
hidup dalam keadaan ketegangan (stres). Suatu penelitian di kalangan karyawan
Amerika yang tergolong white collar employees, menyebutkan bahwa 44%
dari mereka termasuk yang dibebani pekerjaan yang terlampau berat (over
load). Mereka menunjukkan berbagai kelainan yang dapat dikelompokkan dalam impairment
of behavior atau emotional disturbances.
•
Para pemimpin perusahaan dikejutkan oleh besarnya
ongkos yang dikeluarkan untuk biaya pengobatan/perawatan dan kehilangan jam
kerja. Dalam suatu penelitian nasional yang dilakukan, dikemukakan bahwa kerugian dari
sektor ini diperkirakan meliputi jumlah antara 50 hingga 75 miliyar dollar
per-tahun. Hal ini berarti lebih dari 750 dollar Amerika untuk setiap rata-rata
karyawan Amerika.
•
CARA MENANGANI STRES
1. Mengurangi
situasi stres
a. Melalui
kebiasaan
Setiap orang
mempunyai kebiasaan yang unik dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari. Contoh:
seorang ibu yang memutuskan berhenti bekerja dan tinggal di rumah merawat anak.
Setelah anaknya sekolah, timbul stres karena kegiatan/kebiasaannya berubah.
Untuk itu ia perlu dibantu untuk mengembangkan kebiasaan baru
b. Menghindari
perubahan
Menghindari perubahan dengan membatasi perubahan
yang tidak diperlukan dan yang dapat dihindari. Ada orang yang stres setelah
mejanya dibereskan karena menurut kebiasannya benda-benda mudah ditemukan dalam
kondisi berantakan.
c. Time blocking
Alokasi atau membatasi waktu atau menyediakan
kurun waktu tertentu untuk menfokuskan diri beradaptasi dengan stresor.
Keuntungan alokasi waktu adalah mengembangkan atau membangun dalam mencapai tujuan.
Sesorang menggunakan waktu dan sumber lebih efektif, misalnya setelah tertunda
beberapa lama laporan-laporan yang belum selesai maka ia luangkan waktu khusus
untuk menyelesaikannya.
d. Time management
Tehnik ini berguna untuk seseorang yang tidak
dapat mengerjakan berbagai hal pada waktu yang sama. Mereka diminta untuk
membuat daftar tugas yang harus dilaksanakan dan membuat prioritas tugas yang
lebih penting.
2. Modifikasi
lingkungan
Merubah lingkungan yang merupakan sumber stres
secara realistis akan mengurangi stres. Jika individu dapat
mengendalikan/mengontrol lingkungan berarti stres dapat diatasi, misalnya saat
terjadi kebocoran atap rumah individu menjadi stres tetapi akan menurun bila ia
sanggup memperbaikinya.
3. Mengurangi
respon fisiologis dengan latihan teratur atau olah raga
olah raga yang teratur dapat meningkatkan tonus
otot, stabilitas berat badan, mengurangi ketegangan dan relaksasi. Program
latihan berguna untuk mengurangi dampak stres seperti; hipertensi, kelebihan
berat badan, ketegangan, sakit kepala, kelelahan, keletihan mental/ sensitif
dan depresi.
4. Diet atau
Nutrisi
Nutrisi dan latihan (olah raga) sangat
berhubungan. Makanan memberi tenaga untuk melakukan kegiatan dan latihan(olah
raga) meningkatkan sirkulasi dan distribusi makanan ke jaringan. Makanan yang
buruk meningkatkan respon stres.
•
•
7 PEDOMAN KEBIASAAN
MAKAN SEHAT
MAKAN SEHAT
1. Makan makanan yang bervariasi
2. Pertahankan berat badan ideal
3. Hindari makanan berlemak tinggi, lemak jenuh
dan kolesterol
4. Makanlah makanan yang berserat dan berkarbohidrat
5. Hindari terlalu banyak gula
6. Hindari terlalu banyak sodium
7. Hindari minum alkohol yang berlebihan
5. Murah senyum dan tertawa lepas
Bersenandung (bernyanyi) dan bersosialisasi dengan teman atau lingkungan.
Kegiatan seperti ini dapat merangsang endorphine dan seronin dalam tubuh
sehingga otak lebih tenang.
