KONSEP DASAR PSIKOLOGI


BAB 1
KONSEP DASAR PSIKOLOGI
Sejarah Psikologi
          Psikologi pada mulanya di gunakan para ilmuwan dan para filosof untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam memahami akal pikiran dan tingkah laku aneka ragam makhluk hidup mulai dari yang primitive sampai yang modern. Namun ternyata tidak cocok, lantaran menurut para ilmuwan dan filosof, psikologi memiliki batasan-batasan tertentu yang berada di luar kaedah keilmuan dan etika falsafi. Kaidah scientific dan patokan etika filosofi ini tak dapat di bebankan begitu saja sebagai muatan psikologi (Rebek, 1988)
          Namun secara lebih spesifik (khusus), psikologi lebih banyak di kaitkan dengan kehidupan organisme manusia. Dalam hubungan ini psikologi di defenisikan sebagi ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu, dan juga memahami bagaimana makhluk tersebut berpikir dan berperasaan (Gleitman, 1986).
Pengertian Psikologi
          Psikologi yang dalam istilah lama di sebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa Inggris psychology. Kata psychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa Greek (Yunani), yaitu: (1) psyche yang berarti jiwa; (2) logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi adalah ilmu jiwa atau bisa di sebut ilmu yang mempelajari kejiwaan.
          Jiwa secara harfiah berasal dari perkataan sansekerta JIV, yang berarti lembaga hidup (levensbeginsel), atau daya hidup (levenscracht). Oleh karena jiwa itu merupakan pengertian yang abstrak, tidak bisa dilihat dan belum bisa diungkapkan secara lengkap dan jelas, maka orang lebih cenderung mempelajari “jiwa yang memateri” atau gejala “jiwa yang meraga/menjasmani”, yaitu bentuk tingkah laku manusia (segala aktivitas, perbuatan, penampilan diri) sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, psikologi butuh berabad-abad lamanya untuk memisahkan diri dari ilmu filsafat.
Definisi Psikologi
Menurut Para Ahli
          Bruno (1987), membagi pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling berhubungan. Pertama, psikologi adalah studi (penyelidikan) mengenai “ruh”. Kedua, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai ”kehidupan mental”,  ketiga psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku organisme.
          William James (1842-1910), menganggap psikologi sebagai ilmu pengetahuan mengenai kehidupan mental.
          JB. Watson (1878-1958), menganggap psikologi sebagai ilmu pengetahuan tentang tingkah laku organisme.
          EG. Boring & HS. Langfield, menganggap psikologi sebagai studi tentang hakikat manusia.
Definisi Psikologi
          Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
Ruang Lingkup
          Psikologi didefinisikan sebagai kajian scientific tentang tingkah laku dan proses mental organisme. Tiga idea penting dalam definisi ini ialah : Scientific, tingkah laku dan Proses mental. 
          Scientific, bermakna kajian yang dilakukan dan data yang dikumpulkan mengikuti prosedur yang sistematik. Walau pun kaedah scientific diikuti, ahli-ahli psikologi perlu membuat berbagai inferen atau tafsiran berdasarkan temuan  yang diperoleh. Ini dikarenakan subjek yang dikaji adalah hewan dan manusia dan tidak seperti sesuatu sel (seperti dalam kajian biologi) atau bahan kimia (seperti dalam kajian kimia) yang secara perbandingan lebih stabil. Manakala mengkaji tingkah laku hewan atau manusia memang sukar dan perlu kerap membuat inferen atau tafsiran.
Perbedaan Antara Jiwa Dan Nyawa
          Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya tergantung pada hidup jasmani dan menimbulkan perbuatan badaniah (organic behavior) yiatu perbuatan yang  ditimbulkan oleh proses belajar, misal : insting, refleks, nafsu dan sebaginya.
          Jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak yang menjadi penggerak dan pengatur bagi sekalian perbuatan-perbuatan pribadi (personal behavior) dari hewan tingkat tinggi hingga manusia. Perbuatan pribadi adalah perbuatan sebagai hasil proses belajar yang dimungkinkan oleh keadaan jasmani, rohaniah dan sosial.
Menurut Aristoteles, Jiwa disebut sebagai Anima
          Anima vegetativa, yaitu anima yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan yang mempunyai kemampuan untuk makan, minum dan berkembang biak
          Anima sensitiva, yaitu anima yang terdapat dalam hewan. Anima ini memiliki kemampuan seperti anima vegetativa juga kemampuan untuk berpindah tempat, mempunyai nafsu, dapat mengamati, mengingat dan merasakan
          Anima intelektiva, yaitu anima yang terdapat dalam diri manusia. Selain memiliki kemampuan seperti anima sensitiva juga mempunyai kemampuan berpikir dan berkemauan.



BAB 2
PERILAKU MANUSIA
          Apa Tingkah Laku Itu ?
          Perkataan tingkah laku/perbuatan mempunyai pengertian yang luas sekali. Yaitu tidak hanya mencakup kegiatan motoris saja seperti berbicara, berjalan, berlari-lari, berolah-raga, bergerak dan lain-lain, akan tetapi juga membahas macam-macam fungsi seperti melihat, mendengar, mengingat, berpikir, fantasi, pengenalan kembali, penampilan emosi-emosi dalan bentuk tangis, senyum dan lain-lain.
PENGERTIAN PERILAKU
          Soekidjo (1993:58)
                Perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan sehingga rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.
          Robert Kwik (1974)
                Perilaku manusia pada hakikatnya adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup.
PENGERTIAN PERILAKU
          Sunaryo (2004:3)
                Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.
          Notoatmojo (1997:60)
                Perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.
PENGERTIAN PERILAKU
          Notoatmodjo (2003)
                Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
PENGERTIAN PERILAKU
          Skinner (1938) Seorang Ahli Psikologi
                Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon. Skiner membedakan adanya dua proses
PROSES STIMULUS - RESPON
(Skinner)
1.       Respondent respon atau Reflexsive
*      Respon yang ditimbulkan oleh rangsangan–rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebutelecting stimulation karena menimbulkan respon–respon yang relatif tetap.
                Contoh : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dll.
*      Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosinal
                Contoh : mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta.
          PROSES STIMULUS - RESPON
(Skinner)
2.       Operant respon atau Instrumental respon Respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcekarena memperkuat respon.
                Contoh seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik kemudian memperoleh penghargaan dari atsannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya
          Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi atau genetika.
          Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh dan perilaku menyimpang.
          Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar.
          Perilaku tidak boleh disalah artikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain.
          Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial.
          Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan.
          Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif.
          Psikologi berkaitan dengan masalah segala kegiatan psikis, seperti berpikir, belajar, menanggapi, mencinta, membenci, dll
          4 KATEGORI KEGIATAN PSIKIS
1.       Pengenalan atau kognisi
2.       Perasaan atau emosi atau afeksi
3.       Kemauan atau konasi
4.       Gejala campuran
          BENTUK PERILAKU
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
          Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.
          Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice) dan dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
          DOMAIN PERILAKU
          Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang.
          Faktor–faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku.
Determinan Perilaku Dibedakan Menjadi Dua
(Notoatmodjo, 2007 :139)
1.       Faktor internal
                karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2.       Faktor eksternal
                lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.



BAB 3
PERILAKU ABNORMAL
DEFINISI ABNORMAL
1.       Penyimpangan dari norma statistik
2.       Penyimpangan dari norma sosial
3.       Disability atau Ketidakmampuan adaptasi (maladaptiveness)
4.       Penderitaan pribadi (personal distress) atau ketidaksenangan pribadi
¡  Penyimpangan Dari Norma Statistik
¡  Seorang individu dikatakan berperilaku abnormal apabila menunjukkan karakteristik perilaku yang yang tidak lazim alias menyimpang secara signifikan dari rata-rata, dilihat dalam kurve distribusi normal (kurve Bell).
¡  Jika individu yang menunjukkan karakteristik perilaku berada pada wilayah ekstrem kiri (-) maupun kanan (+), melampaui nilai dua simpangan baku, bisa digolongkan ke dalam perilaku abnormal.
¡  Penyimpangan Dari Norma Sosial
¡  Tingkah laku apapun yang dianggap menyimpang dari yang diharapkan masyarakat dianggap tidak normal.
¡  Karena masyarakat memiliki banyak norma-norma dan aturan-aturan yang dianggap layak untuk diterima oleh kelompok usia yang berbeda, jenis kelamin, tingkat sosial, pekerjaan, minoritas budaya dll.
¡  Disability atau Ketidakmampuan adaptasi (maladaptiveness)
¡  Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan karena abnormalitas yang dideritanya. Misalnya para pemakai narkoba dianggap abnormal karena pemakaian narkoba telah mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi akademik, sosial atau pekerjaan.
¡  Tidak begitu jelas juga apakah seseorang yang abnormal juga mengalami disability. Misalnya seseorang yang mempunyai gangguan seksual voyeurisme (mendapatkan kepuasan seksual dengan cara mengintip orang lain telanjang atau sedang melakukan hubungan seksual), tidak jelas juga apakah ia mengalami disability dalam masalah seksual.
¡  Personal Distress Atau
Ketidaksenangan Pribadi
¡  Keabnormalan didefinisikan sebagai perasaan subjektif seseorang atau tanggapan-tanggapan terhadap distress.
¡  Membiarkan seseorang menilai keabnormalannya dan kenormalannnya sendiri.
PANDANGAN TEORITIS TENTANG
PERILAKU ABNORMAL (MALADAPTIF)
1.       Pandangan Psikodinamik
2.       Pandangan Behavioral
3.       Pandangan Kognitif
4.       Pandangan Fisiologis
5.       Pandangan Humanistik-Eksistensial
¡  Pandangan Psikodinamik
                Mendukung prinsip deterministik psikis yakni pandangan bahwa tingkah laku normal atau tidak normal ditentukan oleh hasil dari proses-proses dinamik dan konflik-konflik intrapsikis. Dorongan-dorongan batin (internal) individu, seperti seks dan agresi, dalam pandangan psikodinamik bertentangan dengan aturan-aturan sosial (masyarakat) dan norma-norma moral.
¡  Pandangan Behavioral
¡  Deterministik adalah setiap kejadian atau tindakan ditentukan disebabkan oleh apa yang terjadi sebelumnya dan bukan oleh keputusan individu.
¡  Tingkah laku adalah hasil dari hubungan stimulus–respons dan bukan produk dari kejadian-kejadian intrapsikis, bukan dari pengalaman masa lampau.
¡  Bahwa tingkah laku abnormal itu terjadi karena dipelajari dan untuk mengubah tingkah laku orang harus mengubah aspek-aspek yang relevan dari lingkungan, terutama sumber-sumber perkuatan (reinforcement).
¡  Pandangan Kognitif
                Tingkah laku abnormal berdasarkan pikiran-pikiran yang keliru dan proses-proses pikiran yang kalut (Beck & Emery, 1985).
¡  Pandangan Kognitif
1.       Masalah proses kognitif disebabkan oleh masalah dengan perhatian dan asosiasi-asosiasi.
2.       Individu telah kehilangan perhatian.
3.       Selama kehilangan perhatian, mereka dikacaukan oleh pikiran-pikiran lain.
4.       Kemudian mereka berputar-putar pada pikiran-pikiran baru dan bukan mengikuti pikiran-pikiran semula.
¡  Contoh Kasus
¡  Apakah anda gelisah pada hari ini ?
¡  Tidak, aku mendapat selada satu bongkol
¡  Anda mendapat selada satu bongkol ? Aku tidak mengerti
¡  Ya, hanya selada satu bongkol
¡  Katakan padaku tentang selada. Apa yang dimaksudkan anda ?
¡  Ya…selada adalah suatu transformasi dari seekor puma yang mati yang jatuh sakit pada jari kaki singa. Dan ia menelan singa itu dan sesuatu terjadi….melihat…Gloria dan Tommy, mereka adalah dua kepala dan mereka bukan ikan paus tetapi mereka melarikan diri dengan sejumlah besar orang karena muntah dan hal-hal seperti itu (Neale & Oltmanns, 1980:102)
¡  Pandangan Humanistik-Eksistensial
                Manusia adalah mahluk sadar yang memilih secara bebas tindakan-tindakannya dan karena pilihannya yang bebas itu maka setiap manusia berkembang sebagai individu yang unik.
¡  Pandangan Humanis
                Bahwa manusia itu berbeda dengan spesies-spesies yang lain karena perkembangan pribadi manusia selalu berkembang  pada keadaan yang lebih tinggi.
¡  Pandangan Fisiologis
¡  Berawal dari pendapat bahwa patologi otak merupakan faktor penyebab tingkah laku abnormal.
¡  Pendapat ini muncul pada abad ke-19 karena adanya perkembangan keilmuan khususnya pada bidang anatomi faal, neurologi, kimia dan kedokteran umum.
¡  Bahwa berbagai penyakit neurologis akibat terganggunya fungsi otak karena pengaruh fisik atau kimiawi dan seringkali melibatkan segi psikologis atau tingkah laku.
¡  Fungsi otak yang kuat bergantung pada efisiensi sel saraf atau neuron untuk mentransmisikan suatu pesan melalui synaps ke neuron berikutnya dengan menggunakan zat kimia yang disebut neurotransmiter.
¡  Dengan ketidakseimbangan bio kimia otak inilah yang mendasari perspektif biologis munculnya tingkah laku abnormal.
¡  Akan tetapi selain dari patologi otak sudut pandang biologis juga memandang bahwa beberapa tingkah laku abnormal ditentukan oleh gen yang diturunkan.
¡  KLASIFIKASI GANGGUAN
Beberapa perilaku dapat diklasifikasikan sebagai perilaku abnormal. Berdasarkan sifatnya, perilaku abnormal digolongkan menjadi empat:
1.       Bersifat akut dan sementara, yang disebabkan oleh peristiwa yang penuh dengan stres.
2.       Bersifat kronis dan selama-Iamanya.
3.       Disebabkan oleh penyakit atau kerusakan pada sistem saraf.
4.       Merupakan akibat dari lingkungan sosial yang tidak menguntungkan dan/atau pengalaman belajar yang keliru.
                Keempat sifat tersebut dapat saling tumpang tindih dan saling berinteraksi di dalam menghasilkan perilaku abnormal.
¡  KRITERIA PRIBADI YANG NORMAL
1.       Memiliki perasaan aman
2.       Memiliki penilaian diri
3.       Memiliki spontanitas dan emosionalitas yang tepat
4.       Mempunyai kontak dengan realitas secara efisien
5.       Memiliki dorongan-dorongan dan nafsu-nafsu jasmaniah yang sehat
6.       Mempunyai pengetahuan diri yang cukup
7.       Mempunyai tujuan /objek hidup yang adekuat
8.       Memiliki kemampuan untuk belajar dari pengalaman hidupnya
9.       Ada kesanggupan untuk memuaskan tuntutan-tuntutan dan kebutuhan-kebutuhan dari kelompoknya
10.   Ada sikap emansipasi yang sehat terhadap kelompoknya dan terhadap budayanya
11.   Ada integrasi dalam kepribadiannya