6. Tidur dan istirahat yang cukup
Tidur merupakan salah satu terapi untuk mengurangi kemarahan dan
kesedihan karena tidur memberikan kesempatan otak untuk rileks.
7. Relaksasi,
Distraksi dan Istirahat
Istirahat dan tidur diperlukan untuk menyegarkan
tubuh dan bermanfaat untuk ketenangan mental sehingga perlu belajar relaksasi
untuk dapat tertidur. Secara umum tehnik relaksasi sangat penting untuk
diketahui dan dikuasai oleh perawat agar dapat melatih pasien. Relaksasi
dimulai dari pengenduran otot-otot di seluruh tubuh. Dilanjutkan dengan
pengelolaan pernafasan, selanjutnya pemberian sugesti eksternal oleh perawat
kepala atau perawat senior sesuai dengan output yang dikehendaki. Outputnya
dapat berupa kepasrahan, rasa syukur, pelepasan energi negatif dan kemarahan, rilexs
sampai tertidur atau ekspresi emosi sampai menangis.
8. Rajin-rajinlah bercinta
Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa hubungan seksual bisa membuat
individu yang melakukannya merasa senang sehingga berdampak pada menurunhya
hormon pemicu stres.
9. Beribadah dan berdoa
Beribadah dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa tidak pada masa sulit
saja, berbuat baik kepada semua orang, bersyukur terhadap setiap hasil usaha
kita, baik yang berhasil maupun yang tidak berhasil, mensyukuri rejeki, dll.
•
CARA PENCEGAHAN STRES
1. Perhatikan lingkungan sekitar
Mungkin ada sesuatu yang benar-benar dapat dirubah atau dikendalikan
dalam situasi tersebut
2. Jauhkan diri dari situasi-situasi yang
menekan
Beri kesempatan pada diri sendiri untuk beristirahat biarpun hanya untuk
beberapa saat setiap hari
3. Jangan mempermasalahkan hal-hal yang sepele
Cobalah untuk memprioritaskan beberapa hal yang benar-benar penting dan
biarkan yang lainnya mengikuti
4. Rubahlah cara bereaksi secara selektif
Tapi jangan terlalu banyak sekaligus. Fokuskan pada satu masalah dan
kendalikan reaksi diri terhadap hal tersebut
5. Hindari reaksi yang berlebihan
Mengapa harus membenci jika sedikit tidak suka sudah cukup ? Mengapa
harus merasa bingung jika cukup hanya merasa gugup ? Mengapa harus mengamuk
jika marah saja sudah cukup ?
Mengapa harus depresi ketika cukup dengan merasa sedih ?
6. Tidur secukupnya
Kurang tidur hanya akan memperburuk stres
7. Hindari pengobatan diri sendiri
Menghindar Alkohol dan obat-obatan dapat menyembunyikan stres namun tidak
dapat membantu menyelesaikan masalah
8. Belajarlah cara terbaik untuk merelaksasikan
diri sendiri
Meditasi dan latihan pernafasahan telah terbukti efektif dalam
mengendalikan stres. Berlatihlah untuk menjernihkan pikiran dari
pikiran-pikiran yang mengganggu
9. Tentukan tujuan yang realitas bagi diri
sendiri
Dengan mengurangi jumlah kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidup, maka
dapat mengurangi beban yang berlebihan
10. Jangan membebani diri secaraberlebihan
Jangan mengeluh mengenai seluruh beban pekerjaan. Tangani setiap tugas
sebagaimana mestinya atau tangani secara selektif dengan memperhatikan beberapa
prioritas
11. Ubahlah cara pandang
Belajarlah untuk mengenali stres. Tingkatkan reaksi tubuh dan buatlah
pengaturan diri terhadap stres
12. Lakukan sesuatu untuk orang lain
Untuk melepaskan diri dari masalah sendiri
13. Hindari stres
Dengan kegiatan-kegiatan fisik, misalnya jogging, tennis ataupun berkebun
•
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
EFEKTIFITAS PENANGULANGAN STRES
EFEKTIFITAS PENANGULANGAN STRES
Menurut Sutherland & Cooper (Sarafino, 1994)
1. Faktor penilaian kognitif
Stres adalah pengalaman subjektif individu didasarkan atas persepsi
terhadap suatu situasi, baik dari dalam maupun dari luar. Setiap individu
berbeda dalam mereaksi suatu stresor. Ada yang menganggap ringan, sedang atau
berat bahkan ada yang merasa tidak berdaya.
2. Faktor pengalaman
Merupakan proses belajar mengajar tentang kenyataan kalau sering
menghadapi suatu masalah dan bisa dihadapi dengan baik maka kalau dihadapkan
pada masalah yang sama akan mudah diselesaikan
3. Tuntutan
Besar kecilnya tuntutan akan mempengaruhi mekanisme penanggulangan stres
individu
4. Pengaruh interpersonal
Respon terhadap stres dipengaruhi latar belakang dan pengalaman
subjektif. Peningkatan kesadaran dan pemahanan terhadap suatu masalah bisa
membantu mengatasi stres secara potensial
5. Keadaan stres
Adalah ketidakserasian antara tuntutan dan kemampuan sehingga individu
dalam keadaan tidak seimbang. Orang yang punya masalah dihadapkan pada masalah
lain tentu akan merasa lebih berat mengatasinya
BAB
14
INTELEGENSI
DAN KREATIFITAS
•
DEFINISI INTELIGENSI
•
Claparde dan Stern
Inteligensi adalah kemampuan
untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru.
•
K. Buhler
Inteligensi adalah perbuatan
yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
•
David Wechster (1986)
Awalnya, Inteligensi adalah kapasitas untuk mengerti
ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya.
Namun pendapat berikutnya mengatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara
rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
•
DEFINISI INTELEGENSI
•
William Stern
–
Inteligensi ialah
kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan
alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya.
–
Bahwa inteligensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan
turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada inteligensi seseorang.
•
CIRI-CIRI
INTELIGENSI
1. Inteligensi merupakan suatu kemampuan mental yang
melibatkan proses berfikir secara rasional (inteligensi dapat diamati secara langsung).
2. Inteligensi tercermin dari tindakan yang terarah pada
penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul
daripadanya.
3. Teori yang cukup
banyak dianut adalah bahwa inteligensi terdiri
dari suatu faktor G (General faktor) dengan berbagai faktor-faktor S (Specifik
Faktor). Faktor G bukanlah sekedar penjumlahan dari faktor-faktor S.
Masing-masing merupakan suatu kesatuan yang memiliki kualitas sendiri.
•
FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI INTELIGENSI
MEMPENGARUHI INTELIGENSI
1. Pengaruh faktor
bawaan
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa
individu-individu yang berasal dari suatu keluarga, atau bersanak saudara,
nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi ( + 0,50 ), orang yang
kembar ( + 0,90 ) yang tidak bersanak saudara ( + 0,20 ), anak
yang diadopsi korelasi dengan orang tua angkatnya ( + 0,10 - +
0,20 ).
2. Pengaruh faktor
lingkungan
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi
yang dikonsumsi. Oleh karena itu ada hubungan antara pemberian makanan bergizi
dengan inteligensi seseorang.
Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang
amat penting selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif
emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting, seperti
pendidikan, latihan berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada
masa-masa peka).
•
TEORI-TEORI INTELIGENSI
Ø Alfred Binet (1857-1911)
Inteligensi bersifat
monogenetik yaitu berkembang dari satu faktor satuan atau faktor
umum (g). Menurutnya inteligensi merupakan
sisa tunggal dari karekteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses
kematangan seseorang.
Ø Edward Lee
Thorndike (1911)
Inteligensi terdiri dari berbagai kemampuan spesifik
yang ditampilkan dalam wujud
perilaku inteligen. Teori ini dikategorikan dalam “Teori
Faktor Ganda”
•
Klasifikasi
3 Bentuk Kemampuan
1. Kemampuan abstraksi
Kemampuan untuk menggunakan gagasan dan simbol-simbol.
2. Kemampuan mekanik
Kemampuan bekerja dengan menggunakan alat-alat mekanis dan aktifitas
indra – gerak.
3. Kemampuan social
Kemampuan menghadapi orang lain di sekitar diri sendiri dengan cara-cara
yang efektif.