BAB 4
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN (Sigmund Freud)
Perkembangan manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa.
Dalam teori Freud setiap manusia haru melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa.
Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap.
Kepribadian terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun
TAHAP PERKEMBANGAN
(Menurut Freud)
1.       Tahap oral (0-11 bulan)
Mouth rule (menghisap, menggigit, mengunyah), 5 mode pada tahap oral yang masing-masing membentuk suatu prototipe karakteristik kepribadian tertentu di kemudian hari, yaitu mode : mengambil, memeluk, menggigit, meludah dan membungkam.
Mengambil : menjadi petunjuk tingkah laku rakus, Memeluk : menjadi petunjuk dalam mengambil keputusan dan tingkah laku keras kepala.
Menggigit : menjadi petunjuk tingkah laku destruktif; sarkasme, sinis & mendominasi
Meludah : prototipe tingkah laku reject
Membungkam: tingkah laku reject, introvert
2.       Tahap anal (1-3 tahun)
Akhir tahap oral bayi dianggap telah dapat membentuk kerangka kasar kepribadian, meliputi sikap, mekanisme untuk memenuhi tuntutan id dan realita, dan ketertarikan pada suatu aktivitas atau objek.
Kebutuhan menyangkut pemuasan anak terhadap kontrol mengenai hal-hal yang menyangkut anal, misalnya bagaimana anak mengontrol keinginan untuk BAK dan bagaimana beradaptasi dengan toilet.
Tujuan tahap ini terpenuhinya pemuasan anak dengan tidak berlebihan akan membentuk self control yang adekuat.
3.       Tahap phalic (3-6 tahun)
Solusi permasalahan pada fase oral & anal membentuk pola kerangka yang mendasar.
Tahap berikutnya yaitu phalik. Pada tahap ini kesenangan dan permasalahan berpusat sekitar alat kelamin.
Stimulasi pada alat genital menimbulkan dorongan biologis, dorongan dikurangi timbul kepuasan.
Permasalahan yang timbul : oedipus compleks
4.       Tahap laten (6-12 tahun)
Periode lambat dimana desakan seksual mengendur.
Sebaiknya digunakan untuk mencari keterampilan kognitif/pengetahuan dan mengasimilasi nilai-nilai budaya.
Pada periode ini ego & superego terus dikembangkan
5.       Tahap genital (12-18 tahun)
Dorongan/impuls-impuls menguat lagi dengan drastis.
Pencapaian ego ideal sudah tercapai pada tahap ini
6.       Tahap dewasa, yang terbagi dewasa awal, usia setengah baya dan usia senja.
                Konsep psikolanalisis menekankan pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap perjalanan manusia. Walaupun banyak para ahli yang mengkritik, namun dalam beberapa hal konsep ini sesuai dengan konsep pembinaan dini bagi anak-anak dalam pembentukan moral individual.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
(Erik H.Erikson)
a.       Perkembangan kepribadian manusia terjadi sepanjang rentang kehidupan
b.      Perkembangan kepribadian manusia dipengaruhi oleh interaksi sosial—hubungan dgn orang lain, hal ini yang dikenal dengan ”teori psikososial”.
c.       Perkembangan kepribadian manusia ditentukan oleh keberhasilan atau kegagalan seseorang mengatasi krisis yang terjadi pada setiap tahapan sepanjang rentang kehidupan.
Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun dalam kenyataannya sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian dapat dan mungkin terjadi, terutama dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari pada faktor fisik.
Perkembangan manusia melewati suatu proses dialektik yang harus dilalui dan hasil dari proses dialektik ini adalah salah satu dari kekuatan dasar manusia yaitu harapan, kemauan, hasrat, kompetensi, cinta, perhatian, kesetiaan dan kebijaksanaan.
Perjuangan di antara dua kutub ini meliputi proses di dalam diri individu (psikologis) dan proses di luar diri individu (sosial). Dengan demikian, perkembangan yang terjadi adalah suatu proses adaptasi aktif.
Remaja menurut Erikson, memiliki dua kutub dialektik yaitu Identitas dan Kebingungan. Salah satu dari pencarian individu dalam tahapan ini yaitu pencarian identitas dirinya dengan menjawab satu pertanyaan penting yaitu “Siapa Aku?”. Bila individu berhasil menjawabnya akan menjadi basis bagi perkembangan ke tahap selanjutnya. Namun, apabila gagal, maka akan menimbulkan kebingungan identitas di mana individu tidak berhasil menjawab siapa dirinya yang sebenarnya. Apabila seorang individu tidak berhasil menemukan identitas dirinya, maka ia akan sulit sekali mengembangkan keintiman dengan orang lain terutama dalam hubungan heteroseksual dan pembentukan komitmen seperti yang terdapat dalam pernikahan.
8 TAHAPAN PERKEMBANGAN
(Menurut Erikson)
1.       Masa Bayi (Infancy)
2.       Masa Kanak-kanak awal (Early Childhood)
3.       Masa Pra sekolah (Preschool Age)
4.       Masa Sekolah (School Age)
5.       Masa Remaja (adolescence)
6.       Masa Dewasa awal (Young Adulthood)
7.       Masa Dewasa (Adulthood)
8.       Masa Hari tua (Senescence)
Masa Bayi (Infancy)
(0-1/1,5 th)
Ditandai adanya kecenderungan Trust Mistrust.
Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.
Masa Kanak-kanak Awal  (Early Childhood) (1/1,5-3 th)
Ditandai adanya kecenderungan AutonomyShame, Doubt.
Pada masa ini sampai batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain anak telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
Masa Pra Sekolah (Preschool Age)
(3-6 th)
Ditandai adanya kecenderungan Initiative – Guilty.
Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut anak terdorong melakukan beberapa kegiatan tetapi karena kemampuan anak masih terbatas sehingga adakalanya anak mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan anak memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.
Masa Sekolah (School Age)
(
6-12 th)
Ditandai adanya kecenderungan Industry–Inferiority.
Kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengetahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang anak menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.
Masa Remaja (Adolescence)
(
12-20 th)
Ditandai adanya kecenderungan Identity–identity Confusion.
Persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan–kecakapan yang dimilikinya, anak berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas diri pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan.
Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.
Masa Dewasa Awal  (Young Adulthood)
(
20-35 th)
Ditandai adanya kecenderungan intimacy, solidarity isolation.
Pada masa sebelumnya individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar.
Mereka sudah mulai selektif dalam membina hubungan yang intim, hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.
Masa Dewasa (Adulthood)
(
35-65 th)
Ditandai adanya kecenderungan GenerativityStagnation.
Pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas tetapi tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal – hal tertentu ia mengalami hambatan.
Masa Hari Tua (Senescence)
(> 65 th)
Ditandai adanya kecenderungan ego integritydespair.
Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya.
8 TAHAPAN
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
( Harry Stack Sullivan)
1.       Masa bayi
                Kebutuhan akan rasa aman dalam mengembangkan rasa percaya yang mendasar (basic trust).
2.       Masa kanak-kanak awal
                Belajar berkomunikasi
3.       Pra sekolah
                Mengembangkan body image
4.       Usia sekolah
                Mengembangkan hubungan dengan sebaya, melalui kompetisi, kompromi dan kooperatif
5.       Remaja : mengembangkan kemandirian, melakukan hubungan dengan jenis kelamin yang berbeda
6.       Dewasa
                Belajar untuk saling tergantung, tanggung jawab terhadap orang lain.
TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN
Physical muturation, berkembang karena kemasakan fisik
The cultural pressure of society, berkembang karena paksaan sosial
The personal value and aspiration of the individual, berkembang karena penilaian dan penghargaan terhadap diri sendiri
Gabungan semuanya.



BAB 5
TIPE-TIPE KEPRIBADIAN

  FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KARAKTER INDIVIDU
Ø  Hippocrates berpendapat bahwa diri seseorang terdapat 4 macam cairan tubuh yang dapat mempengaruhi karakter seseorang yaitu empedu kuning, empedu hitam, lendir dan darah merah.
Ø  Galenus menyempurnakan teori Hippocrates ini. Teori Galenus ini dijabarkan kembali oleh Florence Littauer dalam bukunya Personality Plus
tentang kholeris, melankholis, phlegmatis dan sanguinis.
1.       Tipe Kepribadian Sanguinis
                Tipe ini paling baik dalam hal berurusan dengan orang lain secara antusias, menyatakan pemikiran dengan penuh gairah, memperlihatkan perhatian. Kelemahan tipe ini adalah berbicara terlalu banyak, mementingkan diri sendiri, sulit berkonsentrasi, kurang disiplin.
2.       Tipe Kepribadian Melankolis
                Tipe ini paling baik dalam hal mengurus perincian dan pemikiran secara mendalam, memelihara catatan, bagan dan grafik, menganalisis masyarakat yang terlalu sulit bagi orang lain. Kelemahan tipe ini adalah mudah tertekan, menunda-nunda suatu pekerjaan, mempunyai citra diri yang rendah, mengajukan tuntutan yang tidak realistis pada orang lain.
3.       Tipe Kepribadian Koleris
                Tipe ini paling baik dalam hal pekerjaan yang memerlukan keputusan cepat, persoalan yang memerlukan tindakan dan pencapaian seketika,  bidang-bidang yang menuntut kontrol dan wewenang yang kuat. Kelemahan tipe ini adalah tidak tahu bagaimana cara menangani orang lain, sulit mengakui kesalahan, sulit bersikap sabar, terlalu pekerja keras.
4.       Tipe Kepribadian Phlegmatis
                Tipe ini paling baik dalam posisi penengahan dan persatuan, badai yang perlu diredakan, rutinitas yang terus membosankan bagi orang lain. Kelemahan tipe ini adalah kurang antusias, malas, tidak berpendirian, sering mengalami perasaan sangat khawatir, sedih dan gelisah.
  CARA UNTUK MENYESUAIKAN DIRI
1.       Tipe Sanguinis
       Jangan mengharapkan mereka mengingat janji pertemuan/tepat pada waktunya.
       Sadarilah mereka bicara tanpa berpikir lebih dulu.
       Sadarilah bahwa mereka bermaksud baik.
       Terimalah kenyataan bahwa mereka mendapat kesenangan dari apa yang akan memalukan orang lain.
2.       Tipe Melankolis
       Ketahuilah bahwa mereka sangat perasa dan mudah sakit hati.
       Sadarilah bahwa mereka diprogram dengan sikap pesimistis.
       Pujilah mereka dengan tulus dan penuh kasih sayang.
       Terimalah kenyataan bahwa kadang-kadang mereka menyukai kesunyian.
3.       Tipe Koleris
       Akuilah bahwa mereka berbakat memimpin.
       Ketahuilah bahwa mereka tidak bermaksud menyakiti.
       Sadarilah bahwa mereka tidak penuh belas kasihan.
       Ketahuilah bahwa mereka selalu benar.
4.       Tipe Plegmatis
       Sadarilah mereka memerlukan motivasi langsung.
       Bantulah mereka menetapkan tujuan.
       Jangan mengharapkan antusiasme.
       Doronglah mereka untuk menerimatanggungjawab.



BAB 6
KESADARAN & KETIDAKSADARAN

ž  Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, bukan saja perilaku yang kelihatan, melainkan juga yang tidak kelihatan, yang sering dikenal dengan ’ketidaksadaran’.
ž  Ketidaksadaran lebih banyak dibicarakan dalam aliran psikoanalisa yang dipelopori oleh Freud.
ž  Ketidaksadaran adalah kekuatan yang besar dalam diri kita.
ž  Kebanyakan didalamnya adalah hal-hal yang tidak kita inginkan, hal-hal yang kita benci, hal-hal tidak menyenangkan yang direpresi, dilupakan.
ž  Ketidaksadaran juga menyimpan suatu harta karun yang jika ditemukan dapat mengantarkan manusia kepada ’pencerahan’ hidup ketika seorang manusia semakin mendekati Self  dan dapat menyeimbangkan conscious-unconscious. Untuk itu, seorang manusia harus mengenali dirinya terlebih dahulu.
ž  Pemahaman tentang kesadaran dan ketidaksadaran manusia merupakan salah satu sumbangan terbesar dari pemikiran Freud.
ž  Kunci untuk memahami perilaku dan problema kepribadian bermula dari hal tersebut. Ketidakasadaran tidak dapat dikaji langsung, karena perilaku yang muncul itu merupakan konsekuensi logisnya.
ž  Kesadaran & ketidak sadaran
ž  Menurut Freud
ž  KESADARAN & KETIDAKSADARAN
(sigmund freud)
1.       ALAM SADAR (conciousness)
ž  Alam Sadar (conciousness) merupakan bagian dari pikiran dimana persepsi yang berasal dari dunia luar atau dari dalam tubuh (pikiran) di bawa ke kesadaran. Dalam proses yang bersumber dari internal, hanya pikiran yang ada di alam pra sadar yang dapat di bawa ke alam sadar.
ž  Kesadaran merupakan fenomena subjektif yang isinya dapat dikomunikasikan hanya melalui bahasa dan perilaku.
Å  Kesadaran menggunakan energi psikis, artinya seseorang menyadari suatu ide atau perasaan akibat adanya sejumlah energi psikis. Energi psikis bentuk konkritnya berupa aliran listrik yang mengalir dalam serabut syaraf melalui neurotransmitter.
Å  Kesadaran sebagai alat pencerap apa yang menjadi perhatian bekerja sama dengan alam pra sadar. Melalui perhatian individu dapat menjadi sadar (tahu) tentang rangsang yang masuk dari dunia luar, kesadaran dapat menfokuskan beberapa stimulus dan mengabaikan stimulus lain.
2.       ALAM PRA SADAR
Å  Belum ada pada waktu lahir dan berkembang pada masa anak-anak.
Å  Berdekatan dan bekerja sama dengan alam sadar.
Å  Kegiatan mental alam pra sadar dinamakan proses sekunder.
Å  Sangat erat dengan prinsip realita (ego)
Å  Menjaga jangan sampai hasrat-hasrat yang bertentangan dengan kenyataan keluar ke alam sadar.
Å  Terdiri dari peristiwa-peristiwa, proses dan isi pikir yang dapat dibawa ke alam sadar dengan memusatkan perhatian.
3.       ALAM TIDAK SADAR (unconciousness)
Å  Mengandung berbagai ide dan afek yang ditekan.
Å  Hasrat/ keinginan tidak dapat dibawa ke alam sadar, hanya akan mendorong alam sadar untuk melakukan sesuatu.
Å  Beberapa memori dan keinginan yang menyakitkan, konflik-konflik masa lalu yang tidak dikehendaki, trumatik dan tidak diinginkan cenderung untuk direpresi (penekanan/ditekan) ke alam bawah sadar, hal ini akan terus mempengaruhi perilaku kita walau kita tidak menyadarinya.
ž  Contoh
ž  Alam Sadar
¡  Keadaan yang tampak dan dirasakan saat ini,
¡  kuliah, pakaian, tugas-tugas, keuangan saat ini
ž  Ambang Sadar
¡  Batas antara sadar & bawah sadar muncul dalam
¡  bentuk mimpi-mimpi
ž  Bawah Sadar
¡  Dipermalukan, ditolak cinta, disiksa, tidak lulus ujian, ayah tiri, hubungan kakak adik tdk harmonis, dipekosa, mencuri, perasaan berdosa, konflik-konflik masa lalu.
ž  KESADARAN & KETIDAKSADARAN
ž  Menurut Carl Gustav Jung
ž  Konsep jiwa
Å  Jiwa terdiri dari dua bagian yang saling melengkapi yaitu:
                kesadaran dan ketidaksadaran.
Å  Fungsi jiwa dalam kaitannya dengan kesadaran menurut teori ini adalah suatu aktivitas yang secara teori tidak berubah dalam lingkungan yang berbeda-beda.
Å  Jadi menurut teori ini jiwa itu sesuatu yang permanen dan menetap.
ž  Secara umum teori ini menyebutkan empat fungsi jiwa : Dua rasional (pikiran dan perasaan), dan dua tidak rasional (pendirian dan intuisi).
ž  Pada umumnya manusia mempunyai ke empat fungsi tersebut, akan tetapi biasanya hanya salah satu fungsi yang paling berkembang superior.
ž  Fungsi superior menguasai alam sadar dan fungsi inferior menguasai alam tidak sadar.
2 TIPE SIKAP JIWA
1.       TIPE EKSTROVERT
Å  Sikap kesadaran yang mengarah keluar dirinya.
Å  Orientasi tertuju keluar, pikiran, perasaan dan tindakannya ditentukan oleh lingkungan.
Å  Penyesuaian dengan lingkungan baik, tingkah laku baik, cepat dan tepat serta pandai bergaul.
2.       TIPE INTROVERT
Å  Sikap kesadarannya mengarah ke dalam dirinya.
Å  Sulit menyesuaikan dengan lingkungan, semua dipandang dari sudut dirinya, kurang dapat bergaul.
STRUKTUR KETIDAKSADARAN
1.       KETIDAKSADARAN PRIBADI
a.       Daerah yang berdekatan dengan ego, terdiri dari pengalaman-pengalaman alam sadar/disadari, ingatan dan kemudian di represi , dilupakan atau diabaikan atau hal-hal yang tertekan.
b.      Isi ketidaksadaran pribadi sama seperti pra sadar pada konsep Freud, yang dapat menjadi sadar.
2.       KETIDAKSADARAN KOLEKTIF
a.       Meliputi emosi-emosi dan invasi-invasi.
b.      Diwariskan dari generasi ke generasi.
c.       Merupakan endapan cara reaksi manusia yang khas sejak dulu dalam menghadapi situasi ketakutan, bahaya, perjuangan, kelahiran dan kematian (akibat dari pengalaman-pengalaman yang berulang selama banyak generasi , misalnya setiap mendengar kata aliran asosiasi kita pada lampu yang padam padahal pengertian salah tersebut diwariskan turun-temurun, saat listrik mati respon orang tua mengatakan aliran.
d.      Bersifat universal.
                Contoh kecenderungan manusia takut pada kegelapan dengan ular, karena diasumsikan bahwa manusia terdahulu menemukan banyak bahaya dalam kegelapan dan menjadi korban ular berbisa.
e.      Collective unconsciousness yaitu sebuah ketidaksadaran kolektif, sebuah ingatan masa lalu yang terbawa sejak kita lahir. Ingatan-ingatan itu berisi primordial image (gambaran-gambaran zaman dahulu) yang dinamakan archetype.
f.        Archetype adalah tema-tema yang ada didalam kehidupan manusia. Tema ini mungkin bisa disejajarkan dengan ide Plato mengenai dunia ide. Archetype bisa berupa The Hero, Mother, The Wise Old Man, Anima, ataupun The Shadow.
g.       Pengalaman-pengalaman seseorang tentang dunia sebagian besar dibentuk oleh ketidaksadaran kolektif, walau tidak sepenuhnya demikian.
h.      Alam tidak sadar (unconciousness) berisikan kejadian-kejadian jiwa yang terletak pada daerah perbatasan antara ketidaksadaran pribadi dan kolektif, yaitu hal-hal yang tidak dapat diingat lagi. Unconciousness lebih dekat ke arah ketidaksadaran kolektif.
ž  MANIFESTASI DARI KETIDAKSADARAN
*      Sympton
Å  Merupakan gejala-gejala masih dapat disadari
Å  Gejala dorongan jalannya energi yang normal, yang dapat berbentuk sympton kejasmanian maupun kejiwaan.
Å  Sympton              adalah tanda bahaya, yang memberitahu bahwa ada sesuatu dalam kesadaran yang kurang dan karenanya perlu perluasan ke alam tak        sadar, contohnya kegiatan tubuh yang tak terkontrol.
*      Mimpi, Fantasi dan Khayalan
Å  Merupakan manifestasi dari ketidaksadaran kolektif.
*      Kompleks
Å  Merupakan gejala-gejala yang masih dapat disadari
Å  Bagian kejiwaan kepribadian yang telah terpecah  dan lepas dari penilikan (kontrol) kesadaran dan kemudian mempunyai kehidupan sendiri dalam kegelapan alam ketidaksadaran yang selalu dapat menghambat atau memajukan prestasi-prestasi kesadaran.
*      Archetypus
Å  Pendapat instinktif dan reaksi instinktif terhadap              situasi tertentu yang terjadi diluar kesadaran.
ž  2 KOMPONEN (UNSUR) UTAMA
KETIDAKSADARAN KOLEKTIF
1.       ARCHETYPE
ž  Bentuk pikiran (ide) universal yang mengandung unsur emosi yang besar.
ž  Merupakan pikiran instingtif dan reaksi instingtif terhadap situasi tertentu yang terjadi di luar kesadaran, dibawa sejak lahir dan tumbuh pada ketidaksadaran kolektif selama perkembangan manusia disebut sebagai pola dasar.
                Contoh: Archetype ibu menghasilkan gambaran tentang figur ibu, dengan kata lain bayi mewarisi konsep yang sudah terbentuk lebih dulu tentang ibu yang bersifat umum dan menentukan bagaimana bayi mempersepsikan ibunya.
ž  Kompleks : Merupakan Ide yang dipengaruhi oleh perasaan dan timbul sebagai akibat dari pengalaman traumatik yang berlarut-larut pada masa kanak-kanak. Kompleks terjadi didasarkan bentuk-bentuk pengalaman manusiawi yang universal.
                Contoh : Reaksi khas seorang anak terhadap ibunya ditentukan oleh pengalaman pribadi tentang ibunya.
2.       PERSONA, ANIMA DAN ANIMUS
ž  Persona adalah suatu topeng yang menutupi kepribadian, dimana seseorang tampil di dunia luar. Persona dapat terfiksasi sehingga orang yang sesungguhnya tersembunyi dari dirinya.
ž  Sedangkan Anima dan animus adalah sifat yang tidak disadari yang masing-masing dimiliki oleh wanita dan laki-laki.
ž  Anima adalah feminimitas laki-laki yang tidak dikembangkan.
ž  Animus adalah maskulinitas wanita yang tidak dikembangkan.
ž  Menurut teori ini setiap individu memiliki potensi laki-laki dan perempuan. Hanya lingkungan yang bertanggung jawab mengembangkan potensi salah satunya dari keduanya. apakah sesorang akan menjadi laki-laki atau perempuan atau identitas dirinya kabur seperti waria atau banci.
ž  KESADARAN &
KETIDAKSADARAN
ž  Gerald Corey
ž  bukti klinis ketidaksadaran manusia dapat dilihat dari hal-hal berikut
1)      Mimpi
                Hal ini merupakan pantulan dari kebutuhan, keinginan dan konflik yang terjadi dalam diri
2)      Salah ucap sesuatu
                Misalnya nama yang sudah dikenal sebelumnya
3)      Sugesti pasca hipnotik
4)      Materi yang berasal dari teknik asosiasi bebas
5)      Materi yang berasal dari teknik proyeksi
6)      Isi simbolik dari simptom psikotik.
ž  PENGERTIAN KESADARAN
*      Kesadaran adalah suatu tingkat kesiagaan individu pada saat ini terhadap stimulus internal dan eksternal, yaitu terhadap peristiwa-peristiwa lingkungan dan sensasi tubuh, memori dan pikiran.
*      Pengertian lainnya adalah kemampuan individu mengadakan hubungan dengan lingkungan serta diri sendiri (melalui panca inderanya) dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungan serta diri sendiri (melalui perhatian).
                Bukti terjadinya pemrosesan informasi membuat para ahli kembali mengungkap konsep kesadaran. Kesadaran sudah mulai diungkap sejak zaman William James (1890) yang menyatakan bahwa :
*      Kesadaran adalah agen yang memilih satu dari sekian banyak stimulus dan selanjutnya stimulus yang dipilih ditonjolkan dan diperjelas sementara event-event yang lain ditekan.
*      Kesadaran merupakan topik epifenomenal karena meskipun tampak pada perilaku namun sangat dipengaruhi oleh proses tidak sadar.
ž  FUNGSI KESADARAN (SHALLICE)
1.       Dapat digunakan dalam membuat keputusan
                Dalam keadaan sadar perawat dapat memutuskan pergi atau tidak, bekerja atau tidak, melanjutkan pendidikan atau tidak.
2.       Dapat digunakan dalam mengarahkan dan mengendalikan tindakan merencanakan, memulai dan mengarahkan tindakan. Misalnya dalam keadaan sadar seorang perawat dapat melakukan kegiatan seperti membereskan ruangan, memberi obat, mengganti balutan.
3.       Dapat digunakan dalam pemantauan perilaku.
                Secara sadar perawat mengamati perilaku klien gangguan jiwa atau melakukan evaluasi klien setelah perawatan.
4.       Memungkinkan terhadap penyesuaian perilaku.
                Dalam keadaan sadar perawat dapat menyiapkan diri bila hujan turun, mencari alternatif bila kendaraan mogok, atau menyesuaikan diri bila lingkungan terasa berisik.
ž  KAITAN KESADARAN DENGAN HEMISFERIK
ž  Teori Tulving mendorong Broca (1869) seorang ahli fisika Perancis meneliti bahwa
ž  Belahan otak kanan dan kiri berfungsi secara asimetris (Split Brain).
ž  Kesadaran dan pemrosesan bahasa di hemisfer kiri dan fungsi spasial di hemisfer kanan.
ž  Tingkat kesadaran juga mempengaruhi terjadinya atensi.