Ø Spearman
Menurut Spearman inteligensi mengandung 2 macam faktor sehingga teori ini terkenal dengan nama “Two
Faktor Teori”, yaitu
a) General ability
atau general faktor (faktor G)
Faktor ini terdapat pada semua individu, tetapi
berbeda satu dengan yang lainnya. Faktor ini selalu didapati dalam semua
“performance”.
b. Special ability
atau special faktor (faktor S)
–
Faktor ini merupakan faktor yang khusus mengenai
bidang tertentu. Dengan demikian, maka jumlah faktor ini banyak, misalnya ada
S1, S2, S3, dan sebagainya sehingga kalau pada seseorang faktor S dalam bidang tertentu dominan,
maka orang itu akan menonjol dalam bidang tersebut.
–
Menurut Spearman tiap-tiap “performance” adanya
faktor G dan faktor S, atau dapat dirumuskan. P=G+S
Ø Thurstone (1938)
Thurnstone mempunyai pandangan tersendiri. Dia
berpendapat bahwa dalam inteligensi terdapat
faktor-faktor primer yang merupakan “group factor”, yaitu
a) Spatial relation
(S)
Kemampuan untuk melihat gambar tiga dimensi atau mengenali berbagai hubungan dalam
bentuk visual.
b) Perceptual speed
(P)
Kecepatan dan ketepatan dalam mempertimbangkan
kesamaan dan perbedaan atau dalam merespon detil-detil visual.
c) Verbal
comprehension (V)
Kemampuan memahami bacaan, kosakata, analogi
verbal, dan penguasaan
komunikasi lisan.
d) Word fluency (W)
Kecepatan dalam menghubung-hubungkan kata dengan berbagai ritme dan intonasi.
e) Number facility
(N)
Kecepatan, ketepatan dalam perhitungan.
f) Associative
memory (M)
Kemampuan menggunakan memori untuk menghubungkan
berbagi assosiasi, mengingat
gambar-gambar, pesan-pesan, kata-kata atau bentuk pola-pola.
g) Reasoning (R)
•
Kemampuan untuk menarik suatu kesimpulan suatu prinsip
atau tugas dapat juga diartikan
sebagai kemampuan pemecahan masalah.
•
Faktor-faktor tersebut berkombinasi sehingga menghasilkan tindakkan atau perbuatan yang inteligen. Teori ini dikenal dengan “Primary Mental Abilities”
Ø Cyril Burt
Menurut Burt dalam inteligensi terdapat 3 faktor
a) Specific ability atau faktor spesifik (faktor S)
b) General ability
atau faktor umum (faktor G)
c) Common ability
atau common faktor disebut juga group factor (faktor C)
Faktor ini merupakan
sesuatu kelompok kemampuan tertentu seperti kemampuan kelompok dalam bidang
bahasa. Sehingga rumus “performance” menjadi P=G+S+C
Ø J.P. Guilford
dan Howard Gardner (Teori Multiple
Intelligence)
Guilford berpendapat bahwa inteligensi itu dapat
dilihat dari 3 kategori dasar
atau “faces of intellect”, yaitu sebagai berikut :
1. Operasi Mental
(Proses Berpikir)
a.
Kognisi (menyimpan informasi yang lama dan menemukan
informasi yang baru)
b.
Memory retention (ingatan yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari)
c.
Memory recording (ingatan yang segera)
d.
Divergent production (berpikir melebar, banyak kemungkinan jawaban)
e.
Convergent production (berpikir memusat, hanya satu jawaban/alternatif)
f.
Evaluasi (mengambil keputusan tentang apakah sesuatu
itu baik, akurat, atau memadai)
2. Content (Isi
yang dip ikirkan)
a.
Visual (bentuk kongkret atau gambaran)
b.
Auditory
c.
Word meaning (semantic)
d.
Symbolic (informasi dalam bentuk lambang, kata-kata,
angka dan bukan musik)
e.
Behavioral (interaksi non verbal yang diperoleh melalui penginderaan,
ekspresi muka atau suara)
3. Product (Hasil
Berpikir)
a.
Unit (item tunggal informasi)
b.