                                                                                                  BAB 7
                                                                                       KONSEP BELAJAR                  

Mengapa kita belajar ?
                Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) :
                Sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar.
PENGERTIAN BELAJAR
*      Thursan Hakim
                Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.
*      Hilgard & Bower (Theories of Learning)
                Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu situasi.
*      Skinner
                Belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku.
*      Moh. Surya (1997)
                Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
*      Witherington (1952)
                Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.
*      Crow & Crow (1958)
                Belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.
*      Hilgard (1962)
                Belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi.
*      Di Vesta & Thompson (1970)
                Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman.
*      Gage & Berliner
                Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman.
Kesimpulan Belajar
                Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas perubahan tingkah laku seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya. Jika di dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
Ciri-ciri Perubahan Perilaku
Moh. Surya (1997)
1.       Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional)
                Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar.
Contoh Kasus
Seorang mahasiswa ekonomi sedang belajar tentang psikologi. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang psikologi. Begitu juga, setelah belajar psikologi dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi.
2.       Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu)
                Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya.
Contoh Kasus
                Seorang mahasiswa telah belajar Psikologi Dasar tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan “Konsep Belajar”, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya tentang “Konsep Belajar” akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
3.       Perubahan yang fungsional
                Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang.
Contoh Kasus
                Seorang mahasiswa ekonomi belajar tentang psikologi dasar, maka pengetahuan dan keterampilannya tentang psikologi dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri maupun mempelajari dan mengembangkan perilaku orang lain ketika berinteraksi dengan orang lain.
4.       Perubahan yang bersifat positif
                Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan.
Contoh Kasus
                Seorang mahasiswa ekonomi sebelum belajar tentang Psikologi menganggap bahwa dalam perilaku ekonomi tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual ataupun perkembangan perilaku dan pribadi seseorang, namun setelah mengikuti pembelajaran Psikologi Dasar, dia memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip-prinsip perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi seorang Manajer Sumber Daya Manusia.
5.       Perubahan yang bersifat aktif
                Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan.
Contoh Kasus
                Mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan baru tentang psikologi keperawatan, maka mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi,  berdiskusi dengan teman tentang ilmu psikologi maupun psikologi keperawatan.
6.       Perubahan yang bersifat permanen
                Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya.
Contoh Kasus
                Mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa tersebut.
7.       Perubahan yang bertujuan dan terarah
                Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
Contoh Kasus
                Seorang mahasiswa belajar psikologi dasar, tujuan yang ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang psikologi yang diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A.
                Sedangkan tujuan jangka panjangnya dia ingin menjadi MSDM yang efektif dengan memiliki kompetensi yang memadai tentang psikologi. Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
8.       Perubahan perilaku secara keseluruhan
                Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya.
Contoh Kasus
                Mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori Belajar”, disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”, dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.
BENTUK PERUBAHAN PERILAKU YANG MERUPAKAN HASIL BELAJAR
 (
Menurut Gagne)
Kecakapan intelektual
                Keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.
Informasi verbal
                Penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.
Sikap
                Hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
Strategi kognitif
                Kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.
Kecakapan motorik
                Hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.



BAB 8
KREATIFITAS & PROSES BERPIKIR


Berpikir adalah aktualisasi otak sebagai sumber penggerak yang tidak terbatas dengan menggambarkan dan membayangkan sesuatu dalam pikiran

PENGERTIAN
Conny R. Semiawan
                Kreatifitas sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.
Utami Munandar
                Kreatifitas adalah kemampuan mengkombinasi, memecahkan masalah dan cerminan kemampuan operasional manusia.
Selo Soemardjan (1983)
                Kreativitas merupakan sifat pribadi seorang individu dan bukan merupakan sifat sosial yangg dihayati oleh masyarakat yang tercermin dari kemampuannya untuk menciptakan sesuatu yg baru.
PENGERTIAN
Baron (1969)
                Kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru.
Haefele (1962)
                Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial.
5 CIRI ORANG KREATIF
(Menurut Guilford)
1.       Kelancaran (Fluency)
                Kemampuan untuk memproduksi banyak gagasan
2.       Keluwesan (Flexibility)
                Kemampuan untuk mengajukan bermacam-macam pendekatan atau jalan pemecahan masalah
3.       Keaslian (Originality)
                Kemampuan untuk melahirkan gagasan asli sebagai hasil pemikiran sendiri dan tidak klise
4.       Penguraian (Elaboration)
                Kemampuan menguraikan sesuatu secara terperinci
5.       Perumusan kembali (Redefinitaion)
                Kemampuan untuk mengkaji kembali sesuatu persoalan melalui cara yang berbeda dengan apa yang sudah lazim.
CIRI-CIRI MAMPU BERPIKIR KREATIF
(Feldhusen & Treffinger,1980)
*      Ciri-ciri Aptitude
Fluency (banyak bertanya, punya banyak gagasan, dll)
Flexibility (mampu merubah alur berpikir secara spontan)
Originality (memikirkan masalah yang langka, sintesa dalam berpikir, dll)
Elaboration (memperkaya gagasan orang lain, menguji detail, dll)
Evaluation (menentukan pendapat sendiri, kritis, dll)
CIRI-CIRI MAMPU BERPIKIR KREATIF
(
Feldhusen & Treffinger,1980)
*      Ciri-ciri Afektif (Non Aptitude)
Rasa ingin tahu
Bersifat imajinatif
Tertantang oleh kemajemukan
Berani mengambil resiko
Menghargai
4 JENIS DIMENSI KREATIFITAS
(Four P’s of Creativity)
1.       DIMENSI PERSON
                Definisi pada dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut kreatif.
¡  “Creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people” (Guilford, 1950)
                Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat.
¡  “Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the environment in an unique and characteristic way” (Hulbeck, 1945 )
                Tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.
2.       DIMENSI PROCESS
                Definisi pada dimensi proses bahwa kreativitas berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif.
“Creativity is a process that manifest in self in fluency, in flexibility as well in originality of thinking” (Munandar,1977)
                Kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan, sehingga lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi).
Kreatifitas Dalam Dimensi Process
(Munandar, 1977)
4 TAHAP DALAM PROSES KREATIF
 (Wallas,1976)
1.       Tahap Persiapan
                Tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dialami.
2.       Tahap Inkubasi
                Tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini berlangsung dalan waktu yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap berikutnya.
Lanjutan
3.       Tahap Iluminasi
                Tahap munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini muncul bentuk-bentuk cetusan spontan, seperti dilukiskan oleh Kohler dengan kata-kata now, I see itu yang kurang lebihnya berarti “oh ya”.
4.       Tahap Verifikasi
                Tahap munculnya aktivitas evaluasi tarhadap gagasan secara kritis, yang sudah mulai dicocokkan dengan keadaan nyata atau kondisi realita.
Kesimpulan
                Dari pendapat ahli diatas (Munandar & wallas) bahwa kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi didalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir).
3.       DIMENSI PRESS
                Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis.
¡  “The initiative that one manifests by his power to break away from the usual sequence of thought” (Simpson,1982 dalam Munandar 1999)
¡  Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.
4.       DIMENSI PRODUCT
                Merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif.
“Creativity is the ability to bring something new into existence”
(Baron, 1976
)
THREE FACET MODEL OF CREATIVITY
 (Sternberg,1988)
THREE FACET MODEL OF CREATIVITY
(
Sternberg, 1988)
*      Intelegensi
                Kemampuan verbal, pemikiran lancar, pengetahuan, perencanaan, perumusan masalah, penyusunan strategi, representasi mental, ketepatan pengambilan keputusan, keseimbangan.
*      Gaya kognitif
                Kelonggaran & ketertarikan pd konvensi, menciptakan aturan-aturan sendiri, melakukan hal-hal dengan cara sendiri, menyukai masalah yang tidak terlalu berstruktur, suka menulis, merancang, suka pada jabatan yang menuntut kreativitas
*      Kepribadian/ Motivasi
                Kelenturan, toleransi pd ambiguitas, dorongan b’prestasi & mendpt pengakuan ulet m’hadapi rintangan, moderat dlm pengambilan keputusan
7 HAMBATAN MENJADI KREATIF
1.       Rasa Takut
                Rasa takut gagal, takut salah, takut dimarahi, dan rasa takut lainnya sering menghambat seseorang untuk berpikir kreatif.
2.       Terpaku Pada Masalah
                Masalah seperti kegagalan, kesulitan, kekalahan, kerugian memang menyakitkan. Tetapi bukan berarti usaha untuk memperbaiki ataupun mengatasi masalah harus terhenti. Justru dengan adanya masalah mendorong seseorang untuk lebih kreatif agar dapat menemukan cara lain yang lebih baik, lebih cepat, lebih efektif.
3.       Rasa Puas
                Bukan masalah saja yang bisa menjadi hambatan. Kesuksesan, kepandaian dan kenyamananpun bisa jadi hambatan. Seseorang yang sudah puas akan prestasi yang diraihnya, serta telah merasa nyaman dengan kondisi yang dijalaninya seringkali terbutakan oleh rasa bangga dan rasa puas tersebut sehingga orang tersebut tidak terdorong untuk menjadi kreatif mencoba yang baru, belajar sesuatu yang baru, ataupun menciptakan sesuatu yang baru.
4.       Rutinitas Tinggi
                Rutinitas bisa menjadi hambatan bagi seseorang untuk berpikir kreatif sehingga seseorang perlu menyisihkan waktu khusus untuk mengisi ‘kehausan’ akan kreativitas, misalnya baca buku tiap minggu (mungkin bisa menemukan ide brilian yang bisa diadaptasi atau perbaiki), perluas lingkungan sosial dengan mengikuti perkumpulan-perkumpulan di luar pekerjaan (siapa tahu bertemu dengan orang-orang yang bisa mendukung ke jenjang sukses).
5.       Kemalasan Mental
                Orang yang malas menggunakan kemampuan otaknya untuk berpikir kreatif sering tertinggal dalam karir dan prestasi kerja oleh orang-orang yang tidak malas untuk mengasah otaknya guna memikirkan sesuatu yang baru, ataupun mencoba yang baru.
6.       “Stereotyping”
                Lingkungan dan budaya sekitar sering membentuk opini atau pendapat umum terhadap sesuatu (stereotyping) bisa juga menjadi hambatan dalam berpikir kreatif. Kreativitas memang masih harus ditunjang dengan senjata sukses lainnya tetapi orang yang memiliki dan bisa mengoptimalkan kreativitas mereka bisa menggeser mereka yang tidak memanfaatkan kreativitas mereka.
7.       Birokrasi
       Proses pengambilan keputusan yang lama atau karena proses birokrasi yang terlalu berliku-liku seringkali mematahkan semangat orang untuk berkreasi ataupun menyampaikan ide dan usulan perbaikan.
       Biasanya semakin besar organisasi, semakin panjang proses birokrasi, sehingga masalah yang terjadi di lapangan tidak bisa langsung terdeteksi oleh top management karena harus melewati rantai birokrasi yang panjang.
       Belajar dari pengalaman dan hasil studi di bidang manajemen, banyak organisasi dunia yang sekarang memecah diri menjadi unit-unit bisnis yang lebih kecil untuk memperpendek birokrasi agar bisa lebih gesit dalam berkreasi menampilkan ide-ide segar bagi para pelanggan ataupun dalam kecepatan mendapatkan solusi.
CARA MELATIH BERPIKIR KREATIF
1.       Berpikir semua bisa dilakukan
Yakinlah, sesuatu yang akan dikerjakan mampu untuk diselesaikan.
Buang ungkapan bernada pesimis.
                ”Saya mungkin bisa mengerjakan”.
                Ganti dengan ungkapan penuh optimisme.
                ”Saya pasti bisa mengerjakannya”, ”Bagi saya tidak ada kata menyerah!”.
Pernyataan optimis melatih seseorang berani masuk ke persoalan. Pola pikir pun berkembang, karena dipaksa memeras otak untuk mewujudkan tekad itu.
2.       Hilangkan cara berpikir konservatif
Pola berpikir konservatif ditandai dengan kekhawatiran untuk menerima perubahan, meski perubahan itu menguntungkan karena ingin mempertahankan gaya konservatif, perubahan ditanggapi secara dingin, bahkan dipersepsikan sebagai ancaman.
Karena merasa nyaman atau diuntungkan dengan cara konservatif, ketika dituntut untuk mengubah pola pikir takut akan mengalami kerugian.
Hendaknya disadari, cara berpikir konservatif memasung pemikiran kreatif karena pikiran dibekukan oleh sesuatu yang statis. Padahal dalam berpikir kreatif unsur statis semestinya dihilangkan. Mulailah berpikir dinamis, dengan terus mengolah pemikiran untuk menemukan pola pikir efektif.
3 Cara Mengurangi atau Menghilangkan
Pola Berpikir Konservatif
ü  Terbuka terhadap masukan
                Masukan adalah bahan mentah sangat berharga. Lalu mengolahnya menjadi “barang jadi” lewat pemikiran kreatif. Jadi, jangan takut dengan ide, usulan, bahkan kritik. Karena semua itu merangsang kita berpikir kreatif.
ü  Mencoba pekerjaan atau hal di luar bidang kita
                Untuk ”memperkaya” diri, pola pikir juga perlu menghadapi sesuatu yang berbeda dari biasanya.
ü  Harus proaktif
                Sesorang dituntut ”menjemput bola” dalam menghadapi sesuatu, dan bukan ”menunggu bola”. Bertindak proaktif berarti membuat diri bebas memilih tindakan, tentu berdasarkan perhitungan matang. Ini bisa terjadi kalau seseorang mempunyai kreativitas berpikir.
PROSES PEMECAHAN MASALAH KREATIF (PMK)
(Parnes, Noller & Biondi, 1977)
1.       MENEMUKAN FAKTA
Kumpulkan fakta tentang masalah (divergen)
Ajukan pertanyaan untuk dapat info (divergen)
Pilih pertanyaan yang paling penting (konvergen)
1.       MENEMUKAN MASALAH
Perluas masalah untuk mendapat perspektif lain (divergen)
Uraikan masalah menjadi lebih khusus (divergen)
Tentukan masalah yang terpenting (konvergen)
3.       MENEMUKAN GAGASAN
§  Kembangkan ide sebnyak-banyaknya untuk problem solving (divergen)
§  Tunggu & pilih ide/gagasan terbaik (konvergen)
4.       MENEMUKAN PENYELESAIAN
§  Tentukan tolak ukur/kriteria untuk menilai gagasan (divergen)
§  Pilih gagasan dengan nilai terbaik/kombinasikan (konvergen)
5.       MENEMUKAN PENERIMAAN
§  Susun rencana tindakan agar gagasan terbaik dapat diterima/dilaksanakan
§  Manfaat teknik kreatif dalam keluarga :
     Sebagai rekreasi
     Mendidik untuk berpikir kreatif
     Membantu untuk memecahkan masalah sehari-hari
Proses PMK
(
Parnes, Noller & Biondi, 1977)



                                                                                        