Kelas (kelompok item yang memiliki sifat-sifat yang
sama)
c.
Relasi (keterkaitan antar informasi)
d.
Sistem (kompleksitas bagian yang saling berhubungan)
e.
Transformasi (perubahan, modifikasi atau redefinisi
informasi)
f.
Implikasi (informasi yang merupakan saran dan
informasi item lain)
•
Contoh Keterkaitan Ketiga Kategori
ü Untuk dapat
mengisi deretan angka 3, 6, 12, 24, ... memerlukan “convergent operation”
(hanya satu jawaban yang benar) dengan “symbolic content” (angka) untuk
memperoleh suatu “relationship product” (angka rangkap berdasarkan pola
hitungan sebelumnya).
ü Untuk membuat
lukisan abstrak tentang suatu fenomena kehidupan, memerlukan kemampuan
“divergent thinking operation” (banyak kemungkinan jawaban) tentang “visual
content” untuk menciptakan “transformasional product” (objek nyata yang
ditransformasikan ke dalam pandangan pelukis).
Keterkaitan antara ketiga kategori berpikir atau kemampuan intelektual
tersebut, telah melahirkan 180 kombinasi kemampuan. Model struktur intelektual
Guilford ini telah mengembangkan wawasan tentang hakikat inteligensi dengan
menambah faktor-faktor, seperti: “social judgment” (evaluasi terhadap orang
lain), dan kreativitas (berpikir “divergent”).
Ø Robert Stenberg
(1985, 1990)
Teori “Triachic of Intelligence”, Stenberg berusaha untuk memahami
inteligensi melalui pendekatan proses kognitif. Stenberg mengartikannya sebagai suatu “deskripsi
tiga bagian kemampuan mental (proses berpikir, mengatasi pengalaman atau masalah baru, dan penyesuaian
terhadap situasi yang dihadapi) yang menunjukkan tingkah laku inteligen. Dengan
kata lain, tingkah laku inteligen itu merupakan produk (hasil) dan penerapan
strategi berpikir, mengatasi masalah-masalah baru secara kreatif dan cepat, dan
penyesuaian terhadap konteks dengan menyeleksi dan beradaptasi dengan
lingkungan.
1. Proses Mental
(Berpikir)
a)
Meta Component : perencanaan aturan, seleksi strategi dan monitoring (pemantauan). Contohnya
mengidentifikasi masalah, alokasi perhatian dan pemantauan bagaimana strategi
itu dilaksanakan.
b)
Performance Components : melaksanakan strategi yang terseleksi. Melalui
komponen ini memungkinkan kita untuk mempersepsi dan menyimpan informasi baru.
c)
Knowledge—Acquisition Components : memperoleh pengetahuan
baru, seperti memisahkan
informasi yang relevan dengan yang tidak relevan dalam rangka memahami
konsep-konsep baru.
2. Coping with new
experience
Tingkah laku inteligen dibentuk melalui dua
karakteristik, yaitu:
a)
Insight, atau kemampuan untuk menghadapi situasi
baru secara efektif
b)
Automaticity, atau kemampuan untuk berpikir dan
memecahkan masalah secara otomatis dan efisien
Dengan demikian, tingkah laku inteligen itu
melibatkan kemampuan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah baru dan
bersifat otomatis: kecepatan dalam menemukan solusi-solusi baru dalam proses
yang rutin dan dapat dilakukan tanpa banyak menggunakan usaha kognisi.
3. Adapting to
environment
Kemampuan untuk memilih dan beradaptasi dengan tuntutan atau norma
lingkungan. Kemampuan ini sangat penting
bagi individu dalam meraih kesuksesan hidupnya, seperti dalam memilih karier,
keterampilan sosial dan bergaul dalam masyarakat secara baik.
•
4 PENDEKATAN UMUM INTELEGENSI
(Maloney & Ward,1976)
(Maloney & Ward,1976)
Ø Pendekatan Teori
Belajar
Inti pendekatan ini mengenai masalah hakikat
inteligensi terletak pada
pemahaman mengenai hukum-hukum dan prinsip umum yang dipergunakan individu
untuk memperoleh bentuk-bentuk perilaku baru.