BAB 9
PERSEPSI

PENGERTIAN
Menurut Robbins (1999:124)
                                                                                         Persepsi adalah suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka untuk memberikan makna terhadap lingkungannya.
Thoha (1999:123-124)
                                                                                         Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami setiap informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman.
Kreitner & Kinichi (1989:109)
                                                                                         Persepsi sebagai suatu kegiatan mental intelektual untuk menginterpretasikan dan memahami sekitar kita, akan pengakuan dari suatu obyek-obyek yang merupakan salah satu fungsi dari suatu proses.
PENGERTIAN
Atkinson dan Hilgard (1991:209)
                                                                                         Persepsi adalah proses seseorang menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kemudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi.
Irwanto (1990:71)
                                                                                         Persepsi merupakan suatu proses diterimanya suatu rangsangan (obyek, kualitas, hubungan antar gejala maupun peristiwa) sampai suatu rangsang tersebut disadari atau dimengerti sehingga individu mempunyai pengertian tentang lingkungannya.
Maramis (1998:119)
                                                                                         Persepsi sebagai daya mengenal barang, kualitas atau hubungan serta perbedaan yang terdapat pada obyek, melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan setelah panca-inderanya mendapat rangsang.
PENGERTIAN
Sabri (1993)
                                                                                         Persepsi sebagai aktivitas yang memungkinkan manusia mengendalikan rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat inderanya, menjadikannya kemampuan itulah dimungkinkan individu mengenali milleu (lingkungan pergaulan) hidupnya.
Proses persepsi terdiri dari tiga tahap yaitu tahapan pertama terjadi pada pengideraan diorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu, tahapan ketiga yaitu stimulasi pada penginderaan diinterprestasikan dan dievaluasi.
Mar’at (1981)
                                                                                         Persepsi adalah suatu proses pengamatan seseorang yang berasal dari suatu kognisi secara terus menerus dan dipengaruhi oleh informasi baru dari lingkungannya.
Riggio (1990)
                                                                                         Persepsi sebagai proses kognitif baik lewat penginderaan, pandangan, penciuman dan perasaan yang kemudian ditafsirkan.
PENGERTIAN
Salim (2002:184) dalam The Contemporary – English – Indonesia Dictionary, mengartikan kata "Perception" (persepsi) sebagai : 1) Perasaan, 2) Daya tangkap.
Leavitt (1978:27 )
                                                                                         Menyebutkan persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengartian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.
Desiderato (1976:129)
                                                                                         Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Gibson (1993:53)
                                                                                         Persepsi yang dilukiskan pada gambar dibawah ini adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu, oleh karena tiap-tiap orang memberi arti kepada stimulus, maka individu yang berbeda-beda akan melihat barang yang sama dengan cara yang berbeda-beda.
PROSES PERSEPSI
Walgito (2002: 71)
                                                                                         Proses terjadinya persepsi tergantung dari pengalaman masa lalu dan pendidikan yang diperoleh individu.
Feigi
                                                                                         Proses pembentukan persepsi dijelaskan Feigi sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan "interpretation", begitu juga berinteraksi dengan "closure". Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting.
Yusuf (1991: 108)
                                                                                         Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh.
Asngari 
                                                                                         Pada fase interpretasi ini, pengalaman masa silam atau dahulu memegang peranan yang penting.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI
Kreich dan Crutchfield (1977:235)
Faktor fungsional
                                                                                         Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang biasa disebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu.
Faktor struktural
                                                                                         Faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Menurut Teori Geslat, jika seseorang mempersepsi sesuatu maka orang tersebut akan mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan, seseorang tidak melihat bagian-bagiannya lalu menghimpunnya.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI
Rahmat (dalam Aryanti, 1995)
Faktor fungsional
                                                                                         Beberapa faktor fungsional atau faktor yang bersifat personal antara lain kebutuhan individu, pengalaman, usia, masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, proses belajar, kebutuhan, motif dan pengetahuan terhadap obyek psikologis dan lain-lain yang bersifat subyektif.
Faktor struktural
                                                                                         Faktor struktural atau faktor dari luar individu antara lain lingkungan keluarga, lingkungan keadaan sosial, hukum-hukum yang berlaku, dan nilai-nilai dalam masyarakat.
ELEMEN PERSEPSI SOSIAL
Brems & Kassin (dalam Lestari, 1999)
Person, yaitu orang yang menilai orang lain.
Situasional, urutan kejadian yang terbentuk berdasarkan pengalaman orang untuk menilai sesuatu
Behavior, yaitu sesuatu yang di lakukan oleh orang lain. Ada dua pandangan mengenai proses persepsi, yaitu:
                                                                                         Persepsi sosial, berlangsung cepat dan otomatis tanpa banyak pertimbangan orang membuat kesimpulan tentang orang lain dengan cepat berdasarkan penampilan fisik dan perhatian sekilas.
                                                                                         Persepsi sosial, adalah sebuah proses yang kompleks, orang mengamati perilaku orang lain dengan teliti hingga di peroleh analisis secara lengkap terhadap person, situasional, dan behaviour.
Kesimpulan
                                                                                         Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi suatu proses aktif timbulnya kesadaran dengan segera terhadap suatu obyek yang merupakan faktor internal serta eksternal individu meliputi keberadaan objek, kejadian dan orang lain melalui pemberian nilai terhadap objek tersebut. Sejumlah informasi dari luar mungkin tidak disadari, dihilangkan atau disalahartikan. Mekanisme penginderaan manusia yang kurang sempurna merupakan salah satu sumber kesalahan persepsi (Bartol & Bartol, 1994).



BAB 10
MOTIVASI

PENGERTIAN
Mitchell
Proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela yang diarahkan ke tujuan tertentu.
Gray
Sejumlah proses yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.
Morgan
Motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku, tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut, dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut.
Motivasi adalah suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga seseorang dapat mencapai tujuannya.
MOTIVASI DIRI 
Motivasi diri adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri tanpa memerlukan bantuan orang dengan menghilangkan faktor-faktor yang melemahkan dorongan diri sendiri.
                                                                                        
Karena Setiap orang memiliki keinginan atau dorongan untuk bertindak, namun seringkali dorongan tersebut melemah karena faktor luar. Melemahnya dorongan ini bisa dilihat dari hilangnya harapan dan ketidak berdayaan.
CIRI-CIRI MOTIVASI
(As’ad, 2002)
*      Motif adalah majemuk
Dalam suatu perbuatan tidak hanya mempunyai satu tujuan tetapi beberapa tujuan yang berlangsung secara bersama-sama.
*      Motif dapat berubah-ubah
Motivasi sangat dinamis, dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan individu.
*      Motif berbeda-beda bagi individu
Beberapa motif tidak disadari oleh individu.
INDIKATOR MOTIVASI INDIVIDU
(Menurut A Syamsuddin Makmun : 2003)
1.       Durasi kegiatan
2.       Frekuensi kegiatan
3.       Persistensi pada kegiatan
4.       Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan
5.       Pengorbanan untuk mencapai tujuan
6.       Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan
7.       Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan
8.       Arah sikap terhadap sasaran kegiatan
TEORI MOTIVASI
1.       Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
2.       Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
3.       Teori Clyton Alderfer (Teori ERG)
4.       Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
5.       Teori Keadilan
6.       Teori Penetapan Tujuan
7.       Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan)
8.       Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
9.       Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.
Teori Abraham H. Maslow
(Teori Kebutuhan)
1.       Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex
2.       Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual
3.       Kebutuhan akan kasih sayang (love needs)
4.       Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status
5.       Aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata
Kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi :           
1.       Psikologikal
2.       Mental
3.       Intelektual
4.       Spiritual
Perlu ditekankan bahwa
Ø  Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang.
Ø  Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
Ø  Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Sehingga berbagai kebutuhan manusia dapat digolongkan sebagai “rangkaian” dan bukan sebagai “hierarki”.
Teori McClelland
(Teori Kebutuhan Berprestasi)
McClelland dikenal dengan teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai “Keinginan melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”
3 Kebutuhan Teori McCleland
Kebutuhan Untuk Berprestasi
                                                                                         Dorongan untuk mencapai prestasi, berhubungan dengan standar yang ditentukan, yaitu bekerja keras untuk kesuksesan.
Kebutuhan Akan Kekuasaan
                                                                                         Kebutuhan untuk membuat orang lain bertindak dengan cara-cara yang tidak ingin mereka kehendaki.
Kebutuhan Untuk Berafiliasi
                                                                                         Keinginan untuk menjalin hubungan dekat atau antar pribadi.
Karateristik/Ciri Umum Individu Berprestasi tinggi
(high achievers)
1.       Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat.
2.       Menyukai situasi-situasi kinerja yang timbul karena upaya-upaya sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran.
3.       Menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
Teori Clyton Alderfer
(Teori “ERG”)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG”. Akronim “ERG” yaitu :
E = Existence (kebutuhan akan eksistensi)
R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain)
G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)
2 Hal Penting Dari Istilah “ERG”
ü  Secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow.
ü  Teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak.
Teori Alderfer
Ø  Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya
Ø  Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan
Ø  Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar.
Teori Herzberg
(Teori Dua Faktor)
                                                                                         Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu Faktor Motivasional dan Faktor Hygiene atau “Pemeliharaan”.

q  Faktor Motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang.
q  Faktor Hygiene atau Pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.

Ø  Faktor Motivasional
                                                                                         Pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain.
Ø  Faktor Hygiene atau Pemeliharaan
                                                                                         Status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.
                                                                                         Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.
Teori Keadilan
                                                                                         Pandangan dari teori ini adalah bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
1.       Seorang akan berusaha  memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
2.       Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan 4 hal sebagai pembanding, yaitu
1.       Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya
2.       Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri
3.       Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis
4.       Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai
Teori Edwin Locke
Penetapan Tujuan (goal setting theory)
                                                                                         Dalam penetapan tujuan memiliki 4 macam mekanisme motivasional yakni :
1.       Tujuan-tujuan mengarahkan perhatian
2.       Tujuan-tujuan mengatur upaya
3.       Tujuan-tujuan meningkatkan persistensi
4.       Tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
Teori Victor H. Vroom
(Teori Harapan)
                                                                                         Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” menjelaskan suatu teori harapan. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.
Teori Penguatan &
Modifikasi Perilaku
                                                                                         Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model “kognitif motivasi” karena didasarkan pada kebutuhan seseorang, berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
                                                                                         Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi eksternal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku.
                                                                                         Sehingga berlaku “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.
Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi
Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model.
Tampaknya terdapat kesepakatan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu. Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Faktor Internal & Faktor Eksternal
Faktor Internal :
§  Persepsi seseorang mengenai diri sendiri
§  Harga diri
§  Harapan pribadi
§  Kebutuhan
§  Keinginan
§  Kepuasan kerja
§  Prestasi kerja yang dihasilkan
Faktor Eksternal :
§  Jenis dan sifat pekerjaan
§  Kelompok kerja seseorang bergabung
§  Organisasi tempat bekerja
§  Situasi lingkungan pada umumnya
§  Sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya



BAB 11
EMOSI
*      PENGERTIAN EMOSI
*      Maramis (1990)
Emosi adalah manifestasi perasaan dan disertai banyak komponen fisiologis dan biasanya berlangsung tidak lama.
*      Goleman (2003)
§  Emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakkan pikiran, perasaan dan nafsu.
§  Keadaan mental yang hebat atau meluap-luap.
§  Emosi adalah dorongan fisiologis maupun psikologis untuk bertindak atau rencana seketika untuk mengatasi masalah.
*      Atkinson
Emosi sebagai dorongan yang dapat dapat mengaktifkan dan mengarahkan perilaku dengan cara yang sama seperti yang dilakukkan motif. Emosi bisa menjadi tujuan untuk melakukan aktivitas tertentu karena mengetahui bahwa aktivitas tersebut menyenangkan.
*      ELEMEN PERASAAN
1.       Elemen-elemen fisiologis
Peningkatan denyut nadi, keringatan, jantung berdebar-debar dll.
2.       Elemen-elemen kognitif
Memahami atau pemaknaan terhadap reaksi emosional.
*      BENTUK-BENTUK REAKSI EMOSI
*      Reaksi amarah
Hormon adrenalin meningkat, menyebabkan gelombang energi yang cukup kuat untuk bertindak dahsyat, maka tangan menjadi mudah menghantam lawan, detak jantung meningkat.
*      Reaksi takut
Kaki akan lebih mudah diajak mengambil langkah seribu dan wajah menjadi pucat. Hal ini disebabkan karena di pusat-pusat emosi, otak memicu terproduksinya hormon seperti adrenalin, yang membuat tubuh waspada dan siap bertindak.
*      Reaksi kebahagiaan
Perubahan utama akibat timbulnya kebahagiaan adalah meningkatnya kegiatan di pusat otak yang menghambat perasaan negatif dan meningkatkan energi yang ada dan menenangkan perasaan yang menimbulkan kerisauan.
*      Reaksi perasaan cinta/kasih sayang dan kepuasan seksual
Mencakup rangsangan parasimpatik (secara fisiologis lawan dari aktivitas simpatik), secara fisiologis adalah lawan mobilisasi “fight or flight” yang sama-sama dimiliki oleh rasa takut, maupun amarah. Pola parasimpatik, yang disebut “respon relaksasi”, adalah serangkaian reaksi di seluruh tubuh yang membangkitkan keadaan menenangkan dan puas sehingga mempermudah kerja sama.
*      Reaksi terkejut
Naiknya alis mata ketika terkejut memungkinkan diterimanya bidang penglihatan yang lebar dan juga cahaya yang masuk ke retina. Reaksi ini membuka kemungkinan lebih banyak informasi tentang peristiwa tak terduga, sehingga memudahkan memahami apa yang sebenarnya terjadi dan menyusun rencana tindakan yang terbaik.
*      Reaksi perasaan jijik
Ungkapan ini tampak sama dan memberi pesan yang sama, sesuatu yang menyengat rasa atau bau. Ungkapan wajah rasa jijik, bibir atas mengerut ke samping sewaktu hidung sedikit berkerut.
*      Reaksi perasaan sedih
Kesedihan menurunkan energi dan semangat hidup untuk melakukan kegiatan sehari-hari, terutama kegiatan penghambat waktu dan kesenangan. Bila kesedihan semakin mendalam dan mendekati depresi, kesedihan akan memperlambat metabolisme tubuh, sehingga mengakibatkan kehilangan energi.
Fungsi pokok rasa sedih adalah untuk menolong menyesuaikan diri akibat kehilangan yang menyedihkan, seperti kematian orang-orang dekat atau kekecewaan besar.
MACAM-MACAM EMOSI INTI
(Paul Ekman)
*      Marah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal, berang, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan
*      Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian ditolak, putus asa dan kalau menjadi patologis: depresi berat
*      Rasa takut : cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, waspada, kalau menjadi patologis: fobia dan panik
*      Bahagia/senang/kenikmatan : gembira, riang, puas, terhibur, bangga, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, senang sekali, patologis : maniak
*      Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasih, kasmaran
*      Malu : rasa salah, malu hati, hina, aib
*      Jijik : muak, mual, mau muntah, benci, tidak suka
PERKEMBANGAN EMOSI
*      Pada saat dilahirkan seorang bayi mengeluarkan tangisnya yang pertama sebagai suara tangis untuk mengembangkan paru-parunya.
*      Tangis bayi selanjutnya merupakan peristiwa emosi, kadang-kadang dijumpai bukan hanya sekedar mengeluarkan suara tangisnya, melainkan sering pula badannya, tangan dan kakinya turut bergerak saat menangis.
*      Emosi sebagai aspek psikologis, berkembang mengikuti pola-pola perkembangan :
          Perkembangan dari keadaan sederhana menuju keadaan yang matang.
          Perkembangan dari yang bersifat umum ke khusus (terdiferensiasi).
PERKEMBANGAN EMOSI                        
PADA SETIAP TAHAP USIA PERKEMBANGAN
*      Masa bayi / infancy (lahir-2 tahun)
Saat dilahirkan bayi merasakan suatu kesenangan terhadap benda-benda disekitarnya termasuk individu-individu lain, seperti ibunya, sanak keluarga. Pada awal kehidupan reaksi emosi masih sederhana pada umumnya hanya rasa senang dan tidak senang, dan pada usia 2 tahun sudah terjadi differensiasi
*      Anak-anak awal (2-6 tahun)
Reaksi emosi sudah bervariasi, walaupun yang seringkali ditampilkan adalah perasaan marah
*      Anak akhir (6/7-11/12 th)
Reaksi emosi semakin bervariasi dan mulai belajar mengendalikan emosi
*      Remaja (12/13 – 20/21 th)
Seringkali menampilkan ketidakstabilan emosi
*      PENGARUH EMOSI BAGI PERILAKU
*      Menyiapkan kita untuk beraktivitas
Misalnya saat marah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal, berang, tersinggung, menyiapkan kita untuk bertindak melalui kompensasi positif atau negatif.
Kompensasi positif seperti tindakan olah raga, menyapu, membersihkan kamar mandi. Sedangkan tindakan negatif meliputi perusakan barang atau kata-kata kasar.
*      Membentuk tingkah laku
Pada keadaan bersamaan rangsangan emosional dapat merangsang pengeluaran hormon adrenalin lainnya yaitu adrenocorticothropin (ACTH), sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah ke otot dan orang menjadi lebih kuat, maka tangan menjadi mudah menghantam lawan. Kebiasaan-kebiasaan kita yang didukung oleh Reward and punishment lingkungan akan membentuk perilaku dan kebiasaan kita saat marah.
                Misalnya seorang anak mempelajari bagaimana reaksi ayahnya ketika marah, kemudian menirunya (imitation process).
*      Menolong kita berinteraksi lebih efektif dengan orang lain
Suatu kondisi emosi tertentu (misalnya marah) akan merangsang sistem saraf otonom (sistem sarat simpatik dan parasimpatik). Pada saat marah terjadi peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik yang meningkatkan pengeluaran hormon-hormon stres seperti epineprin dan nor epineprin sehingga menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah perifer yang akan meningkatkan frekuensi pernafasan, denyut jantung dan tekanan darah, muka menjadi merah. Muka merah menandakan kita marah dan lebih efektif menyampaikan pesan sampai 60 % dibanding lewat kata-kata. Kata-kata hanya efektif 10 %, suara 30 % dan bahasa atau ekspresi tubuh 60 %.



BAB 12
STRESS

Stress merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin ‘’Stingere’’ yang berarti ‘’keras‘’ (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan perkembangan penelaahan yang berlanjut dari waktu kewaktu dari straise, strest, stresce, dan stress.
Abad ke–17 istilah stress diartikan sebagai kesukaran, kesusahan, kesulitan, atau penderitaan.
Pada abad ke-18 istilah ini digunakan dengan lebih menunjukan kekuatan, tekanan, ketegangan, atau usaha yang keras berpusat pada benda dan manusia, ‘’terutama kekuatan mental manusia‘’.
DEFINISI STRES
Mc. Nerney dalam Grenberg (1984)
Menyebutkan stress sebagai reaksi fisik, mental, dan kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan, dan merisaukan seseorang.
Hardjana (1994)
Stres sebagai keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi seseorang yang mengalami stress dan hal yang dianggap mendatangkan stres membuat orang yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan antara keadaan atau kondisi dan sistem sumber daya biologis, psikologis dan sosial yang ada padanya.
Hans Selye (1956)
Stress sebagai respon adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan yang terganggu (adanya stresor) atau reaksi individu terhadap stressor misalnya individu stress saat nilai ujiannya buruk, hal itu merupakan respon dari hilangnya kebutuhan untuk dianggap pandai, diakui, diperhitungkan atau terganggunya kebutuhan aktualisasi diri.
Hans Selye (1982)
‘’stress is the nonspecific result of any demand upon the body be the mental or somatic’’, tubuh akan memberikan reaksi tertentu terhadap berbagai tantangan yang di jumpai dalam hidup kita berdasarkan adanya perubahan biologi dan kimia dalam tubuh.
Lazarus and Folkman (1984)
Stress sebagai transaksi, stres adalah hubungan tertentu antara individu dan lingkungannya yang dinilai oleh individu sebagai sesuatu yang melebihi sumber daya dan membahayakan kesehatannya.
Lyon and Werner (1987)
Stress sebagai stimulus yaitu setiap kejadian/perubahan di dalam kehidupan atau serangkaian situasi yang menyebabkan respon yang meningkatkan resiko terjadinya sakit.
Prof. Dr. Dadang Hawari
Istilah stres dan depresi seringkali tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Setiap permasalahan kehidupan yang menimpa pada diri seseorang (stresor psikososial) dapat mengakibatkan gangguan fungsi organ tubuh (faal).
Reaksi tubuh (fisik) ini dinamakan stress dan manakala fungsi organ-organ tubuh sampai terganggu dinamakan distress. Sedangkan depresi adalah reaksi kejiwaan seseorang terhadap strestor yang dialaminya. Oleh karena dalam diri manusia itu antara fisik dan psikis (kejiwaan) tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya (saling mempengaruhi).
Stress sebagai ciri-ciri dari stimulus lingkungan yang dalam beberapa hal dianggap mengganggu atau merusak, model yang digunakan pada dasarnya adalah stressor eksternal akan menimbulkan reaksi stres atau strain dalam diri individu.
Pendekatan ini menepatkan stres sebagai sesuatu yang dipelajari dan menekankan pada stimulus apa yang merupakan diagnosa stress.
Hal ini memandang stres tanpa suatu tuntutan yang berasal, pasti mendatangkan stres tanpa memandang bagaimana sumber daya individu.
PENYEBAB STRESS &
STRESOR PSIKOSOSIAL
Banyak faktor yang dapat menimbulkan stres, faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres ini disebut ”stressor”.
Faktor-faktor psikososial cukup mempunyai arti bagi terjadinya stress pada diri seseorang. Manakala tuntutan pada diri seseorang itu melampauinya, maka keadaan demikian disebut distress.
Stress dalm kehidupan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari. Masalahnya adalah bagaimana manusia hidup dengan stress tanpa harus mengalami distress.
MACAM-MACAM STRESOR
(PENYEBAB STRES)
1.       Stresor yang bersumber dari pribadi
2.       Stresor pekerjaan
3.       Stresor lingkungan
4.       Stresor psikososial
Stresor  Pribadi
Kepribadian dan persepsi memainkan peranan penting terhadap tinggi rendahnya stres.
Contoh :
Saat seseorang mempersepsikan bahwa perceraian itu adalah sesuatu yang sangat menyakitkan dan tidak ada jalan keluarnya, maka individu akan merasakan makin stress.
Beberapa tipe kepribadian lebih mudah terkena stress dibading tipe kepribadian lainnya.
Orang dengan tipe kepribadian A, emosinya tinggi, sehingga lebih mudah terkena stres.
Ciri kepribadian A : sangat kompetitif, terburu-buru, agresif, ambisius, keinginan sukses besar, tidak sabar, perfeksionis, mudah tersinggung dan mudah tegang.
Sumber stres bisa juga berupa perubahan pindah kerja, menikah atau peristiwa traumatik
Stresor Pekerjaan
Profesi-profesi tertentu ternyata mempunyai potensi lebih besar dibandingkan profesi lainnya.
Profesi tersebut :
                                                                                         polisi, pemadan kebakaran, dokter, perawat, petani, pekerja tambang, sekretaris, masinis dll
Stresor Lingkungan
Beberapa lingkungan fisik dapat menimbulkan stres, seperti suara gaduh/bising, ribut, berantakan, tidak teratur.
Kondisi penuh sesak, temperatur ruangan yang tinggi (gerah), pencahayaan yang menyilaukan, polusi udara, menataan ruangan yang tidak nyaman, polusi udara, limbah kimia dll.
Stresor Psikososial
Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang (anak, remaja, atau dewasa) sehingga seseorang terpaksa mengadakan adaptasi atau menanggulangi stresor yang timbul.
Tidak semua mampu mengadakan adaptasi dan mampu menanggulanginya sehingga timbul keluhan-keluhan kejiwaan, antara lain depresi.
RESPON TERHADAP STRES
1.       Respon/Reaksi Tubuh (fisiologis)
       Pada umumnya tubuh akan bereaksi terhadap stresor, berupa respon darurat atau respon internal lainnya.
       Jika ancaman dapat diselesaikan maka respon darurat akan segera menghilang dan keadaan fisiologis tubuh menjadi normal.
       Ada dua jenis respon tubuh/fisiologis terhadap stres, respon tersebut berupa upaya tubuh untuk menyesuaikan diri terhadap stress.
Pertama adalah LAS (Local Adaptation Syndroma), yaitu reaksi tubuh yang bersifat lokal/penyesuaian lokal. Misalnya proses peradangan ditempat masuknya mikroorganisme.
Kedua disebut GAS (General Adaptation Syndroma), yaitu adaptasi tubuh yang terjadi secara umum.
2.       Respon/Reaksi Psikologis
       Situasi stres menghasilkan reaksi emosional mulai dari kegembiraan (jika peristiwa menuntut tetapi dapat diatasi), sampai emosi seperti kecemasan, kemarahan, kekecewaan, dan depresi.
       Jika situasi stres terus terjadi maka emosi mungkin akan berpindah dan bolak balik diantara emosi-emosi tersebut, tergantung pada keberhasilan kita mengatasinya.
       Terdapat reaksi kognitif sulit melakukan konsentrasi dan mengorganisasikan pikiran secara logis.
6 TINGKATAN STRES
(Dr. Robert J. Van Amberg)
Stres tingkat I
Tahapan ini merupakan tingkat stress yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :
Semangat besar.
Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya.
Energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya.
Tahapan ini biasanya menyenangkan dan orang menjadi bertambah semangat, tanpa disadari bahwa sebenarnya cadangan energinya sedang menipis.
Stress tingkat II
Dalam tahapan ini dampak stress yang menyenangkan mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan sebagai berikut :
Merasa letih sewaktu bangun pagi
Merasa lelah sesudah makan siang
Merasa lelah menjelang sore hari
Terkadang gangguan dalam sistem pencernaan (gangguan usus, perut kembung), kadang-kadang pula jantung berdebar-debar
Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk (belakang leher)
Perasaan tidak bisa santai
Stress tingkat III
Pada tahapan ini keluhan keletihan semakin nampak disertai dengan gejala-gejala :
Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mulas, sering ingin ke belakang)
Otot-otot terasa lebih tegang
Perasaan tegang yang semakin meningkat
Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun malam dan sukar tidur kembali atau bangun terlalu pagi)
Badan terasa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh pingsan)
Pada tahapan ini penderita sudah harus berkonsultasi pada dokter, kecuali kalau beban stres atau tuntutan-tuntutan dikurangi dan tubuh mendapat kesempatan untuk beristirahat atau relaksasi, guna memulihkan suplai energi.
Stress tingkat IV
Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
Untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit
Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit
Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat.
Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan seringkali terbangun dini hari.
Perasaan negativistik
Kemampuan berkonsentrasi menurun tajam
Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengerti mengapa
Stress tingkat V
Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari tahapan IV diatas, yaitu :
Keletihan yang mendalam (physical and psychological exhaustion).
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang mampu.
Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sering, sukar buang air besar atau sebaliknya feses cair dan sering ke belakang.
Perasaan takut yang semakin menjadi mirip panic.
Stress tingkat VI
Tahapan ini merupakan tahapan puncak yang merupakan keadaan gawat darurat. Tidak jarang penderita dalam tahapan ini di bawa ke ICCU. Gejala-gejala pada tahapan ini cukup mengerikan.
Debar jantung terasa amat keras, hal ini disebabkan zat adrenalin yang dikeluarkan, karena stres tersebut cukup tinggi dalam peredaran darah.
Nafas sesak
Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran
Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak kuasa lagi, pingsan atau collaps.
  Bilamana diperhatikan, maka dalam tahapan stres di atas, menunjukkan manifestasi pada elemen fisik dan psikis.
  Fisik mengalami kelelahan, sedangkan elemen psikis mengalami kecemasan dan depresi.
  Hal ini dikarenakan penyediaan energi fisik maupun mental yang mengalami defisit terus-menerus.
  Sering buang air kecil dan sukar tidur merupakan pertanda dari depresi.
HUBUNGAN ANTARA
STRES DENGAN SAKIT
Faktor-faktor tersebut meliputi: sistem saraf, hormonal, dan sistem imun, hal ini dapat terpacu kerjanya akibat kondisi stres dan reaksi emosional yang negatif.
Pelepasan hormon stres seperti adrenalin yang terjadi dengan cepat dan berulang kali dalam respon fight or flight pada kondisi stres akan menyebabkan organ tubuh tertentu menjadi rusak.
Diketahui bahwa beberapa hormon stres sebenarnya “memakan” sel-sel darah putih sehingga menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
BEBERAPA PENYAKIT YANG
DISEBABKAN KONDISI STRES
1.       Sakit kepala karena tegang, terjadi karena kontraksi otot di dahi, mata, leher dan rahang
2.       Sakit kepala migrain, disebabkan karena peningkatan aliran darah dan sekresi biokimia ke bagian kepala. Pada sebagian kasus migrain dianggap berkaitan dengan ketidakmampuan menyalurkan marah dan frustasi.
3.       Masalah di lambung (ulcus dan colitis), disebabkan oleh sekresi cairan lambung (asam lambung) yang berlebihan yang mengikis lapisan dalam lambung dan penyebabkan peradangan.
4.       Penyakit jantung koroner, ada dua faktor yang mempengaruhi : Berkaitan dengan tekanan darah tinggi dan adanya pelepasan kortisol (hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal, dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah).
5.       Influenza, dapat disebabkan oleh kondisi stres akibat sistem imun yang melemah
6 PENYEBAB KEMATIAN UTAMA YANG HUBUNGAN ERAT DENGAN
STRESS & KECEMASAN
1.       Penyakit jantung koroner
2.       Kanker
3.       Paru-paru
4.       Kecelakaan
5.       Pengerasan hati
6.       Bunuh diri