Ø Pendekatan
Neurobiologis
Pendekatan ini beranggapan bahwa inteligensi memiliki dasar anatomis dan biologis.
Perilaku inteligensi menurut
pendekatan ini dapat ditelusuri dasar-dasar neuro-anatomis dan
neuro-fisiologisnya.
Ø Pendekatan
Psikomotorik
–
Pendekatan ini beranggapan bahwa inteligensi merupakan suatu konstrak atau sifat
psikologis yang berbeda-beda kadarnya bagi setiap orang, yaitu.
–
Bersifat praktis yang menekankan pada pemecahan
masalah
–
Bersifat teoritis yang menekankan pada konsep dan
penyusunan teori
Ø Pendekatan Teori
Perkembangan
–
Dalam pendekatan ini, studi inteligensi dipusatkan pada masalah perkembangan inteligensi secara kuantitatif dalam kaitannya dengan
tahap-tahap perkembangan biologis individu.
•
JENIS-JENIS
TES INTELIGENSI
Ø Tes Inteligensi individual
–
Stanford–Binet Inteligence Scale.
–
Wechster–Bellevue Inteligence Scale (WBIS).
–
Wechster–Inteligence Scale For Children (WISC).
–
Wechster–Adult Inteligence Scale
(WAIS).
–
Wechster Preschool and Prymary Scale of Inteligence (WPPSI).
Ø Tes Inteligensi kelompok
–
Pintner Cunningham Prymary Test
–
The California Test of Mental Makurity
–
The Henmon–Nelson Test Mental Ability
–
Otis–Lennon Mental Ability Test
–
Prograssive Matrices
–
VALIDITAS & RELIABILITAS
TES INTELIGENSI
TES INTELIGENSI
•
Test inteligensi kebanyakan menggunakan prestasi sekolah sebagai kriteria utamanya.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tes inteligensi memang mempunyai korelasi yang amat tinggi dengan prestasi sekolah.
Jadi dalam hal ini tes tersebut valid.
•
Pertanyaan validitas, dan khususnya reliabilitas tes
inteligensi menyangkut pada
pengaruh budaya. Bila tes dapat dibuat sama sekali tidak dipengaruhi oleh
budaya (Culture Fair atau Culture Free) maka tes tersebut dapat diharapkan
reliabel (dapat dipakai di mana saja).
•
Inteligensi dan
Kreativitas
Kreativitas merupakan salah satu ciri dari inteligensi karena kreativitas juga
merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif. Meskipun demikian, hubungan
antara kreativitas dan inteligensi tidak
selalu menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan. Walau ada anggapan bahwa
kreativitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tapi bukti-bukti yang diperoleh dari
berbagai penelitian tidak mendukung hal itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti
oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi skor IQ, tidak
selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Sampai pada skor IQ
tertentu, masih terdapat korelasi yang cukup berarti. Tetapi lebih tinggi lagi,
ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ dengan tingkat kreativitas.
•
Inteligensi dan Bakat
•
Kemampuan-kemampuan yang spesifik memberikan pada
individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan,
atau keterampilan setelah melalui
suatu latihan.
•
Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan
khusus ini disebut aptitude tes atau tes bakat.
Stabilitas inteligensi dan IQ
Inteligensi bukanlah IQ. Inteligensi merupakan
suatu konsep umum tentang kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari
suatu tes inteligensi itu (yang
notabene hanya mengukur sebagai kelompok dari inteligensi). Stabilitas inteligensi tergantung
perkembangan organik otak.
Pengaruh faktor kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan
telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya.
Pengaruh faktor pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri
seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi.
Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan
dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat
dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi
dengan dunia luar.
Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih
metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan
memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
referensinya dari mana nih?
BalasHapusDari dosen saya mbak ^_^
HapusTrimakasih ^_^
BalasHapuswahhh mantap sekali, terima kasih
BalasHapuskeren abis. thanks
BalasHapusterimakasih artikelnya sangat panajng :D Tapi sangat bermanfaat dan berguna bagi pembaca
BalasHapusterima kasih ilmunyaaaa...
BalasHapusmy blog
Pintarrr
BalasHapusIzin sy copy.. Bagus materinya. Terimakasih
BalasHapusizin copy kak. terima kasih
BalasHapus