BAB 13
MANAJEMEN STRES PADA KASUS PSIKOLOG

 JENIS STRESOR PSIKOSOSIAL
*      Perkawinan
          Berbagai permasalahan perkawinan merupakan sumber stress yang dialami seseorang,  misalnya pertengkaran, perpisahan (separation), perceraian, kematian salah satu pasangan, ketidaksetiaan, dll.
          Stresor perkawinan ini dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam depresi dan kecemasan.
*      Pekerjaan
Masalah pekerjaan merupakan sumber stress kedua setelah masalah perkawinan. Banyak orang menderita depresi dan kecemasan karena masalah pekerjaan ini, misalnya pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok, mutasi, jabatan, kenaikan pangkat, pensiun, kehilangan pekerjaan (PHK), dll.
*      Lingkungan Hidup
Kondisi lingkungan yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan seseorang, misalnya soal perumahan, pindah tempat tinggal, penggusuran, hidup dalam lingkungan yang rawan (kriminalitas), dll. Rasa tercekam dan tidak merasa aman dapat mengganggu ketenangan dan ketentraman hidup sehingga tidak jarang orang jatuh kedalam depresi dan kecemasan.
*      Keuangan
Masalah keuangan (kondisi sosial-ekonomi) yang tidak sehat, misalnya pendapatan jauh lebih rendah dari pengeluaran, terlibat hutang, kebangkrutan usaha, soal warisan, dll. Problem keuangan amat berpengaruh pada kesehatan jiwa seseorang dan seringkali masalah keuangan ini merupakan faktor yang membuat seseorang jatuh dalam depresi dan kecemasan.
*      Hukum
          Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum dapat merupakan sumber stres pula, misalnya tuntutan hukum, pengadilan, penjara, dll.
          Stress dibidang hukum ini dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam depresi dan kecemasan.
*      Perkembangan
          Masalah perkembangan, baik fisik maupun mental seseorang, misalnya masa remaja, masa dewasa, menopause, usia lamjut, dll.
          Kondisi setiap perubahan fase-fase tersebut diatas, untuk sementara individu dapat menyebabkan depresi dan kecemasan, terutama pada mereka yang mengalami menopause atau usia lanjut.
*      Penyakit Fisik atau Cidera
          Penyakit, kecelakaan, operasi/pembedahan, aborsi, dll.
          Penyakit yang banyak menimbulkan depresi dan kecemasan adalah penyakit kronis, jantung, kanker, dll.
*      Faktor Keluarga
a.       Hubungan kedua orang tua yang dingin atau penuh ketegangan atau acuh tak acuh.
b.      Kedua orang tua jarang di rumah dan tidak ada waktu untuk bersama dengan anak-anak.
c.       Komunikasi antara orang tua dan anak yang tidak baik.
d.      Kedua orang tua berpisah atau bercerai.
e.      Salah satu orang tua menderita gangguan jiwa/kepribadian.
f.        Orang tua dalam mendidik anak kurang sabar, pemarah, keras, otoriter, dll.
*      Lain-lain
          Stresor kehidupan lainya yaitu bencana alam, kebakaran, perkosaan, kehamilan di luar nikah, dll.
          Sebagian besar pekerjaan dengan waktu yang sangat sempit ditambah lagi dengan tuntutan harus serba cepat dan tepat membuat orang hidup dalam keadaan ketegangan (stres). Suatu penelitian di kalangan karyawan Amerika yang tergolong white collar employees, menyebutkan bahwa 44% dari mereka termasuk yang dibebani pekerjaan yang terlampau berat (over load). Mereka menunjukkan berbagai kelainan yang dapat dikelompokkan dalam impairment of behavior atau emotional disturbances.
          Para pemimpin perusahaan dikejutkan oleh besarnya ongkos yang dikeluarkan untuk biaya pengobatan/perawatan dan kehilangan jam kerja. Dalam suatu penelitian nasional yang dilakukan, dikemukakan bahwa kerugian dari sektor ini diperkirakan meliputi jumlah antara 50 hingga 75 miliyar dollar per-tahun. Hal ini berarti lebih dari 750 dollar Amerika untuk setiap rata-rata karyawan Amerika.
          CARA MENANGANI STRES
1.       Mengurangi situasi stres
a.       Melalui kebiasaan
Setiap orang mempunyai kebiasaan yang unik dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari. Contoh: seorang ibu yang memutuskan berhenti bekerja dan tinggal di rumah merawat anak. Setelah anaknya sekolah, timbul stres karena kegiatan/kebiasaannya berubah. Untuk itu ia perlu dibantu untuk mengembangkan kebiasaan baru
b.      Menghindari perubahan
Menghindari perubahan dengan membatasi perubahan yang tidak diperlukan dan yang dapat dihindari. Ada orang yang stres setelah mejanya dibereskan karena menurut kebiasannya benda-benda mudah ditemukan dalam kondisi berantakan.
c.       Time blocking
Alokasi atau membatasi waktu atau menyediakan kurun waktu tertentu untuk menfokuskan diri beradaptasi dengan stresor. Keuntungan alokasi waktu adalah mengembangkan atau membangun dalam mencapai tujuan. Sesorang menggunakan waktu dan sumber lebih efektif, misalnya setelah tertunda beberapa lama laporan-laporan yang belum selesai maka ia luangkan waktu khusus untuk menyelesaikannya.
d.      Time management
Tehnik ini berguna untuk seseorang yang tidak dapat mengerjakan berbagai hal pada waktu yang sama. Mereka diminta untuk membuat daftar tugas yang harus dilaksanakan dan membuat prioritas tugas yang lebih penting.
2.       Modifikasi lingkungan
Merubah lingkungan yang merupakan sumber stres secara realistis akan mengurangi stres. Jika individu dapat mengendalikan/mengontrol lingkungan berarti stres dapat diatasi, misalnya saat terjadi kebocoran atap rumah individu menjadi stres tetapi akan menurun bila ia sanggup memperbaikinya.
3.       Mengurangi respon fisiologis dengan latihan teratur atau olah raga
olah raga yang teratur dapat meningkatkan tonus otot, stabilitas berat badan, mengurangi ketegangan dan relaksasi. Program latihan berguna untuk mengurangi dampak stres seperti; hipertensi, kelebihan berat badan, ketegangan, sakit kepala, kelelahan, keletihan mental/ sensitif dan depresi.
4.       Diet atau Nutrisi
Nutrisi dan latihan (olah raga) sangat berhubungan. Makanan memberi tenaga untuk melakukan kegiatan dan latihan(olah raga) meningkatkan sirkulasi dan distribusi makanan ke jaringan. Makanan yang buruk meningkatkan respon stres.
         
          7 PEDOMAN KEBIASAAN
MAKAN SEHAT
1.       Makan makanan yang bervariasi
2.       Pertahankan berat badan ideal
3.       Hindari makanan berlemak tinggi, lemak jenuh dan kolesterol
4.       Makanlah makanan yang berserat dan berkarbohidrat
5.       Hindari terlalu banyak gula
6.       Hindari terlalu banyak sodium
7.       Hindari minum alkohol yang berlebihan
5.       Murah senyum dan tertawa lepas
Bersenandung (bernyanyi) dan bersosialisasi dengan teman atau lingkungan. Kegiatan seperti ini dapat merangsang endorphine dan seronin dalam tubuh sehingga otak lebih tenang.
6.       Tidur dan istirahat yang cukup
Tidur merupakan salah satu terapi untuk mengurangi kemarahan dan kesedihan karena tidur memberikan kesempatan otak untuk rileks.
7.       Relaksasi, Distraksi dan Istirahat
Istirahat dan tidur diperlukan untuk menyegarkan tubuh dan bermanfaat untuk ketenangan mental sehingga perlu belajar relaksasi untuk dapat tertidur. Secara umum tehnik relaksasi sangat penting untuk diketahui dan dikuasai oleh perawat agar dapat melatih pasien. Relaksasi dimulai dari pengenduran otot-otot di seluruh tubuh. Dilanjutkan dengan pengelolaan pernafasan, selanjutnya pemberian sugesti eksternal oleh perawat kepala atau perawat senior sesuai dengan output yang dikehendaki. Outputnya dapat berupa kepasrahan, rasa syukur, pelepasan energi negatif dan kemarahan, rilexs sampai tertidur atau ekspresi emosi sampai menangis.
8.       Rajin-rajinlah bercinta
Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa hubungan seksual bisa membuat individu yang melakukannya merasa senang sehingga berdampak pada menurunhya hormon pemicu stres.
9.       Beribadah dan berdoa
Beribadah dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa tidak pada masa sulit saja, berbuat baik kepada semua orang, bersyukur terhadap setiap hasil usaha kita, baik yang berhasil maupun yang tidak berhasil, mensyukuri rejeki, dll.
          CARA PENCEGAHAN STRES
1.       Perhatikan lingkungan sekitar
Mungkin ada sesuatu yang benar-benar dapat dirubah atau dikendalikan dalam situasi tersebut
2.       Jauhkan diri dari situasi-situasi yang menekan
Beri kesempatan pada diri sendiri untuk beristirahat biarpun hanya untuk beberapa saat setiap hari
3.       Jangan mempermasalahkan hal-hal yang sepele
Cobalah untuk memprioritaskan beberapa hal yang benar-benar penting dan biarkan yang lainnya mengikuti
4.       Rubahlah cara bereaksi secara selektif
Tapi jangan terlalu banyak sekaligus. Fokuskan pada satu masalah dan kendalikan reaksi diri terhadap hal tersebut
5.       Hindari reaksi yang berlebihan
Mengapa harus membenci jika sedikit tidak suka sudah cukup ? Mengapa harus merasa bingung jika cukup hanya merasa gugup ? Mengapa harus mengamuk jika marah saja sudah cukup ?
Mengapa harus depresi ketika cukup dengan merasa sedih ?
6.       Tidur secukupnya
Kurang tidur hanya akan memperburuk stres
7.       Hindari pengobatan diri sendiri
Menghindar Alkohol dan obat-obatan dapat menyembunyikan stres namun tidak dapat membantu menyelesaikan masalah
8.       Belajarlah cara terbaik untuk merelaksasikan diri sendiri
Meditasi dan latihan pernafasahan telah terbukti efektif dalam mengendalikan stres. Berlatihlah untuk menjernihkan pikiran dari pikiran-pikiran yang mengganggu
9.       Tentukan tujuan yang realitas bagi diri sendiri
Dengan mengurangi jumlah kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidup, maka dapat mengurangi beban yang berlebihan
10.   Jangan membebani diri secaraberlebihan
Jangan mengeluh mengenai seluruh beban pekerjaan. Tangani setiap tugas sebagaimana mestinya atau tangani secara selektif dengan memperhatikan beberapa prioritas
11.   Ubahlah cara pandang
Belajarlah untuk mengenali stres. Tingkatkan reaksi tubuh dan buatlah pengaturan diri terhadap stres
12.   Lakukan sesuatu untuk orang lain
Untuk melepaskan diri dari masalah sendiri
13.   Hindari stres
Dengan kegiatan-kegiatan fisik, misalnya jogging, tennis ataupun berkebun
          FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
EFEKTIFITAS PENANGULANGAN STRES
Menurut Sutherland & Cooper (Sarafino, 1994)
1.       Faktor penilaian kognitif
Stres adalah pengalaman subjektif individu didasarkan atas persepsi terhadap suatu situasi, baik dari dalam maupun dari luar. Setiap individu berbeda dalam mereaksi suatu stresor. Ada yang menganggap ringan, sedang atau berat bahkan ada yang merasa tidak berdaya.
2.       Faktor pengalaman
Merupakan proses belajar mengajar tentang kenyataan kalau sering menghadapi suatu masalah dan bisa dihadapi dengan baik maka kalau dihadapkan pada masalah yang sama akan mudah diselesaikan
3.       Tuntutan                                                                     
Besar kecilnya tuntutan akan mempengaruhi mekanisme penanggulangan stres individu
4.       Pengaruh interpersonal
Respon terhadap stres dipengaruhi latar belakang dan pengalaman subjektif. Peningkatan kesadaran dan pemahanan terhadap suatu masalah bisa membantu mengatasi stres secara potensial
5.       Keadaan stres
Adalah ketidakserasian antara tuntutan dan kemampuan sehingga individu dalam keadaan tidak seimbang. Orang yang punya masalah dihadapkan pada masalah lain tentu akan merasa lebih berat mengatasinya



BAB 14
INTELEGENSI DAN KREATIFITAS

          DEFINISI INTELIGENSI
          Claparde dan Stern
Inteligensi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru.
          K. Buhler
Inteligensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
          David Wechster (1986)
Awalnya, Inteligensi adalah kapasitas untuk mengerti ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya.
Namun pendapat berikutnya mengatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
          DEFINISI INTELEGENSI
          William Stern
        Inteligensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya.
        Bahwa inteligensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada inteligensi seseorang.
          CIRI-CIRI INTELIGENSI
1.       Inteligensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional (inteligensi dapat diamati secara langsung).
2.       Inteligensi tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul daripadanya.
3.       Teori yang cukup banyak dianut adalah bahwa inteligensi terdiri dari suatu faktor G (General faktor) dengan berbagai faktor-faktor S (Specifik Faktor). Faktor G bukanlah sekedar penjumlahan dari faktor-faktor S. Masing-masing merupakan suatu kesatuan yang memiliki kualitas sendiri.
          FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI INTELIGENSI
1.       Pengaruh faktor bawaan
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi ( + 0,50 ), orang yang kembar ( + 0,90 ) yang tidak bersanak saudara ( + 0,20 ), anak yang diadopsi korelasi dengan orang tua angkatnya ( + 0,10 - + 0,20 ).
2.       Pengaruh faktor lingkungan
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh karena itu ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan inteligensi seseorang. Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat penting selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting, seperti pendidikan, latihan berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada masa-masa peka).
          TEORI-TEORI INTELIGENSI
Ø  Alfred Binet (1857-1911)
Inteligensi bersifat monogenetik yaitu berkembang dari satu faktor satuan atau faktor umum (g). Menurutnya inteligensi merupakan sisa tunggal dari karekteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang.
Ø  Edward Lee Thorndike (1911)
Inteligensi terdiri dari berbagai kemampuan spesifik yang ditampilkan dalam wujud perilaku inteligen. Teori ini dikategorikan dalam “Teori Faktor Ganda”
          Klasifikasi 3 Bentuk Kemampuan
1.       Kemampuan abstraksi
Kemampuan untuk menggunakan gagasan dan simbol-simbol.
2.       Kemampuan mekanik
Kemampuan bekerja dengan menggunakan alat-alat mekanis dan aktifitas indra – gerak.
3.       Kemampuan social
Kemampuan menghadapi orang lain di sekitar diri sendiri dengan cara-cara yang efektif.
Ø  Spearman
Menurut Spearman inteligensi mengandung 2 macam faktor sehingga teori ini terkenal dengan nama “Two Faktor Teori”, yaitu
a)      General ability atau general faktor (faktor G)
Faktor ini terdapat pada semua individu, tetapi berbeda satu dengan yang lainnya. Faktor ini selalu didapati dalam semua “performance”.
b.      Special ability atau special faktor (faktor S)
        Faktor ini merupakan faktor yang khusus mengenai bidang tertentu. Dengan demikian, maka jumlah faktor ini banyak, misalnya ada S1, S2, S3, dan sebagainya sehingga kalau pada seseorang faktor S dalam bidang tertentu dominan, maka orang itu akan menonjol dalam bidang tersebut.
        Menurut Spearman tiap-tiap “performance” adanya faktor G dan faktor S, atau dapat dirumuskan. P=G+S
Ø  Thurstone (1938)
Thurnstone mempunyai pandangan tersendiri. Dia berpendapat bahwa dalam inteligensi terdapat faktor-faktor primer yang merupakan “group factor”, yaitu
a)      Spatial relation (S)
Kemampuan untuk melihat gambar tiga dimensi atau mengenali berbagai hubungan dalam bentuk visual.
b)      Perceptual speed (P)
Kecepatan dan ketepatan dalam mempertimbangkan kesamaan dan perbedaan atau dalam merespon detil-detil visual.
c)       Verbal comprehension (V)
Kemampuan memahami bacaan, kosakata, analogi verbal, dan penguasaan komunikasi lisan.
d)      Word fluency (W)
Kecepatan dalam menghubung-hubungkan kata dengan berbagai ritme dan intonasi.
e)      Number facility (N)
Kecepatan, ketepatan dalam perhitungan.
f)       Associative memory (M)
Kemampuan menggunakan memori untuk menghubungkan berbagi assosiasi, mengingat gambar-gambar, pesan-pesan, kata-kata atau bentuk pola-pola.
g)      Reasoning (R)
          Kemampuan untuk menarik suatu kesimpulan suatu prinsip atau tugas dapat juga diartikan sebagai kemampuan pemecahan masalah.
          Faktor-faktor tersebut berkombinasi sehingga menghasilkan tindakkan atau perbuatan yang inteligen. Teori ini dikenal dengan “Primary Mental Abilities”
Ø  Cyril Burt
Menurut Burt dalam inteligensi terdapat 3 faktor
a)      Specific ability atau faktor spesifik (faktor S)
b)      General ability atau faktor umum (faktor G)
c)       Common ability atau common faktor disebut juga group factor (faktor C)
Faktor ini merupakan sesuatu kelompok kemampuan tertentu seperti kemampuan kelompok dalam bidang bahasa. Sehingga rumus “performance” menjadi P=G+S+C
Ø  J.P. Guilford dan Howard Gardner (Teori Multiple Intelligence)
Guilford berpendapat bahwa inteligensi itu dapat dilihat dari 3 kategori dasar atau “faces of intellect”, yaitu sebagai berikut :
1.       Operasi Mental (Proses Berpikir)
a.       Kognisi (menyimpan informasi yang lama dan menemukan informasi yang baru)
b.      Memory retention (ingatan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari)
c.       Memory recording (ingatan yang segera)
d.      Divergent production (berpikir melebar, banyak kemungkinan jawaban)
e.      Convergent production (berpikir memusat, hanya satu jawaban/alternatif)
f.        Evaluasi (mengambil keputusan tentang apakah sesuatu itu baik, akurat, atau  memadai)
2.       Content (Isi yang dip ikirkan)
a.       Visual (bentuk kongkret atau gambaran)
b.      Auditory
c.       Word meaning (semantic)
d.      Symbolic (informasi dalam bentuk lambang, kata-kata, angka dan bukan musik)
e.      Behavioral (interaksi non verbal yang diperoleh melalui penginderaan, ekspresi muka atau suara)
3.       Product (Hasil Berpikir)
a.       Unit (item tunggal informasi)
b.      Kelas (kelompok item yang memiliki sifat-sifat yang sama)
c.       Relasi (keterkaitan antar informasi)
d.      Sistem (kompleksitas bagian yang saling berhubungan)
e.      Transformasi (perubahan, modifikasi atau redefinisi informasi)
f.        Implikasi (informasi yang merupakan saran dan informasi item lain)
          Contoh Keterkaitan Ketiga Kategori
ü  Untuk dapat mengisi deretan angka 3, 6, 12, 24, ... memerlukan “convergent operation” (hanya satu jawaban yang benar) dengan “symbolic content” (angka) untuk memperoleh suatu “relationship product” (angka rangkap berdasarkan pola hitungan sebelumnya).
ü  Untuk membuat lukisan abstrak tentang suatu fenomena kehidupan, memerlukan kemampuan “divergent thinking operation” (banyak kemungkinan jawaban) tentang “visual content” untuk menciptakan “transformasional product” (objek nyata yang ditransformasikan ke dalam pandangan pelukis).
Keterkaitan antara ketiga kategori berpikir atau kemampuan intelektual tersebut, telah melahirkan 180 kombinasi kemampuan. Model struktur intelektual Guilford ini telah mengembangkan wawasan tentang hakikat inteligensi dengan menambah faktor-faktor, seperti: “social judgment” (evaluasi terhadap orang lain), dan kreativitas (berpikir “divergent”).
Ø  Robert Stenberg (1985, 1990)
Teori “Triachic of Intelligence”, Stenberg berusaha untuk memahami inteligensi melalui pendekatan proses kognitif. Stenberg mengartikannya sebagai suatu “deskripsi tiga bagian kemampuan mental (proses berpikir, mengatasi pengalaman atau masalah baru, dan penyesuaian terhadap situasi yang dihadapi) yang menunjukkan tingkah laku inteligen. Dengan kata lain, tingkah laku inteligen itu merupakan produk (hasil) dan penerapan strategi berpikir, mengatasi masalah-masalah baru secara kreatif dan cepat, dan penyesuaian terhadap konteks dengan menyeleksi dan beradaptasi dengan lingkungan.
1.       Proses Mental (Berpikir)
a)      Meta Component : perencanaan aturan, seleksi strategi dan monitoring (pemantauan). Contohnya mengidentifikasi masalah, alokasi perhatian dan pemantauan bagaimana strategi itu dilaksanakan.
b)      Performance Components : melaksanakan strategi yang terseleksi. Melalui komponen ini memungkinkan kita untuk mempersepsi dan menyimpan informasi baru.
c)       Knowledge—Acquisition Components : memperoleh pengetahuan baru, seperti memisahkan informasi yang relevan dengan yang tidak relevan dalam rangka memahami konsep-konsep baru.
2.       Coping with new experience
Tingkah laku inteligen dibentuk melalui dua karakteristik, yaitu:
a)      Insight, atau kemampuan untuk menghadapi situasi baru secara efektif
b)      Automaticity, atau kemampuan untuk berpikir dan memecahkan masalah secara otomatis dan efisien
Dengan demikian, tingkah laku inteligen itu melibatkan kemampuan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah baru dan bersifat otomatis: kecepatan dalam menemukan solusi-solusi baru dalam proses yang rutin dan dapat dilakukan tanpa banyak menggunakan usaha kognisi.
3.       Adapting to environment
Kemampuan untuk memilih dan beradaptasi dengan tuntutan atau norma lingkungan. Kemampuan ini sangat penting bagi individu dalam meraih kesuksesan hidupnya, seperti dalam memilih karier, keterampilan sosial dan bergaul dalam masyarakat secara baik.
          4 PENDEKATAN UMUM INTELEGENSI
 (
Maloney & Ward,1976)
Ø  Pendekatan Teori Belajar
Inti pendekatan ini mengenai masalah hakikat inteligensi terletak pada pemahaman mengenai hukum-hukum dan prinsip umum yang dipergunakan individu untuk memperoleh bentuk-bentuk perilaku baru.
Ø  Pendekatan Neurobiologis
Pendekatan ini beranggapan bahwa inteligensi memiliki dasar anatomis dan biologis. Perilaku inteligensi menurut pendekatan ini dapat ditelusuri dasar-dasar neuro-anatomis dan neuro-fisiologisnya.
Ø  Pendekatan Psikomotorik
        Pendekatan ini beranggapan bahwa inteligensi merupakan suatu konstrak atau sifat psikologis yang berbeda-beda kadarnya bagi setiap orang, yaitu.
        Bersifat praktis yang menekankan pada pemecahan masalah
        Bersifat teoritis yang menekankan pada konsep dan penyusunan teori
Ø  Pendekatan Teori Perkembangan
        Dalam pendekatan ini, studi inteligensi dipusatkan pada masalah perkembangan inteligensi secara kuantitatif dalam kaitannya dengan tahap-tahap perkembangan biologis individu.







          JENIS-JENIS TES INTELIGENSI
Ø  Tes Inteligensi individual
        Stanford–Binet Inteligence Scale.
        Wechster–Bellevue Inteligence Scale (WBIS).
        Wechster–Inteligence Scale For Children (WISC).
        Wechster–Adult Inteligence Scale (WAIS).
        Wechster Preschool and Prymary Scale of Inteligence (WPPSI).
Ø  Tes Inteligensi kelompok
        Pintner Cunningham Prymary Test
        The California Test of Mental Makurity
        The Henmon–Nelson Test Mental Ability
        Otis–Lennon Mental Ability Test
        Prograssive Matrices
        VALIDITAS & RELIABILITAS
TES INTELIGENSI
          Test inteligensi kebanyakan menggunakan prestasi sekolah sebagai kriteria utamanya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tes inteligensi memang mempunyai korelasi yang amat tinggi dengan prestasi sekolah. Jadi dalam hal ini tes tersebut valid.
          Pertanyaan validitas, dan khususnya reliabilitas tes inteligensi menyangkut pada pengaruh budaya. Bila tes dapat dibuat sama sekali tidak dipengaruhi oleh budaya (Culture Fair atau Culture Free) maka tes tersebut dapat diharapkan reliabel (dapat dipakai di mana saja).
          Inteligensi dan Kreativitas
Kreativitas merupakan salah satu ciri dari inteligensi karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif. Meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dan inteligensi tidak selalu menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan. Walau ada anggapan bahwa kreativitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung hal itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi skor IQ, tidak selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Sampai pada skor IQ tertentu, masih terdapat korelasi yang cukup berarti. Tetapi lebih tinggi lagi, ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ dengan tingkat kreativitas.
          Inteligensi dan Bakat
          Kemampuan-kemampuan yang spesifik memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan setelah melalui suatu latihan.
          Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut aptitude tes atau tes bakat.
Stabilitas inteligensi dan IQ
Inteligensi bukanlah IQ. Inteligensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes inteligensi itu (yang notabene hanya mengukur sebagai kelompok dari inteligensi). Stabilitas inteligensi tergantung perkembangan organik otak.
Pengaruh faktor kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya.
Pengaruh faktor pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi.
Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.

This entry was posted in . Bookmark the permalink.

10 Responses to KONSEP DASAR PSIKOLOGI